Selasa, 09 Juni 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 4

IDOL SCHOOL

Chapter 4

Genre : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^


***************_________*******************

“Apa kamu sudah ada janji?” tanya Yuko kepada Renal yang tengah asyik membaca buku dikelasnya.
“Hmm..” gumamnya tanpa merubah posisi duduknya.
Suasana kelas saat itu ramai karena sudah waktunya jam istirahat. Yuko menghela nafasnya pelan, seraut wajahnya terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Renal.
“Padahal tadinya aku ingin mengajakmu ke pameran komik minggu ini dipusat kota, ternyata kamu sudah ada janji dengan orang lain ya.” jelasnya sembari duduk diseberang Renal.
Renal menutup bukunya perlahan dan menaruhnya diatas meja, “Aku juga akan kesana.” ungkapnya kemudian tersenyum kearah Yuko.
Yuko terkejut, “Hah? Jadi kamu mau kesana?” tanyanya dengan harapan bahwa orang yang dijanjikannya itu adalah dirinya.
Renal mengangguk pasti, kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas dengan satu tangan kanannya masuk kesaku celana. Yuko mengikutinya dari belakang dengan wajah berbunga – bunga.
“Kamu akan kesana jam berapa? Dengan siapa?” tanyanya malu – malu.
“Hmm.. nanti kamu akan tau, kalau kamu juga akan kesana minggu ini.”
“Hmm? Maksudnya.” Yuko menghentikan langkahnya.
Renal juga menghentikan langkah kakinya dan berbalik kearah belakang, “Aku mengajak gadis aneh itu ke pameran komik minggu depan.” jawabnya, sedetik kemudian ia berbalik kembali dan melanjutkan langkahnya.
Yuko terpaku diam akan perkataan Renal barusan, “Apa? Gadis aneh? Berarti bukan aku?” gumamnya dalam hati.
***
Diwaktu yang bersamaan,
“Hei Rissa, bagaimana dengan PR Matematikamu?” tanya Sam yang khawatir ketika hari ini semua murid harus mengumpulkan PR Matematika.
“Sudah selesai kok.” jawabnya senang.
“Sungguh? Kamu yakin?” tanya Sam mengulanginya.
“Kemarin kamu benar – benar mengerjakannya sendiri?” tanya Inka yang duduk dihadapan Rissa.
Rissa mengangguk pasti dengan pipinya yang merona.
“Hey, ada yang berbeda denganmu.” ucap Inka yang menyadari perubahan sikap Rissa hari ini.
Rissa tersentak, “Ah.. tidak.. tidak ada apa – apa kok.” sembari menganyunkan lima jemarinya dihadapan kedua temannya itu.
Sam dan Inka menangkap sinyal aneh dengan perubahan sikap Rissa, dengan tatapan mata mereka yang seakan memojokkan Rissa, “Kamu harus jujur Rissa!” seru Sam berbisik ditelinga kanan Rissa.
Wajah Rissa berubah menjadi pucat (bayangkan jika posisi seseorang yang terpojok, tapi dengan ekspresi yang lucu), “Ehhhhh.... tidak ada apa – apa kok Sam.” jawabnya sedikit bergetar takut dan tak menyadari pinjakan kaki kursinya tengah berdiri setengah dari keempat kaki kursi tersebut.
“Kyaaaaaaaaa...............” teriak Rissa baru menyadari bahwa dirinya akan jatuh kebelakang dari kursinya.
“Eeeehhhh..... Rissa.” spontan Sam dan Inkapun berteriak. Para penghuni kelaspun menoleh kesumber suara dan menghampiri mereka.
Gubrak – Akhirnya Rissa terjatuh juga dengan posisi roknya terangkat setengah paha.
“Aduuhhh...” rintih Rissa masih dalam posisi telentang, mengusap kepala belakangnya.
“Eh lihat Rissa, pahanya putih banget ya...” bisik siswa laki – laki dengan temannya tepat dibelakang Sam dan Inka segera berjongkok menutup rok Rissa.
“Heh! Apa yang kalian lihat!” seru Sam menatap tajam kearah kedua siswa laki – laki itu.
Sontak merekapun mundur teratur.
Rissa dibantu berdiri oleh Inka dan salah satu temannya mendirikan kursi Rissa, kemudian penghuni kelaspun kembali ketempatnya masing – masing.
“Kamu tidak apa – apa Rissa?” tanya Inka membantu Rissa untuk duduk dikursinya.
Rissa menunduk dan masih memegang pelipisnya, “Sepertinya aku sedikit pusing.”
“Aku antar kamu ke ruang UKS yuk.” ajak Inka. Rissa mengangguk.
Sementara Sam masih pada posisinya, memelototi kedua siswa laki – laki yang tadi berbisik didekatnya.

Ruang UKS,
“Sudah mendingan?” tanya Inka setelah memberikan minyak angin kepada Rissa dan mendudukan dirinya disamping Rissa
“Terima kasih ya.” ucapnya lirih.
“Maaf ya gara – gara kami, kamu menjadi seperti ini.”
“Tidak apa kok.” ucapnya spontan tersenyum kearah Inka.
“Sekali lagi maaf ya.”
“Aku yang harusnya minta maaf.”
Inka terkejut, “Eh.”
“Aku tidak jujur pada kalian. Padahal kalian adalah teman terbaikku disekolah.”
“Maksudnya? Aku jadi tidak mengerti.”
“Aku... aku...” Rissa menunduk dan kembali memainkan jari jemarinya.
Inka hanya melihat tingkah Rissa yang memang diketahuinya, jika sikapnya seperti itu berarti dia dalam kondisi antara nervous dan ragu – ragu. Inka tersenyum kecil, “Kamu ini lucu sekali Rissa, aku ini kan temanmu. Bukan laki – laki yang kamu suka.”
Rissa terkejut dan menenggakkan kepalanya, “Ahh.. apa kamu tau aku menyukai seseorang?”
“Hah? Aku?” tanyanya menunjuk diri sendiri, “Aku kan tidak tau, kamu kan selalu tertutup kalau masalah itu.”
“Hehe, iya ya.” Rissa mulai membaik, kepalanya sudah tidak sakit lagi.
“Apa ada orang yang kamu sukai Rissa?” tanya Inka.
“Heh!” serunya kaget, pasalnya tiba – tiba wajah Inka sudah berada disebelah wajah Rissa. Rissa menghela nafasnya pelan, “Huft.. kamu mengagetkanku saja Ka.” Rissa mengelus dada.
Inka kembali ke posisi semula, “Hehehe, aku terlalu bersemangat ya?” ungkapnya diselingin tawa.
“Iya.” jawabnya.
“Oh ya, siapa dia?”
“Tapi, aku takut kalian marah.”
“Kenapa kami harus marah?” tanya Sam yang telah berada didepan pintu ruang UKS.
Rissa dan Inka melihat kearah datangnya Sam, “Kamu bikin kaget saja!” seru Inka cemberut.
Sam menghampiri mereka, “Siapa dia?” tanyanya dengan tatapan tajam.
Rissa meringis melihat ekspresi Sam yang menakutkan itu, “hhhhhhh”
“Aduh.” ucap Sam meringis.
“Sam, berhentilah menatap Rissa seperti itu!” seru Inka memukul kepala Sam.
“Tapi kamu tidak perlu memukul kepalaku.” kesal Sam mengelus kepalanya.
“Kamu terlalu berlebihan menatap orang seperti itu. Pantas saja kamu ini tidak ada yang naksir.”
“Hah! Apa maksudmu!”
“Kamu tidak mempunyai sisi kelembutan seorang wanita.” Inka membelakangi Sam.
“Rrrrgghhh... Inkaaaaaa” teriak Sam.
“Berisik! Ini UKS bukan lapangan bola!” seru seseorang dibalik tirai di samping tempat tidur Rissa. Mereka bertiga menoleh kesumber suara.
“Ada orang lain yah?" tanya Rissa pelan.
Seseorang itu menggeser tirainya, “Kalian menganggu istirahatku.” ketusnya dengan tatapan dingin kearah mereka berdua, Inka dan Sam.
“Hah! YUKO!” seru mereka berdua Sam dan Inka bersamaan.
Yuko mendengus kasar, “Kenapa? Ada apa dengan kalian? Kenapa berteriak dengan namaku seperti itu?” ucapnya sambil bertulak pinggang. Tatapan tajamnya mengarah kearah mereka berdua yang sejak berteriak tadi menjadi diam.
Rissa turun dari tempat tidurnya dan muncul ditengah – tengah Sam dan Inka, “Maafkan kami ya, sudah menganggumu istirahat.” ucapnya sambil menunduk sedikit dan kemudian berbalik menggeret kedua temannya dari ruang UKS.
“Huh! Apa maksudnya coba?!” serunya kesal.

***

Rissa tengah berdiri gelisah dihalte bus dekat sekolah, sambil memegangi tali tas ditangan kirinya serta dua buah buku tebal disebelah tangan kanannya. Ia terus menatap kearah bus datang, “Bagaimana ini hari sudah sore, kemungkinan bus terakhir telah lewat 1 jam yang lalu.” ucapnya dengan mengigit bibir bawahnya. Sesekali ia duduk dibangku halte dan berdiri lagi, seperti itu terus hingga beberapa menit. Rissa menghela nafasnya kasar, “Aku yakin sudah tidak ada lagi bus.” ucapnya lesu kemudian ia berbalik dan memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki.

Setelah beberapa ratus meter berjalan kaki, peluh dipelipis Rissa mengalir karena terik matahari yang lumayan cukup panas padahal hari sudah sore. Seseorang tanpa diketahui Rissa berjalan dibelakangnya, seulas senyum tipis terukir dibibirnya, ia mempercepat langkahnya menghampiri Rissa didepannya.
“Hei, kamu pulang sore lagi?” tanyanya berjalan disamping Rissa.
Rissa sedikit terkejut dengan siapa yang menyapanya, wajahnya langsung berpaling dan menatap lurus kedepan jalan.
Orang itu melihat tingkah laku Rissa, “Kamu suka membuat pipimu merah seperti itu ya?” tunjuknya kearah pipi kanan Rissa.
“Ah..” Rissa menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. “Tidak, ini hanya kepanasan kok.” bohongnya. 'Haduh kenapa ada dia disini, bukannya tadi dia sudah pulang?' tanya dalam hati.
“Kenapa selalu pulang sore beberapa hari ini?” tanyanya lagi, namun kali ini sudah menatap lurus kedepan, menaruh kedua telapak tangan disaku celananya.
“Eh, Hmmm...” Rissa menurunkan kedua tangannya tadi, “Aku belajar diperpustakan.”
“Oh.. menjelang ujian akhir ya?”
“Iya.”
“Memangnya kenapa tidak belajar dirumah? Biasanya anak perempuan suka belajar dirumah.”
“Oh, itu. Hmm aku lebih suka belajar diperpustakan karena bukunya banyak. Hehehe.” jawabnya asal sambil terkekeh.
Orang itu tersenyum, sedetik kemudian menunduk melihat jam tangannya.
“Eh, kamu kenapa?” tanyanya khawatir.
“Tidak.” ucapnya sambil menegakkan wajahnya kembali. “Hmm aku duluan ya! Ditunggu seseorang.” ucapnya kemudian berlari meninggalkan Rissa sendirian.
“Ehhh, hei!” seru Rissa, sedetik kemudian ia menghela nafasnya pelan, “Padahal aku senang karena ada yang menemaniku pulang, apalagi itu orang yang aku suka.” gumamnya. Dengan langkah gontainya, Rissa meneruskan perjalanannya menuju rumah.

***

“Hosh hosh hosh...” Renal tengah tersengal – sengal sehabis berlari tadi.
“Hei, kenapa kamu?” tanya salah seorang temannya.
“Apa ada yang mengejarmu?” tanya temannya satu lagi.
“Hei, kalian berhentilah bertanya. Beri aku minum, itu adalah hal terbaik yang bisa kalian lakukan sekarang!” seru Renal bertulak pinggang.
Kedua temannya itu membulatkan matanya, “Eh, kenapa anak ini.” kemudian salah satu dari mereka mengambil sebotol air minum ditasnya.
“Ini, minumlah.”
“Terima kasih.” jawabnya sambil meneguk sebotol air itu.
“Tumben sekali kamu terlambat, bisa – bisa kepala yayasan marah nanti.”
“Aku ada urusan tadi.” ucapnya sembari memberikan botol air minum tadi.
“Urusan?”
Renal mengangguk dan tersenyum akan beberapa jam yang lalu ia melakukan hal konyol yang belum ia lakukan sebelumnya.

Flash back on
Renal tengah menyelusuri deretan buku matematika yang sedang ia pelajari untuk mempersiapkan ujian akhirnya bulan depan, ia terhenti ketika melihat Rissa tengah berbicara sendiri dengan memainkan jari – jarinya seperti sedang menghitung sesuatu.
“Jadi x + y sama dengan.....mmmmm....” ucap Rissa mencoba menghafal rumus dan ia terlihat frustasi sekali. “Argghhhhh..... apa tadi.” kesalnya yang kemudian membuka buku diatas mejanya dan menghafalkannya kembali.
Renal terkekeh geli melihat tingkah Rissa, “Dia benar – benar gadis aneh!” serunya, kemudian berlalu mencari tempat duduk tepat didepan Rissa, namun Rissa tidak menyadari ada Renal disana, karena tempat duduk diperpustakan tersekat – sekat satu sama lain.
“Aduh yang ini bagaimana rumusnya?” ucap Rissa lagi.
“Ini bagaimana ya membaca rumusnya.”
“Susah!”
“Ighhhh tidak bisa dihafal!” ucapnya terus menerus dan hal itu membuat Renal terganggu.
“Ckck!” Renal berdecak, sedikit kesal. Baru saja ia bangun dari tempat duduknya, namun Rissa sudah tidak dihadapannya. Ia coba mencari dimana keberadaan Rissa, ia meninggalkan mejanya dan mencari dimana Rissa dan ketemu, “Astaga! Dia disana rupanya.” ucapnya setelah melihat Rissa tengah tertawa pelan dengan apa yang ia baca, komik.

Renal tidak tahu kenapa? Tapi dia merasa dia terlalu asik melihat tingkah konyol Rissa yang selalu tiba – tiba. Dan hal itu menyenangkan baginya sampai akhirnya ia menunggu Rissa pulang.

Flash back off

“Okelah, ayo 5 menit lagi mulai jam kursusnya. Kalau terlambat kita bisa dimarahi kepala yayasan.”
Renal dan salah satu temannya mengangguk, kemudian bergegas masuk kedalam bangunan kecil itu. Renal dan kedua temannya adalah salah satu pengajar disebuah yayasan yang membuka tempat kursus bagi anak – anak tidak mampu.

***

tbc



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...