Selasa, 07 Juli 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 5



IDOL SCHOOL

Chapter 5

Genre : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

***************_____________*************
Cuaca terlihat cerah hari ini, langit nan biru dan semilir angin berhembus menerpa tirai jendela kamarnya, terdengar kicauan burung – burung yang berterbangan dilangit. Segenggam kebahagian hinggap dihati Rissa hari ini, senyumnya terus terhias dibibirnya sejak bangun pagi.
“Jantungku kok berdetak kencang sekali ya?” tanyanya, kemudian ia bercermin dan segera bersiap diri. Hari ini ia akan berjalan – jalan ke pusat kota dengan laki – laki pujaannya.

At Home Town,
Rissa berjalan menunduk sejak tadi, ia menahan panas tubuhnya. Keringat dingin tengah mengucur di dahi kirinya. Entah apa yang ia rasakan saat ini berjalan berdua dengan laki – laki pujaannya dan hal ini tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Terlihat disampingnya Renal sangat santai berjalan – jalan dipusat kota melihat – lihat koleksi – koleksi penjaja pasar tersebut.
Renal berhenti tepat dikedai eskrim dan Rissa yang tepat disampingnya ikut berhenti, “Kamu mau masuk kedalam? Cuacanya terlalu cerah hari ini.” tanya Renal kepada Rissa, sedetik kemudian ia terkejut melihat wajah Rissa yang begitu merah. “Kamu baik – baik saja? Wajahmu memerah.” tanyanya mulai panik dan tak sengaja ia memegang kedua bahu Rissa.
'Deg' jantung Rissa terasa berhenti dan ia menundukkan kepalanya lebih, “Aaaa...kuu tidak apa – apa kok.”
“Kenapa kamu menunduk seperti itu?” cecarnya lagi tanpa melepaskan tangannya.
“Aaa...nuuuu... aku tidak bisa... bernafas...” jawabnya terbata – bata.
Sontak Renal melepaskan tangannya dari bahu Rissa, “Eh, kamu sedang sakit? Atau kamu punya penyakit Asma?” ucapnya nampak khawatir, kemudian ia berjongkok dihadapan Rissa. Ia hanya ingin memastikan Rissa tidak apa – apa.
Rissa terkejut akan sikap Renal, spontan ia menegakkan kepalanya kembali. Renal hanya mengernyitkan dahinya dan kemudian bangkit menatap Rissa, “Kamu ini kenapa sih?”
Rissa menggelengkan kepalanya dan ia langsung masuk ke kedai Es krim tersebut. Renal yang melihat tingkah Rissa sedikit aneh, “Tadi dia baik – baik saja, tiba – tiba wajahnya memerah dan bilang tidak bisa bernafas. Sekarang tiba – tiba ia masuk kedalam. Gadis aneh” ungkapnya sembari ikut masuk kedalam kedai eskrim.

“Aku pesan Eskrim strawberry dengan choco chip ya Mba.” pesan Rissa kepada waiters.
“Kalau saya pesan banana split saja 1 ya.” ucap Renal yang kemudian menutup buku menunya.
“Tunggu sebentar ya, pesanannya akan kami antar.” ucap pelayan itu kemudian berlalu.
Rissa dan Renal hanya mengangguk tersenyum. Setelah sepeninggalan pelayan kedai tersebut, Rissa menjadi diam dan terlihat kaku.
“Hey Rissa, kamu ini baik – baik saja kan?” tanya Renal sambil memajukan wajahnya kearah Rissa.
Sontak Rissa memundurkan wajahnya dan memalingkannya kearah luar jendela, “Aku tidak apa – apa. Maaf ya.”
Renal menghela nafasnya pelan dan melipat kedua tangannya tepat didepan dadanya, “Kamu ini aneh.” celetuknya.
“Hehehe, maaf ya.” ucap Rissa terkekeh tanpa melihat kearah Renal.
Setelah percakapan kecil itu, pelayan datang dan membawakan pesanan mereka berdua.

Selang beberapa menit kemudian,
Waktu dikedai itu mereka lalui dengan kesunyian, terhanyut dalam pikiran masing – masing sambil menyantap eskrim pesanannya. Sesekali Renal mencuri pandang kearah Rissa, ia melihat tingkah Rissa yang lucu saat memakan eskrim, Renal tersenyum kecil saat itu.
“Hey, ada sisa eskrim dibibirmu.” ucap Renal yang telah selesai menyantap eskrimnya.
Saat mendengar ucapannya itu, Rissa langsung mengambil tissue dihadapannya dan mengelap bibirnya.
“Masih ada, disini.” ucap Renal memberikan arahan melalui telunjuk dan bibirnya.
Namun karena Rissa salah tanggap, yang seharusnya dibibir sebelah kanan justru yang dibersihkan dibibir sebelah kiri, “Sudah?” ucapnya.
“Ckck” decak Renal, kemudian ibu jarinya mencoba membersihkan sisa eskrim dibibir sebelah kanan Rissa. “Disebelah kanan bukan kiri. Sekarang sudah bersih.”
Rissa mematung akibat gerakan ibu jari Renal menyentuh bibirnya, “Te..ri..ma..ka..sih..” ucapnya terbata. Renal membalasnya dengan tersenyum.
“Ayo, kita mencari komik.” Renal bangkit dari kursinya menuju kasir dan membayar pesanannya disana.
“Terima kasih ya.” ucap Rissa tersenyum, kali ini ia sudah terlalu gugup lagi.
“Untuk?”
“Eskrim gratisnya.” ucap Rissa nyengir (?).
“Oh, iya.” Renal berlalu keluar kedai tersebut dan berjalan menuju tempat penjualan komik. Dan Rissa mengikutinya dari belakang.

Rissa tersenyum melihat sekeliling tempat itu, banyak benda – benda unik yang menarik matanya, ingin rasanya ia mampir tapi apa daya yang diikutinya terus berjalan lurus dan tak ada niat untuk mampir.
“Disana.” ucap Renal menghentikan langkahnya. Rissapun berhenti dibelakangnya.
Kedua mata Rissa melebar sempurna, “Woooaaahhhhh... banyak sekali komiknya... aahhhh” Rissa segera berlari menuju tempat itu tanpa memperdulikan Renal yang ditinggalkannya dibelakang.
“Hey.” panggil Renal.
“Waahhh banyak yah. Aku mau beli yang ini, yang itu, yang ini juga, ahh yang itu juga.” histerisnya. Komik adalah benda terfavoritnya sejak kecil, baginya komik adalah sebagian hidupnya.
“Hey, Rissa.” ucap Renal menepuk bahu belakang Rissa.
Rissa menoleh masih dengan wajah cerianya, sekilas Renal terpesona dengan wajah ceria Rissa. “Ada apa?” tanya Rissa.
“Ah, tidak. Kamu sudah memilih komik mana yang kamu ingin beli?” tanyanya mengalihkan pandangannya kearah tumpukan komik itu.
“Segini.” Rissa menunjukkan tumpukan komik yang sudah bertengger dipelukannya.
“Hah?!” Renal terkejut, “Banyak sekali?”
Rissa hanya memberikan cengirannya dan berlalu pergi dari hadapan Renal.
“Anak itu? Benar – benar aneh.” ucapnya sembari mengikuti Rissa pergi.
Renal memilih komik mana yang akan ia beli, tak sembarangan pilih seperti Rissa. Ia memeriksa sinopsisnya terlebih dahulu apakah menarik untuk dibaca atau tidak.
“Renal, bisa bantu aku?” ucap Rissa berdiri dibelakang Renal dengan setumpuk komik yang menutup wajahnya itu.
Renal menoleh kebelakang, “Hah! Ya ampun Rissa. Bisa – bisanya kamu ambil komik sebanyak ini!” seru Renal protes sembari mengambil setengah dari tumpukan komik yang dibawa Rissa. “Kamu ini mau beli berapa banyak?”
“Sebenarnya aku ingin beli semuanya. Hehehe.” polosnya kemudian ia melangkahkan kakinya menuju tempat pembayaran.
“Huft..” Renal menghela nafasnya lagi dan kembali menghampiri Rissa.
Menjelang Sore,
“Tak terasa ya hari sudah sore.” ucap Rissa berjalan riang didepan Renal dengan sekantung plastik sedang berisi komik yang dibelinya hari ini.
Dibelakangnya Renal berjalan tengah terengah – engah membawa beberapa kantung plastik agak besar berisi komik yang dibeli Rissa, tidak mungkin baginya jika Rissa yang membawa itu semua.
Rissa merasa aneh, kenapa terasa jarak berjalan dengan Renal terlalu jauh. Ia menoleh kebelakang dan, “Hah, Renall...” ia berlari menghampiri Renal yang saat itu berjongkok lelah.
“Kamu tidak apa - apa?” tanya Rissa saat tepat dihadapan Renal.
Sinar matahari tenggelam menerpa sebagian wajah Rissa, kali ini lagi Renal terpesona dengan kilauan diwajah Rissa, “Ah, aku tidak apa – apa.” ucapnya sembari bangkit dan berdiri tegak.
“Kalau begitu aku saja yang bawa belanjaannya, kan itu juga punyaku.” ucapnya polos.
“Ah, tidak usah, aku saja yang bawa. Kamu ini kan perempuan, ini lumayan berat.” jawabnya sambil berlalu mendahului Rissa. Rissa terdiam dan segera melanjutkan perjalananya.
“Kelihatannya kamu lelah, bagi dua denganku saja ya?” tawar Rissa saat ini menyeimbangi jalan disamping Renal.
“Tidak usah.” ucap Renal, setengah mati ia menahan kantung plastik ini.
“Bagi dualah denganku.” bujuk Rissa yang khawatir melihat wajah Renal bercucuran keringat.
“Sudah kubilang tidak usah. Aku bisa mengantarkan ini sampai kerumahmu.”
“Eh tapi...”
“Sudahlah, aku sedang fokus mengangkat kantung ini.”
“Eh...”
Dan berlalu dengan percakapan – percakapan kecil yang tidak begitu penting hingga tiba dirumah Rissa.

***

At Home Yuko,
“Yuko, liburan sekolah tahun ini kamu ingin pergi kemana?” tanya Ibunya ketika mereka tengah makan malam bersama.
“Hmmm...” Yuko masih mengunyah makanannya.
“Ke Jepang lagi?” tanya kakaknya yang duduk disampingya, Maruka.
Yuko menggelengkan kepalanya, “Aku malas bertemu ayah disana.”
“Yuko, tidak baik berkata seperti itu.” ucap sang Ibu.
“Memang benar kenyataannya Bu. Ayah meninggalkan kita disini dengan alasan banyak pekerjaan disana.” jawabnya enteng.
“Ah.. masih dendam ya.” sela Maruka.
“Seperti biasanya Kakak selalu menyindirku seperti itu!” seru Yuko menatap sinis Maruka.
Maruka terlihat biasa saja dengan menyantap masakan Ibunya itu, “Kau ini terlalu terbawa emosi.”
“Iiihhhh...” Yuko kesal melihat tingkah kakaknya itu.
“Sudah sudah, Maruka cukup jangan membuat adikmu marah.” lerai Ibunya.
“Ibu selalu membelanya.” jawab Maruka cuek.
“Bukan begitu.” bela Ibunya.
Prak, “Aku sudah selesai makan, aku mau tidur.” selak Yuko berlalu dari meja makan.
“Yuko!” seru Ibunya.
“Aku lelah Ibu, aku ingin istirahat.” ucapnya seketika berhenti pada anak tangga kedua rumahnya itu.
“Huft, baiklah. Istirahatlah.” jawab Ibunya. Maruka hanya tersenyum sinis.
Yuko menaiki anak tangga dirumahnya, ia berjalan gontai dengan tatapan sendu dimatanya, “Selalu, hampir setiap hari.” gumamnya.
-cklek- kenop pintu kamar Yuko terbuka, ia berjalan menuju tempat tidurnya. -Pooff- ia melempar tubuhnya ditempat tidur, “Aku lelah.”
-drdrdrtt- ponselnya bergetar.
From : Mina
To : Me

Kenapa tidak mengangkat teleponku!
Ada berita penting!
Dahinya mengeryit, “Ada miscall yah.” ucapnya ketika melihat ada 10 panggilan tak terjawab dan semua itu adalah panggilan dari Mina, teman sekelasnya. “Aku telepon balik saja deh.”
“Halo.” ucap Mina diseberang telepon.
“Ada apa kamu menghubungiku?” tanya malas Yuko sambil memainkan jemarinya.
“Apa kamu tau sore tadi aku melihat Renal berjalan berdua dengan gadis lain.”
“Apa?!” serunya terkejut, “Siapa dia?”
“Hmmm.. aku tidak tau. Yang pasti aku pernah melihatnya disekolah.”
“Jadi dia sekolah ditempat yang sama ya dengan kita?”
“Sepertinya begitu. Bukannya hari ini harusnya kamu yang pergi bersamanya?”
“Rencananya begitu, tapi Renal menolak karena dia bilang sudah janji dengan seseorang ketempat itu. Sempat dia bilang Gadis Aneh.”
“Hmmm.. penampilannya sih juga tidak terlalu bagus. Sepertinya anaknya bukan anak populer disekolah.”
“Begitu ya.” ucapnya mengangguk – angguk.
“Kalau begitu besok pagi saja kita coba cari tau anak itu.”
“Ide yang bagus.”
“Aku tutup teleponnya ya.”
“Oke.”
Klik, sambungan telepon itu terputus.
“Gadis aneh yang menarik perhatian Renal. Siapa dia?” gumamnya.

***

Riuh suara siswa dan siswi bergurau disebuah kelas, namun sunyi bagi Rissa. Ia duduk terdiam memandangi luar jendela kelasnya, 'Kemarin itu kejadian nyata ya?' tanyanya dalam hati dan segaris senyum tipis muncul dibibirnya.
“Pagi Rissa.” sapa Sam yang baru sampai.
“Pagi.” jawab Rissa tersenyum.
“Ada apa?”
“Apanya?”
“Wajahmu.” ucap Sam sambil menunjuk kearah pipi Rissa yang merona.
“Ah.” jawabnya langsung menangkup kedua pipinya itu, “Tidak ada apa – apa kok.”
“Kamu ini setiap kali ada sesuatu yang membuatmu senang selalu kamu sembunyikan dariku.” ucap Sam merengut.
“Eh bukan begitu. Masalahnya aku...”
“Pagi semua.” sapa Inka, “Eh, kalian berdua kenapa?” tanya Inka melihat reaksi Sam yang merengut dan ekpresi Rissa yang sedang bingung.
“Rissa menyembunyikan sesuatu lagi dari kita.” sela Sam.
“Tidak bukan begitu.”
“Ada apa sebenarnya Rissa. Sampai Sam bersikap seperti ini, kamu ada masalah?” tanya Inka mengambil kursi miliknya dan digeser untuk duduk disamping Sam.
Rissa menunduk dengan kedua pipinya yang semakin memerah, Sam melirik kearah Rissa. “Yak! Sudahlah tidak usah malu seperti itu.” cibirnya.
“Ada apa sih?” Inka mulai kebingungan melihat keduanya saling bungkam. “Ah, aku tau.”
Sam dan Rissa menoleh kearah Inka, “Pasti kamu sedang membayangkan laki – laki itu yah?” tebak Inka.
“Eh..” mendadak wajah Rissa merona kembali, “Kenapa bisa tau?”
“Jadi itu masalahnya.” ucap Sam mengangguk – angguk. “Kenapa tidak bilang dari tadi!” serunya ketus.
“Eh, maaf yah.. aku malu pada kalian.” jawab Rissa dengan polos.
“Rissa kamu ini kenapa? Kita ini kan temanmu masa begitu saja kamu malu sih.” kata Inka tersenyum.
“Benar apa yang dikatakan Inka tuh.” masih mencibir.
“Sudahlah Sam jangan cemberut begitu, kamu terlihat menakutkan.” selak Inka.
Sam menatap tajam kearah Inka dan membuat Inka merinding. “Memangnya aku monster!”
“Hehehe, sudahlah maafkan aku ya.” ucap Rissa.
Sam dan Inka menatap Rissa, “Tidak apa kok.” ucap mereka bersamaan.
By the way siapa laki – laki itu?” tanya Sam.
“Ah.. anu...” Rissa menunduk lagi dan memainkan telunjuknya. “Dia yang pernah menyelamatkanku waktu aku jatuh ditangga sekolah.”
“Waktu jatuh ditangga.” ucap Inka mencoba mengingat kejadian demi kejadian kapan Rissa pernah jatuh.
“Dia anak sekolah ini?” tanya Sam antusias.
Rissa mengangguk pasti, “Tapi janji ya kalian jangan marah. Kalau aku menyebut namanya.” ucapnya disusul dengan anggukan mereka berdua.
“GUURRRRUUUU DAAATTTTAANNNGGGG!!!!” seru dari salah satu siswa dikelas itu dan disusul dengan berhamburnya kerumunan penggosip dikelas ketempat duduknya masing – masing.
“Ku jawab nanti yah.” ucap Rissa tersenyum.
Sam dan Inka menghela nafasnya pelan, “Baiklah.”
***
tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...