BETWEEN LOVE
Chapter VIII
Tittle : Seokyu
Genre : Romance
Cast : Seo joo hyun, Cho Kyuhyun, Im Yoona, Lee Donghae, etc
Mian for typo..
Dont plagiat!!
Happy reading ^^
*********************************************************************************
Yoona tengah menyiapkan sarapan pagi
pertamanya sejak terjadi kesalahpahaman dengan adiknya beberapa bulan lalu.
“Kurasa semua sudah beres.” Ucapnya tersenyum dan berbalik menuju meja dapur
untuk membersihkan wadah – wadah disana.
Seohyun berjalan gontai dan masih
mengantuk, ia berjalan menuruni tangga dan menuju dapur untuk meminum segelas
air putih. Langkahnya terhenti ketika ia melihat eouninya tengah duduk manis
dimeja makan dan tersenyum padanya. “Eouni kau?”
“Ne. Seohyun selamat pagi.” Yoona
tersenyum manis padanya.
Seohyun belum menanggapi sikap
eouninya itu, ia berjalan menuju meja makan dan duduk bersebrangan dengan
Yoona.
Dengan senyum yang tak lepas dari
bibir Yoona, ia mengambil satu slice roti bakar dan membubuhkan coklat meisis
kesukaan Seohyun dan kemudian ditutup oleh satu keju slice sebagai tambahan.
“Ige.” Yoona memberikan roti itu pada Seohyun.
Seohyun menerimanya dan mengangguk.
Banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam hati Seohyun pagi ini. Sikap eouninya
begitu berbeda dari biasanya dan dia juga belum mendapatkan kata dimaafkan oleh
eouninya itu.
“Hemm? Kau kenapa Seohyun-ah?” Tanya
Yoona yang tengah menguyah rotinya.
“Ah, Aniyo.” Seohyun ketahuan
memandangi Yoona dan ia menundukkan kepalanya serta mengunyah sarapannya.
Yoona menyudahi sarapannya pagi ini
dengan segelas susu putih favoritnya, “Seo-ah.” Lirihnya.
Seohyun terkejut saat dipanggil
eouninya, “Ne.”
“Aku minta maaf atas sikapku
padamu.” Ucap Yoona pelan.
Seohyun berhenti mengunyah, “Maksud
eouni?”
“Hem.. aku baru tau sejak seseorang
berkata padaku bahwa aku ini sungguh egois. Aku hanya melihat dari sudut
pandangku saja.” Jawabnya sedikit menghela nafas, “Aku juga baru sadar dengan
apa yang kau maksud. Perkataanmu tempo hari padaku akhirnya sekarang aku
mengerti. Maka dari itu aku perlu meminta maaf padamu juga.”
Seohyun tertegun dengan perkataan
eouninya, ia masih tercengang. “Jadi eouni meminta maaf padaku?”
Yoona mengangguk, “Aku rasa kau ini
sudah berhak menentukan perjalanan hidupmu sendiri. Sebagai seorang kakak,
seharusnya aku mendukungmu bukan mengekangmu.” Susulnya.
Seohyun terdiam menahan emosi
dihatinya, ‘Tidak! Aku tidak boleh menangis didepan eouni.’ Serunya dalam hati.
“Jadi maukah kau memaafkan eounimu
yang egois ini Seohyun-ah?”
Seohyun memandang sendu kearah
Yoona, ia merasa sangat bersyukur bahwa masalah diantara mereka telah usai dan
ia merasa lebih bersyukur dengan memiliki kakak seperti Yoona. Seohyun
mengangguk, “Ne Eouni.” Jawabnya hingga air mata Seohyun menetes karena sudah
tidak terbendung lagi.
“Hah.. leganya.” Ucap Yoona, “Mwo?
Kau menangis? Seperti anak kecil saja. Hahaha …” goda Yoona sambil menghapus
air mata dikedua pipi Seohyun.
“Ahni eouni.”
Kedua saudara itu akhirnya saling
melempar senyum.
***
“Ne Hyung aku sudah ada dibandara
bersiap untuk take off ke pulau Jeju.” Jawab Kyuhyun pada Donghae yang
menelponnya hari ini.
“Kau yakin tidak perlu ditemani oleh
Nona Choi?” Tanya Donghae sambil melihat keluar jendela kantor.
“Hem.. tidak usah Hyung. Aku bisa
melakukannya sendiri.”
“Haaa… itulah kebiasaanmu Kyu. Kau
ini memang tidak pernah mau diganggu oleh siapapun ya?”
“Tidak juga Hyung.”
“Oke baiklah. Semoga selamat sampai
tujuan.”
“Ne.” Kyuhyun menutup ponselnya dan
menarik kopernya untuk segera take off.
Selang beberapa jam Kyuhyun sudah
tiba di tempat tujuannya. Ia mengambil ponselnya dan menekan kontak telepon
dilayarnya.
“Ah, Yobseo?”
“Yobseo Sekertaris Cho. Apa kau
sudah tiba dibandara?”
“Ne, Sekertaris Park.”
“Baiklah aku akan menyuruh anak
buahku untuk menjemputmu dibandara.”
“Ah tidak usah, aku bisa naik
taksi.”
“Tapi..??”
“Tidak usah khawatir Tuan Park, aku sudah sering kesini.”
“Tidak usah khawatir Tuan Park, aku sudah sering kesini.”
“Ah, baiklah kalau begitu.”
“Hem.”
Pembicaraan itu selesai dan Kyuhyun
segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari Bandara.
At
Office Lee Corporation,
Sooyoung terlihat terdiam sejak ia
tiba dikantor tadi pagi. Ia tertegun dengan keputusan Kyuhyun kala itu untuk
tidak mengajaknya mengurus masalah di Pulau Jeju. Hatinya berkecamuk sejak
kejadian minggu lalu dikantornya. Bahkan dengan menuangkan curahan hatinya
kepada Sulli itu tidak cukup.
“Seohyun? Ada hubungan apa dengan
gadis itu?” Sooyoung tengah memikirkan sesuatu hingga seorang rekan kerjanya
menepuk bahu untuk menyadarkan lamunan Sooyoung.
“Hei, kau sedang memikirkan apa hem?”
“Ah Yuri-ah. Ahni aku tidak
memikirkan apa – apa. “ elak Sooyoung diiringi dengan senyum palsunya.
“Hn?” Yuri mengambil kursi kosong
dan ditariknya bersebelahan dengan Sooyoung. “Raut wajahmu tidak mengatakan hal
itu, apa ada masalah?” Yuri mendekatkan wajahnya dan memerhatikan mimic wajah
Sooyoung.
“Yak! Jangan sedekat itu. Kau seperti
akan menciumku.” Usirnya dengan menjauhkan wajah Yuri.
“Hee.. kau ini!” decak Yuri dan
melipat kedua tangannya. “Hah… apa kau memikirkan namja itu lagi eoh?”
terkanya.
Sooyoung terkejut, bagaimana bisa
sahabatnya tau apa yang dipikirkannya saat ini.
“Kenapa dengan ekspresimu? Apa aku
menebaknya dengan benar?” sindir Yuri dengan senyum liciknya.
“Hah..” Sooyoung menghela nafasnya, “Apa
yang kau bicarakan. Jangan bahas dirinya. Bukan sudah kukatakan itu adalah masa
lalu.” Sooyoung membersekan dokumen yang ada dimejanya.
“Kau berkelit hah?” Yuri
menggelengkan kepalanya. “Payah.”
Sooyoung menoleh dan mengernyitkah
dahinya, “Hn?”
“Pabo! Kau selalu payah jika itu
berurusan dengan hatimu.” Yuri mengambil sebuah figuran berisikan kedua yeoja
tengah tersenyum lebar. “Bagaimana kabar adikmu?”
Sooyoung menghela nafasnya, “Kau ini
suka sekali mengubah topic pembicaaan.” Ucapnya sambil tersenyum kecil. “Adikku
semakin tinggi dan tentunya semakin cantik.”
“Hem.. begitu.” Yuri menganggukkan
kepalanya, “Ah.. Kajja. Kau sudah merapihkan mejamu? Bagaimana kalau hari ini
kau ku traktir makan siang.” Dengan semangat Yuri menarik lengan Sooyoung.
“Chankaman.. aku ambil dompet dan
ponselku. Kau ini tidak sabaran.”
“Ayolah, kau tau kan aku tidak suka
menunggu.” Ucap Yuri tersenyum gaje (?).
“Ne.. Ne.. “ Sooyoung terlihat
pasrah dengan tindakan Yuri kepadanya.
***
Sulli berlari dengan tergesa – gesa dilorong
– lorong kampus, pasalnya dirinya lupa kalau hari ini adalah jadwal
bimbingannya dengan dosen pembimbing. Kebetulan ia mendapatkan dua dosen
pembimbing dengan jadwal yang berbeda. “Hosh.. hosh.. hosh… paboya! Kenapa aku
sampai lupa!” runtuknya.
Ia mengatur nafasnya ketika ia sudah
sampai diruang dosen.
“Ah.. Anneyoung haseyo. Permisi apa
ada Hechul seongsanim?” tanyanya pada dosen yang duduk didekat pintu ruangan.
“Hem.. kurasa tadi dia sudah pergi.”
“Hah? Sudah pergi?”
Dosen itu mengangguk – angguk.
“Apa masih ada jadwal lagi hari ini
bagi Heechul seongsanim?”
“Kurasa tadi adalah mata kuliah
terakhir yang dia ajarkan.” Jawabnya, “Ah, kau terlambat datang ya untuk
bimbingan dengannya?” susulnya.
“Haaahhh…” keluh Sulli lemas dan
mengangguk. “Kalau begitu saya permisi. Kamsahamida seongsanim.”
“Hem.”
Seohyun yang tak sengaja melihat
Sulli keluar dari ruang dosen datang menghampirinya. Sulli terlihat lemas dan
tidak bersemangat seperti biasanya. “Sulli-ah. Ada apa denganmu?” tanya Seohyun
dengan ekspresi khawatirnya.
Sulli menahan tangisnya dengan
tingkah yang konyol, “Seoh-ah.. Aku kelupaan bimbingan lagi hari ini..
Huuaaaahhh…” ia menumpahkan kekesalannya dengan menangis Bombay dipelukan
Seohyun.
Seohyun mengernyitkan dahinya, “Eh?
Lagi?”
“Ige.” Seohyun memberikan minuman
kepada Sulli. Saat ini mereka berada ditaman disekitar kampusnya.
“Gomawo.” Sulli meneguk minumannya. “Haaahhh..”
Seohyun menoleh dan tersenyum geli.
“Eoh? Waeyo?”
“Ahni. Kau sangat lucu Sulli-ah.”
Seohyun menahan tawanya.
“Ya Seohyun-ya! Jangan tertawa
diatas penderitaanku.” Ucapnya dengan tatapan sinis.
“Aahh.. Ahni.. Aniyo. Aku tidak
bermaksu demikian.” Jawabnya.
Sulli menghela nafasnya pelan dan
kemudian berdecak. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman itu. “Aku
benar – benar bodoh. Bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini aku ada bimbingan
skripsi. Kau tau? Heechul seongsanim itu sangat disiplin. Bertemu dengannya
sama saja seperti bertemu dengan artis terkenal.” Keluhnya.
“Sudah tau seperti itu, kenapa kau
ulangi. Kau ini!”
“Iya ya aku tau.” Sulli menatap
pergerakan awan putih dilangit nan biru.
Seohyunpun mengikuti kegiatan Sulli.
“Hari yang cerah. Ne?”
Sulli mengangguk, “Hem.”
“Kau tau kalau hari ini aku sangat
bahagia.”
Sulli menoleh, “Hn?”
“Yoona eouni. Aku sudah berbaikan
dengannya.” Jawab Seohyun dengan terus memandangi langit dan tersenyum.
“Aahh.. syukurlah kalau begitu. Aku turut
senang mendengarnya.”
Seohyun senyum sesaat. Sepersekian detik
ia seperti melihat perlahan wajah seorang namja dan hal itu mengakibatkan hawa
panas diwajah Seohyun. “Aniyo!” teriaknya tiba – tiba menutup kedua matanya
dengan telapak tangannya.
Sulli terperangah, “Eh? Gwaenchana?”
“Ahni.” Seohyun menunduk.
Sulli mencurigai tindakan Seohyun, “Kau
mencurigakan Seo-ah.” Deliknya.
“Eh, tidak ada apa – apa Sulli-ah.” Elak
Seohyun.
“Hem??” Sulli memikirkan sesuatu. “Ah..
Apa ada hubungannya dengan namja itu?” terkanya.
“Eh..” mendengar kata namja, wajah
Seohyun semakin memerah.
“Hihihi.. Kau tidak bisa
menyembunyikan rahasiamu padaku Seoh-ah. Kau kalah. Hahahahha..” Bangganya.
“Huuh..” eluhnya, “Mianhae.. Aku
terlalu malu untuk menceritakannya.”
“Oohh.. jadi benar kau terbayang
dirinya ya?” goda Sulli.
Seohyun mengangguk pelan.
“Ayo cepat ceritakan padaku apa yang
terjadi. Aku ingin tau.” Paksa Sulli mengoyang – goyangnya lengan Seohyun. ‘Aku
ingin tau seberapa dekatnya Seohyun dengan orang itu. Apakah ada hubungan yang
sangat spesial diantara mereka. Bahkan orang itu sudah mencium Seohyun.’ Gumamnya
dalam hati.
Seohyun mengangguk dan tersenyum
lebar, “Aku mulai dari mana ya…..”
***
Seperti biasa, Donghae sendirian di
dalam ruangan kantornya berhadapan dengan segunung kertas pekerjaannya.
Timbunan dokumen yang berada didepan tempat duduknya benar – benar telah sampai
begitu tinggi dan mereka juga sudah memblok batas penglihatan dari tempat
duduknya, itu bukan hanya satu tumpukan, ada beberapa tumpukan yang sama
tingginya dan sudah menumpuk mengelilingi kiri dan kanannya. Ini adalah laporan
akhir tahun yang harus ia periksa.
Namun bagi Donghae itu bukan masalah
atau sebaliknya itu bukanlah suatu permasalahan yang sangat penting. Dari semua
dokumen pekerjaannya yang berada dimejanya menjadi mudah untuk dibereskan
dengan membacanya satu persatu dan selanjutnya dokumen – dokumen tersebut perlu
ditanda tangani. Untuk pekerjaan seperti ini, kau harus memulainya dengan
berkonsetrasi terlebih dahulu, kau akan terkejut seberapa cepa untuk
mengerjakannya.
‘Tok tok’ suara ketukan pintu mengalihkannya.
“Ah. Masuklah.”
Seorang gadis cantik nan anggun
masuk kedalam ruangannya, “Anneyoung Oppa.” Sapa Yoona. Ia sengaja ijin
setengah hari dari kantor hanya untuk bertemu dengan tunangannya itu.
Donghae terkejut dengan kedatangan
gadis pujaannya, “Chagi-ya.” Lalu ia menghampiri Yoona dan mencium pipi
kanannya. “Duduklah.”
Donghae mengantarkan Yoona untuk
duduk disofa dalam ruangannya. “Ada angin apa kau kemari, hem?”
Yoona tersenyum kecil, “Aku ingin
memberikan ini padamu Oppa. Aku khawatir bahwa kau belum makan siang.” Ucap Yoona
kemudian sekilas ia melihat tumpukan dokumen dimeja Donghae. “Karena setumpuk
pekerjaan yang ada disana.” Tambahnya.
Donghae melihat kearah ujung mata
Yoona yang menunjukkan mejanya, “Ahh.. itu..” senyumnya. “Kau sangat
mengkhawatirkanku eoh?”
“Tentu saja Oppa.”
“Apa kau ijin kerja.”
“Ne, setengah hari. Kebetulan pekerjaanku
sudah selesai. Dan persentasiku berjalan lancar.”
“Benarkah. Ah.. aku ikut senang.”
“Dan satu lagi Oppa. Aku sudah
berbaikan dengan Seohyun.”
Donghae tercengang dengan perkataan
Yoona barusan, “Kau sudah memaafkannya?”
Yoona mengangguk, “Aku rasa, aku
sedikit egois. Maka aku memaafkannya.”
“Syukurlah. Kau ini memang yeoja
yang baik.” Ucap Donghae membelai rambut kekasihnya sekaligus tunangannya itu.
“Ah, kajja dimakan Oppa.” Yoona
membuka bekal yang dibawanya untuk Donghae.
“Ne.. baiklah akan aku makan..
selamat makan.” Donghae melahap makanan yang dibawa Yoona dengan gembira dan
Yoona membalasnya dengan tersenyum riang.
***
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar