Kamis, 23 Agustus 2018

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6


The Handsome freak
Chapter 6

Previous 12345

Title : Fanfiction Chapter
Genre : Romance, Comedy
Cast  : 
-Kim Taehyung (V) - BTS a.k.a. Kim Taehyung
-Jung Eunbi (Eunha) - Gfriend a.k.a Jung Eunha
-Kim Sejeong - Gugudan a.k.a. Kim Sejeong
-Jeon Jungkook - BTS a.k.a. Jeon Jungkook
-Cha Eunwoo - Astro a.k.a. Cha Eunwoo
-Jung Yerin - Gfriend a.k.a Jung Yerin
-Hwang Eunbi (SinB) - Gfriend a.k.a SinB
-Kim Jungwoo - NCT U a.k.a. Kim Jungwoo

And other cast.


***

Eunha terlihat disebuah halte bus sendirian sepulangnya dari rumah Sin B. Ia mengayun - ngayunkan kedua kakinya disana dan sedikit bersenandung kecil. Sesekali ia menoleh kekanan dan kekiri, ia menghela nafasnya. "Kapan busnya akan datang? sudah sangat gelap." ujarnya.
Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tak jauh dari halte yang disinggahi olehnya, ia pun memperhatikannya. Seorang yeoja cantik keluar dari mobil itu dengan sedikit agak mabuk, ia memberikan senyum dan lambaian tangannya pada si pengemudi mobil. Sesaat kemudian mobil itu berlalu pergi, Eunha masih memperhatikan yeoja itu, "Apa kakak itu sedang mabuk? jalannya sedikit oleng." tukasnya.
Dengan waktu bersamaan ada dua orang namja yang berusia lebih tua darinya lewat dihadapan Eunha sambil berbisik sesuatu.
"Hey, bukankah itu Irene?" tanya namja berambut cepak.
"Hah? iya betul." jawab namja berambut ikal.
"Sepertinya dia mabuk."
"Bukankah itu bagus."
"Apa maksudmu?"
"Kita kerjai saja dia, dia kan sudah menolakku dan mempermalukan aku tempo hari."
"Hey kau ingin balas dendam dengannya?"
"Sedikit saja. Kajja!"
Kemudian mereka menghampiri Irene dengan segera, Eunha yang sejak tadi menguping pembicaraan mereka merasa harus menolong yeoja itu. Ia pun bangkit dari duduknya dan mengendap membuntuti mereka.
"Mwo? mereka akan membawa kakak itu kemana?" tanyanya lirih.
Irene yang masih dalam keadaan setengah sadar tak kuasa berontak untuk ikut dengan dua namja itu, akhirnya mereka membopong Irene kesuatu tempat.

Eunha memperlambat dan mengecilkan suara langkah kakinya agar tidak terdengar oleh mereka, dua orang itu membawa Irene kesebuah rusun didekat sana. "Mwoya? kakak itu akan dibawa masuk. Eottoehge?" Eunha membalikkan tubuhnya, bersandar pada dinding penghalang disana. Sesekali ia mengintip kearah mereka, "Ah mereka sudah masuk kekamar itu. Aku harus apa ya Tuhan? Ponsel ya ponselku dimana?" paniknya mencari benda itu kedalam tasnya. "Ketemu, ah tapi ponselku mati, padahal disituasi seperti ini aku harus minta bantuan seseorang. Aduuuhh bagaimana ini?" keluhnya.
Dengan memberanikan diri, Eunha berjalan mendekati pintu kamar itu, ada sebuah alat pukul bola kastil tergeletak disebelah kamar dua namja tadi, ia mengambilnya dan segera memposisikan dirinya didepan pintu. Eunha menarik nafas panjang dan menghembuskannya, "Fuhh.. iya ini adalah hal gila yang pertama kali aku lakukan." ucapnya sembari mangambil acang - acang mengayuh alat pemukul itu.
Eunha memencet bel pintu dan mencengkram kuat alat pemukul itu, tiba saatnya sang pemilik kamar itu keluar ia akan memukulnya tepat dikepalanya.
'Cklek' pintu terbuka dan 'Bugh' namja berambut cepak itu jatuh tersungkur dengan cepat dan pingsan.
"Yes berhasil." girang Eunha dan segera masuk kedalam tanpa permisi.
Merasa ada yang tak beres, nama berambut ikal yang tengah membaringkan Irene di sofanya beranjak menghampiri, "Siapa kau?" tanyanya pada Eunha.
Eunha berlari dan, "Hyaaa..." alat pemukul itu diayuhkan kearahnya dan 'Bugh' tepat namja satunya ikut tersungkur namun tidak pingsan, Eunha membuang alat itu kesembarang tempat dan menghampiri dimana Irene berada.
"Agashi.. bangun ayo kita kabur. Ppali!" Eunha membantu Irene yang setengah sadar itu bangun dan membopongnya dengan menaruh lengan Irene dibahunya.
Saat berbalik, namja tadi bangkit. "Mau kemana kau sialan!" ia menghampiri Eunha dan dengan sigap Eunha menendang alat vitalnya dan sukses membuat ia kesakitan. Saat itu juga ia segera keluar membawa Irene.

"Hosh hosh.. ya Agashi apa kau sudah sadar?" Tanya Eunha yang sedikit lelah dengan berjalan cepat sembari membopong Irene.
Irene melenguh, dia mencoba membuka matanya dan menumbuhkan rasa sadarnya, "Mian.."
Terdengar dari kejauhan samar - samar suara dua namja jahat itu, Eunha panik. "Ah.. aku harus kemana? Aku tidak kuat lagi berjalan, kakiku rasanya mau copot."
"Kita... coba bersembunyi..." ucap Irene terbata.
"Ah iya betul." jawabnya, Eunha celingukan mencari tempat yang tepat untuk bersembunyi, "Ah disana. Kajja."
Sementara itu,
"Kemana mereka pergi?" tanya namja berambut cepak.
Namja berambut ikal yang masih merasakan sakit diarea vitalnya meringis dan menggeleng, "Kurasa mereka tidak akan bisa jauh dari sini. Karena Irene dalam keadaan tidak sadar pasti gadis sekecil itu akan merasa berat membopongnya sendirian."
"Ya kurasa begitu, ayo kita cari lagi diarah sana."
"Oke." keduanya pun pergi.
Eunha mencoba menenangkan dirinya, "Eottoehge?" ia menoleh kearah Irene, "Hem Agashi apa kau ada ponsel untuk meminta bantuan?"
Irene yang masih bisa mendengar walau kepalanya agak berat dan pusing, ia mengangguk dan merogoh tas kecilnya.
"Ah.. aku harus menghubungi siapa?" tanya Eunha ketika ia menerima ponsel dari Irene.
"Emm...emmm.." Irene berpikir sambil memijat kepalanya, "Arghh.. sakit sekali kepalaku."
"Ah, kau tak apa?" paniknya.
"Ahni.. aku tak apa."
"Jadi aku harus menghubungi siapa?"
Belum sempat menjawab Irene sudah jatuh pingsan.
"Eh? Agashi? Kenapa harus pingsan dulu sebelum menjawab pertanyaanku? Aisshh bagaimana ini.." Eunha kebingungan.
"Taehyung-ah...." Irene mengigau.
"Eh Taehyung? Ah aku coba cari nama itu diponselnya. Untung saja dia mengigau.." Eunha dengan cepat mengetik nama itu disana dan, "Ketemu." dia menunggu teleponnya diangkat, "Haisshh kenapa tidak diangkat sih?"
"Yoboseyo?" jawab dari seberang.
"Ah, Yoboseyo.. anu..maaf.." Eunha terbata.
"Hn? Jung Eunha?" tebaknya.
"Eh? Anda mengenal saya?"
"Aku Kim Taehyung."
"Taehyung Oppa?" kagetnya.
"Ne."
"Mwo kau Taehyung Oppa?"
"Ne. Tapi kenapa kau menelpon dari ponsel...."
"Ah... maaf... Oppa nanti aku jelaskan. Yang terpenting sekarang tolonglah kami." Eunha memotong ucapan Taehyung.
"Kau kenapa?" Taehyung dengan nada khawatir.
"Kami dalam situasi berbahaya."
"Kau ada dimana?"
"Kami ada di sebuah rusun xx didaerah xx. kami bersembunyi disebuah ruangan seperti gudang. Iya gudang."
"Baiklah kau tetap disana, aku akan segera kesana menolongmu."
"Ne. Ppali Oppa."
Taehyung segera menutup teleponnya dan berlari menghampiri mobilnya diparkiran.

Beberapa menit kemudian, dua namja itu kembali dari pencarian mereka. Mereka tepat berdiri disebuah ruangan dimana Eunha dan Irene bersembunyi. Eunha yang berada didalam merasa sedikit takut, ia mencengkram jemarinya kuat.
"Aku tidak percaya kalau mereka berdua bisa pergi jauh." ucap namja berambut ikal.
"Atau mereka sedang bersembunyi disekitar sini?"
Mereka mengeluarkan senyum jahat.
"Hey bukankah dirusun ini ada sebuah ruangan seperti gudang tak terpakai?"
"Ya kau benar, apa mereka bersembunyi disana?'
Eunha yang mendengarnya dengan reflek mengatup mulutnya agar tak bersuara.
Mereka berdua tepat berdiri didepan pintu gudang tersebut,
"Kau yakin?"
"Ya mereka pasti bersembunyi didalam."
"Ayo kita cek."
"Hey kalian!" seru dari seseorang dibelakang mereka.
Merekapun menoleh,
"Oh kau Lee Taeyong. Hehe." jawab mereka, Taeyong terkenal agak badboy dikampusnya. Walaupun mereka lebih tua daripada Taeyong, tapi mereka adalah mahasiswa yang gagal dalam ujian dan saat ini tingkatan mereka sama.
"Sedang apa kalian?" tanya Taehyung yang muncul dibelakang Taeyong.
"Ah.. kau juga ada disini ya Kim Taehyung."
Taehyung menatap mereka dengan tajam, "Apa yang kalian lakukan disini?"
"Ah anu.. kami hanya mencari angin segar saja kok." jawab namja berambut cepak dan menyenggol lengan temannya itu.
"Benar." jawab namja berambut ikal. "Hey kita selesaikan saja sampai disini, kalau ketahuan mereka bisa kacau." bisiknya pada namja berambut cepak itu.
"Iya, mungkin lebih baik begitu, lagipula kenapa mereka kemari ya?" jawabnya.
"Mungkin akan ada sebuah transaksi.."
"Transaksi apa?"
"Kalian berbicara berbisik - bisik begitu kedengaran tau!" seru Taeyong.
"Ah.. maafkan kami. Kalau begitu kami permisi dulu." dua namja itu pergi berlalu begitu saja.
"Apa - apaan mereka?" gerutu Taeyong.
"Kajja kita masuk." ajak Taehyung.

Eunha menutup matanya dan memendam wajahnya diantara kakinya yang tertekuk itu, ia ketakutan saat mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekatinya.
"Kyaa....!!!!!!!!!!" jerit Eunha saat mendapati Taehyung menepuk bahunya.
"Ini aku Kim Taehyung." jawabnya.
Eunha membuka matanya dan, "Eh Oppa?Fuuhh syukurlah.."
Taehyung tersenyum, "Kau tak apa?"
"Aku tak apa kok, tapi kakak itu.." jawabnya kemudian menoleh dimana Irene berada.
"Wah sepertinya mabuk sekali hingga tak sadarkan diri." ucap Taeyong yang sudah disamping tubuh Irene.
"Kau tolong gendong dia dan antarkan dia kerumahnya. Didekat sini kok. Sementara itu aku akan mengantar Eunha pulang."
"Eh kenapa mesti aku yang mengantarkan dia pulang?" tanya Taeyong menunjuk Irene.
"Jangan banyak tanya, cepat katanya kau akan membantuku kapanpun."
"Ah... Arraso!" Taeyong mengangkat tubuh mungil milik Irene dan menggendongnya bak seorang putri tidur. "Tubuh dia kecil tapi kenapa berat yah?" gumamnya.
"Wah Agashi kau terlihat seperti pangeran tampan yang sedang menggendong tuan putri." ucap Eunha yang sempat - sempatnya berbinar melihat pemandangan itu.
Taehyung melongo dengan ucapan Eunha. Taeyong tertawa.
"Kau dengar itu hey Kim Taehyung. Bahkan gadis muda seperti dia bisa menilai mana namja yang tampan bak pangeran mana yang tidak wahahahaha..."
"Cih." Taehyung tak memperdulikan tawa Taeyong itu, "Ayo Eunha kita pulang. Aku akan mengantarmu."
Eunha mengangguk.

Eunha telah berada didepan pintu rumahnya.
"Khamsahamnida Oppa." ucapnya membungkuk.
"Ah ye. Sama - sama. Sekarang kau masuklah, sudah terlalu larut malam." jawab Taehyung.
"Nde." Eunha berbalik dan akan memasuki rumahnya namun terhenti, "Ah Oppa."
"Ye?"
"Ada yang mengganjal dipikiranku sejak tadi."
"Apa itu?"
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu saja, kenapa tidak?"
"Kakak tadi tiba - tiba menyebutkan namamu saat aku menanyakan siapa orang yang kuhubungi untuk meminta bantuan. Apa dia satu kampus denganmu Oppa?"
Taehyun tertegun, "Ya."
"Oh apa kalian dekat?"
"Hn? Tidak begitu."
"Tidak begitu? Hem.. Tapi kenapa dia mengigau menyebut namamu ya Oppa. Aneh..."
"Dulu kami dekat tapi sekarang tidak." jawab singkatnya.
"Eh dulu? Dekat? Apa dia dulu pacarmu ya Oppa?" terka Eunha tepat.
"Eh?" Taehyung terkejut dengan terkaan benar yang dilontarkan Eunha.
"Jadi benar ya? Hehe." Eunha terkekeh.
Taehyung sedikit terkesima dengan senyuman milik gadis dihadapannya itu, "Ah... Itu cerita lama. Tidak usah diungkit lagi."
"Wow sepertinya dia masih ada rasa terhadapmu Oppa!" godanya dengan gaya imutnya.
"Kau bicara apa sih? Sudahlah masuk sana."
"Kau tersipu malu ya Oppa? Hehe."
"Hah tidak kok. Sudah sana masuk!"
"Ne ne. Hehee.. "
Taehyung tersenyum kecil melihat tingkah imut Eunha tadi, ia tersipu bukan karena masalah Irene tapi ia tersipu karena ia tidak bisa menahan rasa sukanya akan sikap imut Eunha tadi.

***

Keesokkan harinya,
Eunha mengerucutkan bibirnya, kedua matanya menyipit kemudian dia membetulkan sedikit kacamata yang bertengger dihidung mungilnya itu. Jungkook yang berdiri sejak tadi sedikit menganggu kegiatan membacanya.
"Waeyo?" tanya Eunha.
Jungkook melipat kedua tangan didepan dadanya, "Ikut aku sebentar. Aku ingin bicara denganmu." ucapnya sambil berlalu keluar kelas.
Dengan malas Eunha bangkit dari duduknya dan mengikuti kemana Jungkook pergi.
Sejeong, Sin B dan Jungwoo yang saat itu tengah berada diantara mereka hanya terdiam.
"Apa ada masalah diantara mereka?" tanya Jungwoo.
"Molla." jawab Sin B.
"Bocah itu?!" seru Sejeong sebal.

Jungkook menghentikan langkahnya berdiri menghadap luar jendela, ia memilih tempat yang tak banyak dilalui oleh para siswa.
"Ada apa? Apa yang kau ingin bicarakan?" tanya Eunha lagi, ia masih memegang buku yang dibacanya tadi.
Jungkook berbalik, "Hey Jung Eunha. Kau bicaralah yang jujur padaku."
"Hn? Soal apa?"
"Hyungku."
"Hyungmu?"
"Ya. Kim Taehyung. Ada hubungan apa kau dengannya?"
"Nde? Aku dengan Taehyung Oppa? Tidak ada apa - apa kok." jawab Eunha.
Jungkook berjalan selangkah mendekati Eunha dengan tatapan tajamnya. Karena merasa didekati Eunha selangkah mundur dan alhasil dia terpojok oleh tubuh Jungkook.
"Kau jangan bohong!" seru pelan penuh penekanan disetiap katanya.
Eunha mengernyitkan dahinya, "Aku tak Bohong."
Jungkook mendekatkan wajahnya dan menepuk dinding disebelah kepala Eunha dengan telapak tangannya dan itu membuat Eunha terkejut.
"Yak!"
"Kau sedang mendekatinya kan?" bisik Jungkook.
Eunha membulatkan kedua matanya dan, 'bugh' buku yang dipegangnya dilayangkan kekepala Jungkook. "Bicara apa kau?" kesalnya.
Jungkook mengaduh kesakitan, "Aww.. Appo! Hey kenapa kau memukulku."
"Memangnya kau sedang akting apa sih? Memojokkan gadis seperti itu. Melihatnya saja membuatku merinding."
"Hah? Aku sedang tidak akting tau! Aku serius, ada hubungan apa kau dengan hyungku."
"Ku bilang tidak ada apa - apa. Kenapa kau ngotot sekali sih."
"Kalau begitu kenapa kemarin dia bilang habis mengantarmu pulang kerumah. Memangnya pergi kemana kalian sampai larut malam begitu?! Apa kalian pergi bersama? Gara - gara kau dia membatalkan janjinya denganku." oceh Jungkook.
Eunha menatap malas, "Ya. Jeon Jungkook. Dengarkan aku baik - baik. Dia mengantarku pulang karena kami bertemu tidak sengaja setelah ada sebuah insiden semalam. Aku pulang larut malam selepas aku mengerjakan tugas bersama Sin B. Apa itu jelas?" 
"Hn? Insiden apa?"
"Kau tak perlu tau. Yang penting aku tidak sedang apa - apa dengannya. Lagipula kenapa kau yang marah - marah seperti ini sih?"
"A.. Itu.. Aku... Aku hanya tidak ingin kejadian itu terulang lagi."
"Apa maksudmu?"
"Ah.. Kau tidak perlu tau, yang jelas bahwa kau tidak ada hubungan dengannya sudah membuatku lega dan... Mian.. "
Eunha merengut, "Kau ini seolah - olah kau ini sedang takut kalau pacarmu didekati orang lain. Bahkan adiknya saja tidak begitu."
"Aku berbeda dengan Sejeong. Taehyung hyung adalah orang yang berarti buatku. Aku tidak ingin dia terluka lagi gara - gara seorang yeoja."
"Mwo?"
"Ah.." Jungkook kelepasan. "Pokoknya seperti itu. Sekali lagi aku minta maaf." ia berbalik dan berlalu pergi.
"Hm? Terluka? Yeoja? Apa kakak kemarin itu......" Eunha berpikiran sendiri.


Beberapa jam kemudian, disebuah kafe Yerin dan Yuju memilih untuk singgah sebentar setelah berkeliling mencari buku yang dicari oleh Yerin.
Yuju menyuruput minumannya, "Ah. Lega rasanya.." ia kemudian melirik Yerin. "Hey, bukankah ujian masuk universitas itu sudah selesai. Kenapa kau masih saja belajar?"
"Memangnya belajar hanya untuk ujian?" tanya Yerin balik.
Yuju merengut, "Kau selalu membalikkan pertanyaanku."
Yerin menyunggingkan senyum kecilnya tanpa melihat Yuju.
"Yerin-ah.. Semenjak itu aku tidak pernah mendengar kabar adikmu, bagaimana dia?"
Yerin tertegun, kemudian ia menormalkan kembali dirinya, "Dia baik - baik saja."
"Oh begitu rupanya. Kau tidak pernah bercerita tentangnya lagi sejak lulus SD. Kukira dia tinggal berpisah denganmu."
Yerin menutup bukunya perlahan, "Erhem.. Bagaimana rasa cake yang kau makan tadi, apakah enak?" ucap Yerin mengalihkan pembicaraan.
"Eh? Ya tentu saja enak. Kau mau mencobanya?" tawar Yuju sembari menyodornya sepotong cake yang baru ia makan beberapa suap.
Yerin mengambil sendok kecil disana dan menyuapi kemulutnya sendiri, "Hem.. Enak juga.." jawabnya.
'Haah.. Dia mengalihkan pembicaraannya lagi.' gumam Yuju dalam hati.

Diwaktu yang bersamaan,
"Hey aku haus ayo mampir kekafe diseberang sana." pinta Eunwoo pada Jaehyun.
Jaehyun mengangguk, "Ayo."
Mereka berdua menyebrang jalan dan memasuki kafe tersebut.
"Ah... Duduk disini saja." ucap Jaehyun.
Eunwoo menaruh sebagian belanjaannya dikursi sebelahnya kemudian ia memanggil seorang pegawai untuk memesan minuman. "Kau ingin minum apa?"
"Apa saja."
"Oke."
Setelah selesai dengan kegiatan interaksi antara pegawai kafe dengan Eunwoo, Jaehyun terlihat memperhatikan belanjaan teman dekatnya itu.
"Hey apa yang kau beli ditoko itu?" tanya Jaehyun.
"Oh aku membeli perlengkapan skincare ku."
Jaehyun mengeryitkan dahinya, "Kau kan namja apa perlu pakai skincare seperti seorang gadis saja."
"Hey. Biarpun begitu menjaga kulit itu penting. Apalagi seharian kulit kita terkena sinar matahari dan selalu penuh dengan peluh keringat saat kita berlatih basket. Aku tidak mau kulitku nanti mengalami penuaan dini." jelas Eunwoo.
Jaehyun melongo, dia merasa bahwa ada kesalahan pada dirinya yang bisa berteman dekat dengan manusia dihadapannya itu.
"Karena itu aku terlihat lebih tampan darimu kan?" goda Eunwoo.
"Mwo? Aku tak pakai apapun masih kelihatan tampan kok. Tampan alami." bangga Jaehyun.
"Tampan tapi terus - terusan jomblo. Wahahahaha.." ejek Eunwoo pas terkena hati Jaehyun.
'Ah.. Aku merasa sakit tapi tak berdarah.' sedih Jaehyun dalam hati.
"Hn? Lee Jaehyun?" seseorang dengan suara familiar ditelinga Jaehyun memanggilnya.
Otomatis kedua namja tampan itu menoleh kesumber suara.
"Oh. Jung Yerin." Jaehyun sontak bangkit dari duduknya dan itu membuat Yerin dan Yuju terkejut. "Ah.. Mian.."
"Tadi kupikir itu bukan kau, ternyata memang benar kau." jawab Yerin.
"Ah ya.." Jaehyun terlihat gugup
Eunwoo yang melihat kegugupan temannya itu mengerti, kenapa saat itu ia menanyakan perihal bagaimana cara mendekati seorang gadis. 'Pasti gadis itu orang ini.' terkanya dalam diam.
"Kau sudah mau pergi?" tanya Jaehyun.
"Ya.. Kalau begitu kami duluan." ucap Yerin.
"Ah... Tunggu."
"Nde?"
"Hemm.. Itu... Bagaimana dengan tesmu kemarin? Apakah lancar?"
Yerin mengangguk, "Ya tentu saja. Memangnya kau tak ikut tesnya."
"Ah... Itu.. Aku belum terlalu yakin akan masuk sana.." Jaehyun menggaruk tengkuknya.
"Oh begitu rupanya. Kalau begitu coba kau pikirkan kembali universitas mana yang akan kau pilih, jangan sampai menyesal." jelas Yerin.
'Wah gadis ini sepertinya akan susah sekali untuk didekati oleh orang seperti Jaehyun yang terlalu malu - malu brengsek itu.' kata Eunwoo dalam hati yang masih memperhatikan perbincangan mereka berdua.
"Ah... Tentu saja." jawab Jaehyun.
"Hey.. hey.." panggil Eunwoo berbisik sambil mencolek lengan Jaehyun.
"Wae?" 
"Kau sudah punya nomor ponselnya?" Eunwoo gerak cepat.
"Eh belum." lirihnya.
"Kalau begitu cepat minta sana." suruhnya.
"Tapi..."
"Kalau begitu kami pergi dulu. Dah." ucap Yerin datar. Mereka berdua sudah berada diluar kafe.
"Akhh dasar bodoh, cepat kejar dan minta nomor ponselnya." Eunwoo
Jaehyun gelagapan namun sedetik kemudian ia berlari keluar kafe menghampiri Yerin.

Jaehyun kembali kedalam kafe dengan wajah sumringah.
Eunwoo yang tengah menyeruput minumannya mendelik kearah Jaehyun, "Sudah dapat nomornya?"
Jaehyun mengangguk dan menunjukkan layar ponselnya pada Eunwoo.
"Bagus, langkah selanjutnya kau harus menghubunginya sekali." perintah Eunwoo.
Jaehyun mengangguk, namun terasa ada yang janggal, "Eh sekali? Kenapa harus sekali?"
"Hey jangan menjadi namja murahan! Kau pasti akan mengirim pesan terus - terusan padanya kan?"
"Eh ya tidak juga. Apa hanya menanyakan kabar atau dia sudah makan atau belum itu tidak boleh?"
"Hey.... Pokoknya kau jangan terlalu kelihatan agresif mendekati dia. Kau bilang ingin pendekatan alami. Santai saja..." 
Jaehyun memanyunkan bibirnya.

***

Taeyong dan Taehyung tengah berada diperpustakaan kampusnya. Sudah lebih dari satu jam mereka disana.
Taeyong menghela nafasnya panjang, "Tae-ah mau sampai jam berapa kita disini?" tanya Taeyong.
"Sebentar lagi, aku harus menyelesaikan level game ini dulu." jawab Taehyung tanpa mem-pause kegiatannya dilayar ponsel.
Taeyeong yang mengerucutkan bibirnya melirik ke layar ponsel milik Taehyung, "Haaahhh bocah ini.. Aku kira kau mengajakku ke perpustakaan untuk belajar, ternyata hanya menumpang wifi gratis." keluhnya.
"Hehehe." Taehyung nyengir. Melihat temannya itu mulai bosan, akhirnya Taehyung menghentikan gamenya, "Kajja." ajaknya.
"Eh, kemana?" 
"Mian kau pasti bosan menungguku. Ayo aku traktir kau makan dikantin."
Taeyong sumringah, "Ah jinjjayo?"
Taehyung mengangguk.
Mereka berdua keluar bersama dari ruang perpustakaan. Tak sengaja Irene yang tengah bercengkrama dengan teman kampusnya melihat Taehyung.
"Ah. Aku duluan." pamit Irene pada temannya. Lalu mereka menyiyakan. Irene kemudian berlari kecil menghampirinya. "Taehyung-ah.." panggilnya.
Merasa ada yang memanggil, Taehyung menoleh begitu pula dengan Taeyong yang berada disampingnya.
"Oh. Irene sunbaenim. Annyeong." ucap Taeyong memberi salam dengan sedikit membungkukkan kepala. Taehyungpun mengikuti gerakan Taeyong.
Irene merasa tak enak, "Ah. Annyeong. Tapi tak usah seformal itu. Kita kan sudah saling kenal."
"Ah, begitu.. Hem.. Bagaimana keadaanmu sunbaenim?" tanya Taeyong.
"Aku sudah baik - baik saja. Terima kasih atas bantuannya semalam." jawabnya. Taeyong mengangguk. "Ah, Taehyung-ah.. Kudengar dari Taeyong kau yang mengantar gadis itu?"
"Ne." jawabnya datar tanpa ekspresi.
"Ah.. Apa kau kenal dengannya?"
"Ne. Dia sahabat adikku."
"Boleh aku meminta tolong padamu untuk bisa bertemu dengannya? Aku belum mengucapkan terima kasih." pinta Irene.
Taehyung terdiam sesaat, "Haahh.. Akan kuusahakan." jawabnya.
"Ah. Gomawoyo. Dan terima kasih kau mau datang untuk menyelematkanku dalam kejadian semalam."
"Hn? Jangan salah paham."
"Mwo?"
"Aku datang karena Eunha yang meminta bantuanku."
"Eh? Ya memang dia yang menelponmu sih." ucap Irene menggaruk tengkuknya.
"Lebih baik kau menjaga dirimu sendiri agar tidak menyusahkan orang lain dan jangan pernah membuat orang lain untuk bertindak jahat padamu."
"Eh?!" Irene terkejut dengan ucapan Taehyung.
Taeyongpun ikut melongo.
"Kajja Taeyong-ah." ajak Taehyung berlalu pergi meninggalkan Irene sendirian.
"Hey, apa itu tidak keterlaluan?" bisik Taeyong.
"Tidak bagiku." jawab singkatnya.
'Wah sepertinya rasa sakit hatinya itu belum pudar juga ya?' gumam Taeyong dalam hati.

***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar