Selasa, 09 Juni 2015

Cerpen : Someone Still In My Dream

SOMEONE STILL IN MY DREAM

Shita duduk sendiri di taman itu, terlihat sedang gelisah, “Aku dimana ya?” ucapnya dengan raut wajah cemas.
“Hai Shita,” tiba – tiba seorang laki – laki menyapa dan menghampirinya dengan segaris senyum diwajahnya.
Shita hanya mengangkat alis, menandakan, “Siapa nih?”.
“Masih ingat aku?” laki – laki itu lalu mendekat pada Shita. Shita menggeser posisi duduknya.
“Kenapa?” tanya laki – laki itu sembari mengerenyit dahi.
“Siapa kamu?” tanyanya sambil memberi isyarat “Jangan dekat – dekat”.
“Benar kamu tidak ingat aku?”
“Tidak.” jawabnya pasti.
Laki – laki itu hanya tersenyum, lalu tiba – tiba ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya. Sesuatu yang Shita miliki pada saat ia kecil yang diberikan oleh seseorang dimasa lalu. Shita hanya diam.
***
Dengan tergesa – gesa, Ibu Shita menyiapkan sarapan pagi untuk putri tunggalnya.
“Shita, sarapan!” seru Ibu dari luar kamar Shita.
“Iya, Bu.” jawab Shita, segera ia bergegas keluar kamar setelah selesai berpakaian.
“Hmm... enak nih Bu,” ucap Shita ketika mencium aroma masakan Ibunya.
“Ah, kamu ini bisa saja.” ucap Ibu tersipu.
Shita tersenyum, “Shita, makan duluan ya Bu.” sembari melahap makanan yang tersedia untuknya.
“Iya, pelan – pelan makannya.”
Shita hanya mengangkat jari jempolnya, isyaratkan “ok” pada ibunya.
***
Tepat pukul. 08.00 wib. Shita sudah fokus di depan monitor komputernya dengan setumpuk pekerjaannya yang tercatat dalam sebuah catatan kecil yang menempel pada kalender mejanya. Tiba – tiba hpnya bergetar, muncul nama “Boss” memanggil.
“Halo, selamat pagi Pak.” sapa Shita yang matanya masih tertuju pada monitor komputernya.
“Pagi Shita, tolong masalah yang kita bicarakan kemarin jangan lupa buatkan surat komunikasi ke Central ya.” suara si Bapak bos dari seberang.
“Baik Pak.”
“Ok, setelah sudah, forward segala laporan ke saya.”
“Baik Pak.”
Pembicaraan ditutup.
“Hmm.. sepertinya hari ini bakal tidak menyenangkan.” keluh Shita. Bergegas Shita mencari data dalam file folder didalam komputernya.
Setelah surat komunikasi itu ia buat, langsung ia laporkan semuanya ke Bapak bos. Sambil menghela napas, Shita mengucap, “Selesai juga.” sambil ternsenyum.
***
Di kantin tempat ia bekerja, suasana yang begitu ramai. Shita duduk berhadapan dengan salah satu teman akrabnya, yaitu Anis.
“Ris, minggu pagi ada acara dirumahku, kamu datang ya!” Anis berkata sambil meminum minuman soda yang ada pada genggamannya.
“Ada acara apa?” balas Shita yang masih tengah sibuk mengunyah makanan dalam mulutnya.
“Acara penyambutan kakakku.”
“Hmm,” gumam Shita sembari menggangguk.
“Datang nggak?” tanyanya menyakinkan.
“Pasti.” jawab Shita.
By the way, Shita kamu belum punya pacar kan?” ucap Anis mengalihkan.
“Kenapa? Mau cariin aku pacar lagi? Nggak usah lah Nis, nanti aku bikin kamu kecewa lagi.”  ungkap Shita sembari mengelap bibirnya dengan tisue.
“Nggak apa – apa kali Ris, aku kan sahabat kamu. Masa sudah dua tahun ini kamu belum punya pacar sih.”
“Enak aja 2 tahun, dari aku kecil sampai sekarang umur aku 22 tahun, aku belum sama sekali pacaran tahu.” tukasnya.
“Hah, masa sih? Yang bener?” tanya Anis sampai mulutnya menganga.
“Beneran, kamu kan baru kenal aku dua tahun ini Nis, semenjak aku masuk kerja dua tahun lalu kan?”
“Betul sih, owh... emang kenapa sih kamu nggak pernah mau sama laki – laki yang sebelumnya sudah aku kenalin semuanya ke kamu?”
“Nggak sreg aja Nis.”
“Memang tipe kamu kayak apa?”
“Hmm... kayak teman kecil aku dulu.” jawab Shita sambil menatap ke atas dan menaruh dagu di telapak tangannya.
“Hah, kayak apa tuh orangnya? Emang bisa yah?”
“Bisa bisa bisa.” ucapnya sambil meniru tingkah Ipin dalam senima anak - anak Upin & Ipin.
Ngarep.” cibir Anis.
“Biarin lah Nis, suka – suka aku. Tapi sampai sekarang aku nggak pernah ketemu orangnya.”
“Lah, memangnya kemana?”
“Itu dia yang aku nggak tahu keberadaannya dimana sekarang? Aku nggak tahu Nis.” jawabnya dengan raut wajah yang muram.
“Emang udah nggak ketemu berapa lama Ris?”
“Hampir 10 tahun Nis.”
“Lama banget yah. Ya udah jangan sedih gitu. Kalau jodoh pasti ketemu kok Ris. Percaya deh Ris.” ucapnya meyakinkan.
Shita mengangguk. Dan mereka berangkulan.
***
Malam tiba, hembusan angin malam semakin dingin membuat tubuh Shita yang lelah setelah bekerja seharian jatuh ketempat tidur. Dalam tatapan harapannya, berharap masa depannya dapat bahagia, perlahan mata indah Shita lama - lama tertutup, mulai terlelap dan mulai memasuki dunia yang dimana kebanyakan manusia mengganggap seperti nyata padahal sebenarnya tidak atau dapat dikatakan khalayan.

Shita seperti merasakan dejavu. Dalam hatinya bertanya, “Kenapa tiba – tiba aku disini?”. “Ini kan tempat....?”. Shita merasa bahwa ia pernah melihat tempat ini, tempat dimana ia pernah bertemu, bermain dan bersenda gurau dengan seseorang, tapi ia lupa. Ini hari ke 5, Shita merasakan hal yang hampir sama.
“Setelah lama aku menunggu, akhirnya kamu datang juga Ris.” ucap seorang laki – laki yang sama ketika Shita duduk sendiri pada waktu lalu. Dengan senyuman yang menyejukan bagi setiap wanita yang melihatnya, namun untuk Shita senyuman itu tak berpengaruh sama sekali.
“Kamu lagi?!” kata Shita dengan heran.
“Ya.”
“Sebenarnya kamu siapa, sudah dua kali aku bertemu kamu, tapi aku nggak kenal kamu.”
“Belum saatnya kamu tahu, jika sudah tepat waktunya kamu akan tahu siapa aku. Sekarang biarlah aku menemanimu di setiap malam – malammu.” jawabnya tersenyum.
“Hmm” Shita mengerenyit dahi. “Aku nggak ngerti maksudmu?”
“Sudahlah, jangan kamu tanyakan lagi siapa aku, jika kamu belum bisa mengingatnya.”
“Lalu?”
“Aku berjanji dengan seseorang, bahwa aku akan menemanimu dimanapun kamu berada.” ikrarnya meyakinkan Shita.
Saat itu Shita hanya diam dengan perasaan yang tak mengerti apa yang dimakud oleh perkataan laki – laki itu. Dalam lubuk hatinya, terasa aneh, ia merasakan ketika bertemu laki – laki ini Shita merasa nyaman dan tak terganggu walaupun ia tidak mengenalnya. Dan Shita pun merasakan rindu yang sangat mendalam oleh seseorang yang ia harapkan akan bertemu kembali.
***
Minggu pagi yang cerah.
Secangkir coklat panas tersaji dihadapan Shita yang termangu dalam lamunannya. Kedua matanya entah menatap apa, membayangi wajah laki – laki itu.
Sruupp... “Ehmm..sedap.” ucap Anis setelah meminum coklat hangatnya. Melihat Shita yang sedang melamun, Anis menepuk bahu sahabatnya itu. “Shita, kenapa kamu?”
“Ah, nggak kenapa – napa kok.” lamunan Shita membuyar.
“Masa sih? Ah nggak mungkin. Coba cerita sama aku kalau ada masalah.” Anis mencoba merayu Shita dengan mendekatnya bahunya dengan bahu Shita agar Shita dapat menceritakan semua masalahnya.
“Emm... Aku inget sama seseorang.” Shita mulai mengingatnya. “Jujur aku rindu pada Dyan, teman semasa kecilku. Kami terpisah karena keluarganya tiba – tiba pindah ke luar kota. Tapi tak satupun para tetangga tahu alamat pindahannya dimana? Dyan adalah teman sekaligus sahabat yang aku punya pada saat itu, ketika semua teman – teman yang lain mengucilkanku tanpa sebab. Dyan sangat peduli padaku, memperhatikan aku dan melindungi aku lebih dari seorang teman bahkan aku dianggap seperti adiknya sendiri.”
Anis mendengarkan secara seksama sembari menaruh dagunya di lipatan kedua telapak tangannya, “Terus Ris?” tanya Anis.
“Pada hari terakhir aku bertemu dengannya, pada saat kami berdua duduk dikursi taman itu, ia mengatakan hal yang aneh yang belum pernah aku dengar dari mulutnya, yang mungkin aku tak mengerti maksud dari perkataannya itu karena pada saat itu aku baru berumur 12 tahun dan Dyan berusia 14 tahun.” Shita benar – benar mengingatnya.
“Terus?” tanya Anis yang ingin tahu kelanjutannya, “Apa yang dia katakan Ris?”
“Dyan berkata, Ris, kapanpun, dimanapun dan sampai kapanpun, aku akan selalu menemanimu dan mendampingimu walaupun aku jauh. Itu saja yang aku ingat.” mata Shita mulai berkaca. “Dan ketika keesokan harinya, setelah aku pulang sekolah, aku dititipkan sepucuk surat dari Dyan. Yang isinya, Shita membayangi.
untuk Shita,
Adik kecilku...
Maafkan aku, karena aku tidak dapat menjagamu lagi dan tak lagi disampingmu, namun sampai kapanpun aku pasti akan menemanimu dikala kamu sedih, gundah atau rindu padaku.aku yakin kita pasti akan bertemu lagi.
Jujur sebenarnya, aku menyanyangimu setulus hatiku.
Yang menyayangimu
Dyan.
Begitu Nis.” ungkap Shita yang hampir menangis.
“Ow, begitu ya. Aku jadi terharu, kamu nggak mencoba mencari alamatnya?” tanya Anis.
“Sudah, tapi berkali – kali aku tak berhasil.” sesalnya.
“Jangan menyerah Ris, kamu pasti akan bertemu dengannya.” ungkapnya pasti.
“Ya Nis, aku juga merasa belakang terakhir selalu bersamanya, tapi aku nggak tahu rupanya sekarang seperti apa? Mungkin berubah.”
“Tetap yakin ya Ris, aku akan dukung kamu 100 %.” ucap Anis yakin.
“Ya.” Shita tersenyum.
***
Shita termangu di bawah jendelanya, menatap langit sore nan biru itu. Tiba Ibunya disampingnya, menepuk bahu Shita dengan lembut, sambil berkata, “Shita, ada surat untukmu.” Ibu menyodori sepucuk amplop putih bersih yang bertuliskan, To : Shita Saputri.
“Terima kasih ya Bu,” ucap Shita sambil menerima surat itu.
“Iya, sama – sama. Ibu istirahat dikamar dulu ya.” kata Ibu sambil berlalu. Shita hanya mengangguk.
Perlahan ia buka pelan – pelan surat itu, penasaran apa isi didalamnya, surat dari siapa? Karena tidak ada nama si pengirim surat di amplopnya. Mata Shita membelakak, rasa tak percaya dan senang serta sedih bercampur jadi satu, ia bingung harus bagaimana.
Isi surat itu bertuliskan,
Dear Shita,
Sebelumnya aku bertanya padamu, apa kabarmu?
Maaf jika saat ini aku baru memberimu kabar, aku tak mau kamu melihatku dengan keadaan seperti ini. Maafkan aku jika kedua orangtuaku menyembunyikan alamat rumahku yang baru dari banyak orang. Maafkan aku jika aku tidak dapat menemanimu, membelamu dan melindungimu sampai kamu dewasa saat ini. Tapi aku yakin, saat ini kamu pasti jadi perempuan yang kuat dan mandiri.
Shita, mungkin surat ini baru sampai padamu disaat aku tidak ada didunia ini. Maafkan aku jika aku meyembunyikannya darimu Aku menderita kanker darah stadium akhir, karena itulah keluargaku pindah pada beberapa tahun lalu untuk pengobatanku. Namun aku bertahan sudah terlalu lama, aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini. Tapi satu hal yang kamu tahu, kapanpun, dimanapun dan sampai kapanpun, aku akan selalu ingat padamu, aku berjanji pada diriku sendiri akan menemanimu dan mendampingimu walaupun aku jauh darimu.
Jaga baik – baik dirimu ya Shita, aku akan selalu hadir di dunia khayalmu.

Yang sayang padamu,
Dyan.
Tak terasa, airmata Shita menetes, tak kuat menahan rasa yang ada dalam hatinya. Shita langsung beranjak dari kamarnya, ia melihat alamat si pengirim, berharap ia dapat bertemu dengan Dyan. Shita pergi ke tempat yang tertulis di amplop itu.
***
“Kamu yakin Ris?” tanya Anis pada Shita, yang kini mereka berdua sedang menuju alamat Dyan. Anis dihubungi Shita, untuk menemaninya bertemu dengan Dyan.
“Iya, aku yakin ini surat dari Dyan.” jawabnya dengan raut wajah yang cemas.
“Mudah – mudahan ketemu yah, kayaknya sih nggak jauh.” ucap Anis sembari fokus mengendarai skuter maticnya.
“Iya.” jawab Shita.
Setelah alamat itu ditemukan,
“Kayaknya ini deh Ris, coba lihat alamatnya Ris.” ucap Anis sembari menghentikan skuter maticnya.
“Ehmm... Jl. Sultan Agung No. 26. iya bener Nis.” jawab Shita yakin. “Ayo kita hampiri pemilik rumahnya nis.”
“Iya ya.” dengan segera Anis memarkirkan skuternya disamping rumah itu.

“Assalamulaikum” kata Shita memberi salam. Tak lama ada sahutan dari dalam rumah.“Walaikumsalam.” Tiba ibu - ibu sebaya dengan Ibu Shita membuka pintu, dengan setengah kaget, ibu itu mengucap nama, “Nak Shita?”
“Ibu kenal dengan saya?” tanya Shita
“Ya ibu kenal. Kamu Shita teman kecilnya Dyan kan?” ungkap si ibu sambil memeluk Shita.
“Betul Bu, akhirnya aku bisa bertemu Ibu sekeluarga dan Dyan.” ungkap Shita bahagia. Namun raut wajah Ibu Dyan tiba – tiba menjadi mendung.
“Loh, Ibu kenapa?” tanya Shita heran.
“Iya Ibu kenapa?” Anis ikut bertanya.
“Ayo masuk dulu, Ibu ceritakan didalam.” jelas Ibu Dyan mengajak keduanya masuk kedalam rumahnya.
Ketika mereka semua sudah duduk dan disuguhkan dua cangkir teh hangat. Ibu Dyan mulai menyampaikan sesuatu pada Shita.
“Sebelumnya Nak Shita, Ibu minta maaf karena Ibu lupa menyampaikan surat terakhir dari Dyan untukmu yang baru Ibu kirimkan beberapa minggu lalu, karena Ayahnya Dyan mengingatkan akhirnya Ibu kirimkan beberapa hari lalu. Kamu sudah sempat membacanya?”
“Sudah Bu, tapi apa maksud Ibu yang terakhir?”
“Ehm... Dyan menderita leukimia, penyakit yang dideritanya dari usianya yang tergolong muda. Awalnya dia bertahan sangat kuat dengan penyakitnya hanya untuk bisa bertemu kamu Shita. Tapi pada akhir tahun lalu, Dyan........” ungkap Ibu mulai menangis.
“Ada apa Bu dengan Dyan?”
“Dyan... Dyan... Dyan meninggal Ris. Dan sebelum dia meninggal dia menitipkan surat itu untukmu.” jawab Ibu Dyan menangis.
Tiba airmata Shita diujung matanya, rasa yang luar biasa yang belum pernah ia rasakan lagi setelah kepergian Ayahnya. Shita menangis dipelukan Ibu Dyan. Anis hanya merasa sedih melihat sahabatnya menangis karena kepergian Dyan. Langit menjadi mendung.
***
“Hai, Shita.” sapa laki – laki itu pada Shita. Shita hanya tersenyum.
“Bagaimana kabarmu?”
“Alhamdulilah baik, oh ya apakah sekarang aku boleh tahu siapa kamu?” tanya Shita sembari menatap mata laki – laki itu.
Laki – laki itu menunduk dengan senyum, “Kamu sudah siap Shita, untuk mengetahui siapa aku sebenarnya?”
“Iya.” yakin Shita.
“Sebenarnya aku adalah Dyan.” ungkapnya tersenyum.
Shita hanya diam seribu bahasa, dalam hatinya ia senang tapi tak bisa diungkapkan. Dalam hati kecilnya berkata, “Biar didunia nyata Dyan sudah tidak ada, setidaknya dalam mimpiku Dyan selalu hadir menghiasi  dunia mimpiku. Aku ingin semua ini tidak berakhir sampai malam ini saja.”. Shita memeluk tubuh Dyan yang kekar itu, Shita merasa hangat dan nyaman.
“Oh Tuhan, maafkan aku, karena aku terlalu banyak berkhayal yang tak pasti, tapi kali ini kumohon khalayanku ini biarlah hadir dalam mimpi disetiap malam – malamku, amin” harapnya dalam hati.

Tangerang, 29 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...