Rabu, 08 Juli 2015

CERBUNG : Best Friend Or Boy Friend Chapter 1

BEST FRIEND OR BOY FRIEND

CHAPTER 1

***
“Daya!! awas dibelakangmu!!” seorang siswa berteriak dari kejauhan ketika melihat sebuah bola sepak mengarah kearah gadis itu.
Gadis itu menyadari dirinya terpanggil, ketika ia menoleh kesumber suara tiba – tiba. 'Bugh' tepat sasaran mengenai belakang kepalanya. Gadis itu pingsang seketika, “Daya!” teriak siswa itu lagi dan segera berlari menghampirinya.

Siswa laki – laki memandang paras gadis yang terkena lemparan tadi, suram – suram penglihatan gadis itu menangkap sebuah bayangan yang berada tepat didepan wajahnya. “Kamu siapa?” ucapnya pelan.
“Ah, perkenalkan aku Azfar.” jawabnya dengan ramah, “Apa kamu baik – baik saja?” tanyanya khawatir.
Gadis yang dipanggil Daya itu mencoba untuk bangun dari tidurnya dengan bantuan dari Azfar akhirnya ia bisa duduk ditempat tidurnya, “Sedikit pusing.” sambil memijat dahinya. Sesaat kemudian ia tersadar akan orang baru yang dikenalnya berada disampingnya dan terus menatapnya, “Kamu tidak usah mengkhawatirkan aku.” ucapnya dengan wajah datar.
Azfar menunduk, “Maaf ya, bola itu aku yang tendang.”
“Tidak apa kok, nih sudah sembuh.” jawabnya sambil mencoba tersenyum.
Azfar menatap Daya lagi, “Benarkah?”
Yang ditanya hanya menganggukkan kepala.

***
“Jadi kamu yang menendang bola itu kearahnya.” kata Yasmin, berjalan disamping Azfar yang sedang membawa setumpuk buku anak – anak dikelasnya menuju ruang Guru, sedangkan dirinya membawa setengahnya. Mereka berdua adalah ketua kelas dan wakil ketua kelas yang ditugaskan oleh gurunya saat itu.
“Ya begitulah.”
“Apa dia baik – baik saja?”
“Kurasa begitu. Dia bilang tidak apa – apa.”
“Syukurlah kalau begitu, jadi kamu tidak berurusan dengan dirinya lagi.”
“Apa maksudmu?”
“Kamu tidak tau ya? Dia itu banyak yang suka. Kalau ada laki – laki yang berdekatan dengannya bisa – bisa dihajar.”
“Kamu bercanda kan? Memangnya dia siapa?”
“Hah.. kamu ini benar – benar deh!” eluhnya. “Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Fahri, mantan penggemar gadis itu.” ucapnya sembari menaruh buku di meja Guru.
Azfar terdiam, dia tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan oleh Yasmin. “Aku tidak peduli.” ucapnya sambil berlalu.
Yasmin menghela nafas, “Kamu ini kenapa sih?”
“Aku tidak apa – apa.”
“Kamu suka sama dia ya?”
“Hmmm aku tidak tau.”
“Kamu ini aneh!” serunya sambil melipat kedua tangan didepan dadanya.
“Aku hanya terpesona melihat wajahnya saat itu.” jawabnya sambil berjalan menunduk.
“Hah! Terpesona? Lucu sekali.” Yasmin terkekeh  geli.
“Hei, apa ada yang salah dengan ucapanku?” tanyanya cemberut.
“Orang sepertimu yang ku kenal sejak kecil bersikap seperti ini, sungguh lucu.” ungkapnya sambil tertawa.
“Dia berbeda.”
“Hmm?”
“Sudahlah kamu tidak akan tau maksudku!” serunya sambil berlalu meninggalkan Yasmin.
“Hei!!! Azfar!!” seru Yasmin kesal.
***
Daya berjalan sendirian selepas bel sekolah, dia gadis manis yang suka menyendiri. Banyak siswa laki – laki mengaguminya, namun semuanya ditolak dengan bahasa yang halus tentunya. Dikarenakan dikenal sebagai gadis pendiam yang lemah lembut, banyak fans yang anti terhadap laki – laki yang mencoba mendapatkan dirinya. Bagi penggemarnya dia berhak dimiliki oleh semua orang, karena dia tidak bisa memilih pada setiap laki – laki yang menembaknya.
Tatapan kosongnya menemani setiap langkah kakinya, “Kenapa?” tanyanya dalam hati.
“Kenapa banyak laki – laki menyukaiku, bahkan mereka tega membuat teman – teman wanitaku membenciku. Hanya karena aku!” protesnya dalam hati.
“Kau yang bernama Daya ya?” tanya seorang gadis yang tak lain adalah Yasmin, teman sekelas Azfar. Dia tidak sengaja bertemu dengan Daya ketika ia keluar dari mini market.
Daya menghentikan langkahnya dan menatap Yasmin, “Iya, kamu siapa?”
“Perkenalkan aku Yasmin, anak kelas 3A IPA. Kamu Daya anak pindahan tahun lalu dari SMA di Surabaya kan?” tanyanya sambil tersenyum.
“Benar. Ada perlu apa?”
“Hehehe tidak ada apa – apa sih. Aku hanya tak sengaja melihatmu berjalan kaki.”
“Oh begitu ya.”
“Tadi aku habis dari mini market diseberang jalan sana.” ucapnya sambil menunjukkan letak mini market tersebut.
Daya tidak menghiraukan ucapan Yasmin, hingga ia tersadar ucapannya tidak didengar dan ditinggalkan oleh Daya begitu saja. “Eh, Hei tunggu!” serunya sambil menghampiri Daya.
“Ada apa?” tanya Daya yang masih terus melangkahkan kakinya.
“Kenapa kamu berjalan kaki? Tidak naik bus?” tanya Yasmin sambil meminum minumannya.
“Rumahku dekat dari sini.” jawabnya datar.
Yasmin mengangguk – angguk. “Mau ini?” Yasmin menyodorkan sekotak minuman kepada Daya.
Daya melihat sekilas, “Tidak terima kasih.”
Yasmin memanyunkan bibirnya dan menaruh minuman itu kedalam kantung plastik.
“Kenapa kamu menyapaku?” tanya datarnya.
“Eh.” Yasmin kaget mendengar ucapan itu, “Memangnya kenapa?”
“Hm” senyum smirk Daya terlihat dibibir kanannya, dia menunduk. “Biasanya mereka tidak ada yang mau bicara padaku.”
“Eh, mereka siapa?” Yasmin belum begitu paham rupanya dengan apa yang dimaksud oleh Daya.
“Siapa lagi jika bukan siswi disekolah dan dikelasku.”
“Loh, memangnya kenapa. Kita semua ini kan teman.”
Daya menghentikan langkahnya disusul dengan Yasmin melihat aneh kearah Daya.
“Teman ya? Aku sudah lupa mempunyai teman dan bagaimana rasanya berteman.” ucapnya terdengar sedih.
“Daya apa kamu tidak apa – apa?” Yasmin merasa khawatir melihat bahu Daya naik turun dan sejak tadi menundukkan kepala.
“Hiks hiks hiks.”
“Hei, jangan menangis.” ucapnya sambil memeluk tubuh Daya yang bergetar. Daya yang dirasa dipeluk oleh Yasmin itu terkejut, baru kali ini setelah bertahun – tahun ia tak merasakan dipeluk oleh seorang teman. “Jangan menangis.” ucap Yasmin lagi sambil merenggangkan pelukannya, “Aku akan jadi temanmu tenang saja. Setiap istirahat aku akan kekelasmu untuk mengajakmu kekantin. Oke?”
Kedua mata Daya masih ada air mata yang menggenang disana, “Kamu tidak membenciku?”
“Apa yang kamu katakan, siapa yang membencimu? Aku? Tidak mungkin aku membencimu. Kita kan baru saja kenal.” ucapnya.
“Tapi kenapa disekolah bahkan teman satu kelasku membenciku? Mereka tidak ada yang mau berteman denganku?”
“Hah, mereka itu hanya iri padamu. Kamu ini kan manis dan cantik, siapapun laki – laki yang melihatmu pasti tertarik, jadi wajar mereka yang tidak punya rasa percaya diri merasa rendah dihadapanmu dan itu menjadi rasa tidak suka kepadamu.” jelasnya sambil tersenyum. “Benar yah apa yang diucapkan Azfar kemarin, pantas saja dia terpesona melihat Daya.” gumamnya dalam hati.
“Jadi kamu tidak membenciku?”
“Hah? Memangnya kamu siapa yang pantas aku benci. Kamu kan bukan artis terkenal dan kamu ini orang biasa – biasa saja kan!” serunya bertulak pinggang dengan bibirnya yang mengerucut dihadapan Daya.
Perlahan tapi pasti senyum dibibir Daya terlihat, “Kamu ini lucu ya.” ucapnya sambil terkekeh.
“Eh, lucu? Apanya yang lucu?” tanyanya aneh.
“Iya kamu yang lucu, dengan percaya diri yang tinggi kamu mengatakan itu semua padaku. Aku seperti mendapat semangat lagi.” ungkapnya sambil tersenyum.
“Dia kalau tersenyum makin manis yah?” gumam Yasmin dalam hati. “Eh.. hehehe memang iya ya? Aku ini agak tomboy, penampilanku saja yang terlihat feminim tapi sikap dan perkataanku seperti anak laki – laki.” jelasnya diselingin dengan tertawa.
Daya terkekeh geli dan sesaat berhenti, “Terima kasih ya.”
“Eh? Untuk apa?”
“Mau jadi temanku.”
“Oh yang itu, hehe tentu saja. Semua orang berhak punya teman.” jawabnya sambil nyengir (?). “Baiklah ayo kita lanjutkan perjalanan kita.” ajak Yasmin mengandeng lengan Daya, Daya yang terlihat syok dengan gerakan tiba – tiba Yasmin hanya bisa mengikutinya.
“Eh iya, pelan – pelan ya.” ucap Daya. Dan keduanya tersenyum, sejak saat itu Daya telah memiliki teman.
***
Seminggu kemudian,
“Azfar oper bolanya!” seru salah satu pemain bola tersebut. Azfar masih fokus pada bola yang digiringnya, menikuk setiap perlawanan musuh dengan gesit ia memainkan bola itu dengan kelincahan kakinya mengoper kearah temannya.
“Ambil ini!” teriaknya, peluh yang mengucur didahinya tak mengurangi semangat bermainnya.
'GGGOOOOOLLLLLL' seru pengamat pertandingan saat bolah yang dioper Azfar kepada temannya sukses memasuki gawang lawan. Skor 2 – 0 telah diraih oleh sekolahnya, tim Azfar menang dalam pertandingan antar sekolah kali ini. Semua bersorak – sorak akan kemenangan tim sekolahnya, tim sepak bola yang menjadi andalan disekolah tersebut.
“Wooooohhhh hebat! Hebat! Hebat!” teriak Yasmin dengan semangat dari kursi penonton, disampingnya Daya menyeruput kotak minumannya dengan santai. Dia tidak terlalu menyukai olahraga.
“Daya kamu lihat, tim sepak bola disekolah kita menang. Yey....” girangnya, yang diajak bicara hanya terpaku pada seseorang yang pernah dikenalnya. “Hey, kamu melihat apa sih?” Yasmin duduk kembali disamping Daya.
“Eh, aku? Tidak melihat apa – apa.” jawabnya datar.
“Oh.. oke karena tim sekolah kita menang. Maka aku akan dapat traktiran gratis darinya.” semangat Yasmin berapi – api, “Inilah saatnya aku membalas dendamku padanya.”
Daya melihat tingkah Yasmin aneh. Seakan diperhatikan Yasmin tersadar akan tingkahnya yang konyol itu, “Hehe, aku hanya menagih hakku saja. Aku punya teman, sejak kecil aku dan dia sudah berteman. Dia suka sekali membuat permainan – permainan konyol yang hasilnya siapa yang memenangkan permainan itu, dia mendapatkan traktiran dari yang kalah. Dan sampai detik ini aku yang selalu kalah.” jelasnya panjang lebar dengan lesu. “Tapi kali ini aku yang menang. Hahahaha” sekejap sikap Yasmin berubah dari lesu menjadi berapi – api.
Flash Back On
“Tidak bisa, aku pilih kalau tim sekolah kita yang menang!” teriak Yasmin dihadapan Azfar.
“Mana bisa begitu, aku yang pilih pilihan itu.” Paksa Azfar.
“Tidak, aku yang pilih menang.” Yasmin tidak mau menyerah.
“Hei, kamu ini keras kepala yah! Aku pilih yang menang berarti menang!”
'Tuk' sebuah buku tepat mendarat dikepala Azfar. Azfar terlihat mengelus – elus kepalanya itu, selain itu Yasmin terlihat marah sekali.
“Aku yang pilih menang dan kamu yang pilih kalah atau kamu mau mati ditanganku??” ancam Yasmin dengan wajahnya yang sudah merah padam dan terlihat seperti monster.
Satu kelas yang melihat keadaan itupun perlahan bergerak mundur keluar dari kelas. Termasuk dengan Azfar yang terlihat meringkuk takut dengan tatapan Yasmin.
“Oke aku pilih kalah saja.” ucapnya menyerah takut.
Seketika wajah Yasmin berubah menjadi normal, “Kalau begitu ayo kita buat kesepakatan hal apa yang harus kamu bayarkan untukku.” ucapnya sambil merangkul Azfar yang masih terlihat takut.
Flash Back Off
***
Azfar dan tim sepak bolanya terlihat bersenda gurau sesaat dari pertandingan tadi.
“Hei, Azfar!” seru Yasmin dari kejauhan dengan wajahnya yang ceria diikuti dibelakangnya ada Daya yang menemaninya.
Azfar menoleh kesumber suara, dia terteguh bukan dengan kedatangan teman kecilnya itu tapi dengan orang yang ada dibelakang Yasmin, “Daya?” ucapnya. Sayup sayup terdengar oleh salah satu teman satu timnya itu, diapun melihat kearah datangnya Yasmin.
“Itu ada Daya!” serunya. Siswa berambut cepak yang sempat mendengar ucapan Azfar. Seketika sekumpulan tim sepak bola itu menoleh kearah yang ditunjuk siswa tadi.
“Wah iya benar.”
“Eh ada apa ya? Kok dia kesini sih?”
“Aduh kok aku jadi deg degan ya..”
Azfar menghela nafasnya kasar melihat tingkah autis teman – temannya itu, dengan sikap tenangnya dia menghampiri Yasmin dan tanpa sadar ia diikuti sekelompok tim sepak bola itu berjalan dibelakangnya.
Yasmin menghentikan langkahnya, senyumnya berubah masam perihal melihat tingkah konyol tim sepak bola itu. Dia tersadar dan menoleh kebelakang, “Ini pasti karenamu Daya.” bisiknya. Daya terdiam dan tak mengerti apa yang dimaksud Yasmin, karena sejak tadi ia berjalan sambil memainkan game di ponselnya. “Lihat kesana.” tunjuk Yasmin.
“EH?” ekspresi wajah Daya berubah seketika, matanya membulat sempurna. Bukan, bukan karena sekelompok para siswa laki – laki dengan tampang mesumnya menghampiri keberadaan mereka. Tapi karena senyuman dari anak laki – laki yang membuatnya pingsan sekaligus menolongnya membawa ke ruang UKS.
“Hai.” ucap Azfar sambil tersenyum.
“Wuekk.” jawab Yasmin dengan ekspresi menjijikan, “Sejak kapan kamu bertingkah sok manis seperti itu!” protes Yasmin. Secepat kilat Azfar menatap tajam Yasmin yang berada di samping Daya.
“Daya ada apa menghampiri kami?”
“Mau memberi selamat ya atas kemenangan tim kami?”
“Perhatian sekali ya Daya. Tidak kami sangka kamu ini baik dan peduli dengan tim kita ya.”
Bertubi – tubi pertanyaan dilontarkan oleh penggemar Daya itu sampai – sampai Azfar dan Yasmin disingkirkan begitu saja dari hadapan Daya, alhasil Daya berada ditengah – tengah mereka dan terlihat kebingungan.
“Miiiinnggggiiiirrrr!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Yasmin mengusir para siswa itu dari hadapan Daya dengan tingkah laki – lakinya. Semuanya takut melihat ekspresi seramnya dan mundur teratur dari hadapannya. “Kalian ini tidak tau ya? Aku dan Daya kesini bukan untuk memberi selamat pada kalian! Daya hanya menemaniku tau!” seru Yasmin. “Sekarang pergi dari sini. Cepaatttt!!!!!” teriak Yasmin mengusir mereka semua dan semuanya kabur dari tempat itu.
“Ada macan ngamuk, kaaabuurrr!!!!!”
Daya hanya tercengang dengan sikap Yasmin yang kelihatan maskulin itu, termasuk dengan Azfar yang masih terdiam ditempat dan menghela nafasnya lagi.
“Kamu ini jadi wanita jangan kasar – kasar begitu. Nanti banyak laki – laki yang tidak berminat padamu tau!” protes Azfar menggelengkan kepalanya.
Yasmin menatap tajam Azfar yang tidak membelanya sama sekali itu, “Kamu ini...errrghhh”
'Tuk' kepala tangan kanan Yasmin sukses mendarat dikepala Azfar, “Jangan sok bicara begitu!” kesal Yasmin. Daya yang melihat tingkah mereka berdua, menangkup wajahnya dengan telapak tangannya.
“Ish! Kamu ini seenak – enaknya saja memukul kepala orang!” kesal Azfar.
“Itu pantas untukmu yang sok!” keduanya memasang tatapan 'you want die'.
“Hei, sudahlah jangan bertengkar.” lerai Daya dengan nada lembut. Keduanya menoleh kesumber suara dan seketika mereka masing membuang muka.
“Yasmin kamu tidak perlu seperti itu kalau berniat melindungiku. Aku jadi tidak enak.” ucap Daya melihat Yasmin sendu. Azfar yang disampingnya hanya dapat melirik sekilas.
“Eh, tidak kok. Tidak apa – apa. Mereka saja yang tidak sopan.” jawab Yasmin berubah sikap menjadi manis dihadapan Daya.
“Iya tapi tidak usah seperti itu, kasihan kamu nanti.”
“Eh tidak apa – apa kok. Kita kan teman jadi harus saling melindungi.”
“Eh? Kok mereka bisa berteman?” tanya Azfar dalam hati, merasa ingin tau. “Kamu sudah kenal dengan Daya?” tanyanya pada Yasmin.
“Sudah dong, sejak seminggu lalu kami sudah berteman.” ucapnya tersenyum.
“Kok bisa? Kenal dimana?”
“Mau tau saja.” jawabnya sambil memanyunkan bibirnya, Daya yang melihat tingkah Yasmin terkekeh geli. “Sudahlah, aku kesini mau tagih janjimu!”
“Hm? Janji?”
“Janji mentraktir pemenang taruhan.”
“Oh yang itu. Huft! Baiklah pulang sekolah aku traktir kamu.” jawabnya pasrah, jika tidak Yasmin akan mengamuk lagi seperti dikelas seminggu yang lalu.
“Eh, tapi bukan cuma aku yang harus kamu traktir tapi juga dia harus ditraktir.” ucap Yasmin sambil memegang bahu Daya.
“Eh tidak usah. Aku tidak ikutan.” sela Daya tak enak. Azfar yang memandang wajahnya.
“Tidak bisa begitu, karena kamu adalah temanku maka kamu juga temannya Azfar.” jelas Yasmin sedikit memaksa. “Oh iya aku belum kenalkan ya, Daya ini temanku sejak kecil dari SD, SMP bahkan SMA dia selalu mengikutiku terus. Anak yang menyebalkan ini namanya Azfar, dia sekelas denganku.”
“Kalau mau memperkenalkan seseorang jangan membawa – bawa perkataan yang aneh – aneh!” gerutunya kesal.
“Aku sudah mengenalnya kok.” jawab Daya.
“Eh sudah kenal?” tanya Yasmin bingung. “Kalian sudah bertemu sebelumnya ya? Aku kira cuma Azfar saja yang kenal kamu. Kamu tidak kenal dia.” sambil menunjuk ke muka Azfar.
Daya tersenyum, “Dia yang menendang bola kearahku sekaligus membawa aku yang pingsan ke ruang UKS.”
“Hehehe” Azfar menggaruk – garuk tengkuk belakang kepalanya.
“Oh begitu ya, hehe. Aku kira dia bohong kalau dia terpe...” belum selesai bicara mulut Yasmin sudah dibungkam oleh kedua tangan Azfar.
“Hehe, yasudah hari sudah sore. Bagaimana kalau kita langsung pulang saja.” ajak Azfar masih membungkan mulut Yasmin dan Yasmin terlihat meronta – ronta ingin dilepas.
“Hmm.. baiklah.” jawab Daya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...