Jumat, 26 Februari 2016

CERBUNG : REVERSE Chapter 2

REVERSE



Genre : Schoolife, Drama, Fantasy
Chapter 2

Prev Prolog1

Haaahhh.... ternyata menjadi petugas PMR itu melelahkan yah. Harus piket setelah jam pulang sekolah. Membersihkan ruang UKS, memeriksa persediaan obat, belum lagi membuat anggaran biaya untuk perlengkapan P3K...” keluhku sepanjang perjalanan pulang.
Sinar senja sore kala itu mulai tenggelam. Aku berjalan sendirian disepanjang trotoar. “Huft.. sebenarnya aku ini kenapa? Kenapa sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal seperti ini.”
aku mendekati kursi halte Bus sambil menunggu angkutan umum datang. Merogoh tasku dan mengambil handphoneku disana. Kulihat ada beberapa SMS masuk dari seorang laki – laki yang tidak aku tau rupanya.
  • From : Andika
  • To : Me
  • 14:10 WIB
    Apakah kau sudah pulang? Bagaimana kegiatan PMRmu?
  • From : Andika
  • To : Me
  • 14:20 WIB
    Jangan lupa untuk makan siang. Karena kau begitu suka dengan kegiatan PMRmu. Kau sering lupa makan.
  • From : Andika
  • To : Me
  • 15:15 WIB
    Mengapa kau tidak membalas pesanku? Apa kau sedang sibuk?
  • From : Andika
  • To : Me
  • 16:45 WIB
    Hati – hati dijalan yah. Kalau kau pulang sendirian.
Huh...” aku menghela nafas. Siapa laki – laki ini? Dia sering kali meng-SMS-ku. Tapi aku tidak pernah bertemu dengannya disekolah dalam 2 hari ini. Semenjak aku terbangun disebuah taman belakang sekolah. Aku bertemu dengan salah satu teman PMRku. Karena aku tidak mengetahui apa yang terjadi padaku saat ini. Semua hal aku tanyakan padanya, namun jawabannya nihil. Aku hanya diberi tahu kalau aku anak kelas 3C, sekertaris PMR dan biasanya aku sering bersama sahabatku yang bernama Lyan anak kelas 3B. Namun sudah 2 hari ini aku bertanya kekelasnya, namun dia tidak pernah ada.
Ku harap besok aku bisa bertemu dengannya. Jadi aku bisa meminta bantuannya mengenai hal aneh yang kualami ini.” kulihat lagi layar ponselku. Kubaca nama Andika disana. 'Siapa laki – laki ini? Kenapa aku tidak ingin membalas pesannya?' ucapku dalam hati.
***
Sari, turun makan dulu...” Teriak Ibu dari dapur. Ah, aku tinggal dengan Ibu dan kakakku. Kami hanya terpaut beberapa menit, ya dia kakak kembarku. Namun kami tidak satu sekolah. Aku sudah tidak memiliki seorang Ayah disini.
Iya Bu.” Aku bergegas membereskan buku – buku pelajaran yang ada dimejaku dan turun kedapur.
Ibu dan Kakak perempuanku sudah duduk manis disana. Masakan Ibu sudah terhidang dimeja makan dan kelihatannya lezat.
Wah... Ibu memasak ini semua? Ada acara apa?” tanyaku.
Ah.. tidak.. Ibu hanya ingin merayakan bersama kalian saja.”
Ibu naik pangkat menjadi seorang Manager.” jawab Kakakku yang memang agak jutek itu.
Benarkah Bu? Wah selamat ya Bu.” aku memeluk pinggang Ibuku dengan erat dan ia membalasnya.
Terima kasih. Ayo sekarang kita makan.” jawabnya tersenyum setelah membelai rambutku yang agak ikal ini. Aku tersenyum padanya.
Suasana makan malam bersama keluargaku begitu nikmat diselingi dengan celoteh ibu dan dijawab dengan juteknya kakak. Aku tersenyum bahagia melihatnya. 'Sepertinya aku belum pernah merasa sebahagia ini dalam keluarga.' ucapku dalam hati dengan menatap keceriaan mereka.
Ah, Sari. Ibu tidak pernah melihat Lyan kemari. Apa dia sibuk?” tanya Ibuku.
Aku berhenti mengunyah, “Lyan?”
Iyah. Diakan sahabatmu sejak SMP. Kalian ada masalah?”
Aku terdiam, 'Bukan karena ada masalah. Tapi bagaimana aku menceritakan semua pada Ibu.'
Apa kalian bertengkar lagi?” tanya Kakakku.
Heh? Apa kami pernah bertengkar?”
Kadang – kadang. Tapi kalian cepat sekali baikan.” jawabnya.
Lyan suka sekali kerumah. Sesekali ia membawakan kue buatan Ibunya untuk kita.” ucap Ibuku antusias.
Benarkah? Hmm.. Ibu aku tidak tau kenapa aku tidak bisa bertemu dengannya belakangan ini.” jawabku.
Heehh.. benar kau ada masalah dengannya?”
Tidak. Aku tidak ada masalah dengannya..” elakku. “Sepertinya.” susulku.
Kenapa tidak kau telepon saja?” tanya Ibu.
Sudah Bu, ke nomor Hpnya. Tapi tidak aktif.”
Telepon kerumah. Siapa tau dia ada dirumah.”
'Ah, benar. Kenapa tidak terpikir sejak kemarin yah.' aku bangun dari kursi meja makanku setelah aku menyelesaikannya. “Aku telepon rumah Lyan dulu Bu.”
Oh ya. Salam untuk Ibunya ya.” teriak Ibuku.
Oke.”
Aku duduk disebelah meja kecil dipojok dekat ruang keluarga. Aku mencari nomor telepon Lyan disana. “Ini dia.” Aku menekan tombol dan berhasil tersambung.
***
Aku duduk disekitar lapangan basket sendirian, menunggu kedatangan sahabatku Lyan. Kami sudah janjian untuk bertemu disini. Dari ceritanya semalam, sepertinya ia juga merasakan hal yang sama denganku.
Sari.” panggil seseorang dari arah jam 9. Aku menoleh dan memperhatikannya dengan seksama. Dia berlari kecil kearahku.
Aku membelakak, “Hah? Lyan. Jadi benar itu kau?” seruku histeris bertemu dengan temanku di SMP lalu.
Jadi benar Sari yang disebut – sebut sahabatku adalah kau. Ya ampun, aku tidak menyangka kalau kita akan bertemu lagi.” Lyan merangkul dan memelukku erat. Kami saling melempar senyum dan tanpa disadari kamipun berpegangan tangan hingga penghuni sekolah yang berlalu lalang disekitar kamipun menatap curiga.
Eh.. suasananya jadi tidak enak.” Lyan melepas pelukannya.
Peduli apa? Yang penting aku senang bertemu denganmu Lyan.” aku memeluknya dan kami saling berpelukan erat. Bagai teman yang tidak bertemu selama bertahun – tahun.

Lyan menyeruput minuman yang dibelinya dikantin, kami tengah duduk dipinggiran ruang PMR dilantai bawah.
Jadi hal serupa kau alami juga ya?” tanyaku padanya sembari mengunyah roti coklat yang kubeli tadi.
Aku juga tidak tau kenapa ini bisa terjadi. Tapi yang jelas dua hari lalu membuatku bingung. Tiba - tiba aku sudah berada di toilet dan tidak tau ada dimana.”
Aku berada ditaman belakang sekolah ini.”
Benarkah? Jadi kau terbangun diwaktu yang sama denganku hanya saja berbeda tempat?”
Aku mengangguk. “Aku seperti orang bodoh saat itu. Aku terdiam mencermati setiap sudut – sudut gedung ini.”
Ah, aku malah dibilang amnesia oleh teman sekelasku.” dia menyeruput minumannya lagi. “Lalu siapa yang menolongmu. Memberitahu kelasmu dan rumahmu?”
Ada siswi kelas 3E anggota PMR yang melihatku terdiam di taman. Dia menghampiriku dan menanyakan kenapa aku ada disana?” aku mengigit pinggiran rotiku. “Sempat aku bertanya ini dimana dan dia siapa? Malah dijawab dengan tertawa dan candaan. Dia bilang aku ini suka bercanda.”
Hmmm..” Lyan mengangguk – angguk.
Tapi setelah aku yakinkan bahwa aku memang tidak tahu. Kemudian ia memberitahu kelasku dan dimana alamat rumahku.” aku terdiam. “Kau tau dirumah ada Ibu dan kakakku.”
Ah.. aku juga. Dirumahku juga ada Ibu dan adikku. Tapi ayahku tidak ada, beliau sedang ada tugas keluar kota dalam beberapa minggu.”
Oh.. aku malah sudah tidak punya ayah. Kata Ibu, ayah sudah meninggal sejak aku SMP.”
Sari. Apa kau tau kenapa kita berada disini? Aku merasa ada hal yang aneh.” Lyan melihat kedua telapak tangannya. “Aku merasa bahwa aku sudah pernah melewati usia remaja seperti sekarang.”
Kau merasakan apa yang aku rasakan. Tapi sebagian pikiran asli kita hilang.”
Apa kau juga merasa bahwa apa yang kita jalani sekarang semuanya terbalik?”
Terbalik?”
Iya terbalik. Aku merasa aku tidak hanya memiliki seorang adik, tapi aku memiliki 3 orang adik. Rumahku tidak besar dan keluargaku tidak seharmonis sekarang. Aku mempunyai rasa jauh didalam hatiku seperti itu.”
Aku tengah berpikir, “Iya, aku juga merasa seperti itu. Ibuku wanita pekerja keras tapi tidak seceria sekarang dan seingatku aku tinggal berjauhan dengan kakakku. Tapi sekarang kami tinggal dalam satu rumah. Ini begitu ganjal.”
Bagaimana kita harus mencari tau apa yang terjadi?”
Entahlah..” kami sama – sama bingung dalam pikiran masing – masing. Tiba – tiba aku teringat sesuatu. “Ah Lyan, apa kau kenal dengan orang ini..” ucapku sambil menunjukkan ponselku padanya. “Ia rajin sekali mengirimiku SMS. Tapi aku tidak pernah membalasnya.”
Eh, kenapa? Mungkin dia bisa membantumu.”
Aku takut dia bukan orang yang baik.”
Lyan mengambil ponsel dari tanganku dan dibacanya setiap SMS dari laki – laki itu. “Dia sangat perhatian sekali ya padamu.” Goda Lyan. “Apa dia pacarmu?”
Hei, mana mungkin. Kalau dia pacarku kenapa dia tidak menemuiku?” elakku sambil mengambil ponselku ditangannya.
Hahahha.. kenapa wajahmu menjadi merah seperti itu. Kau ini malu ya.”
Apa sih.” aku menyembunyikan wajahku yang merona. 'Yang benar saja. Baru saja bangun dan hadir didunia ini. Kemudian harus berurusan dengan percintaan. Hal yang sangat merepotkan.' gumamku dalam hati.
Aku juga mempunyainya disini. Yang baru kuketahui kemarin. Kau tau aku mempunyai pacar yang super tampan...” godanya lagi.
Apa sih Lyan. Berlebihan deh.”
Kau ini kenapa? Aku kan hanya bilang dia tampan. Nanti kalau bertemu dengannya aku kenalkan. Siapa tau dia juga bisa membantu kita.”
Eh?”
Aku sudah menceritakan apa yang terjadi padaku. Dan dia mau membantuku untuk mengingat hal – hal yang tidak aku ketahui disini.”
Aku menatapnya, “Mengingat?”
Anggaplah seperti itu. Untuk sementara waktu kita harus mengikuti alur cerita hidup didunia ini. Sampai nanti kita menemukan sebab kita berada disini.” terangnya.
Aku terdiam dan tengah berpikir. “Ini pasti rumit. Karena kita tidak tau history keseharian kita hidup didunia ini.”
Apa kau punya pilihan lain? Selain menjalani kehidupan kita disini?'
Aku menggelengkan kepalaku, hingga bunyi bel pertanda istirahat telah selesai.
Ah, sudah waktunya masuk kelas. Nanti kita lanjutkan pembicaraan ini oke.”
Oke.”
***
Aku melamun memikirkan apa yang terjadi padaku saat ini. Semua mata pelajaran hari ini tidak ada satupun yang hinggap diotakku. Hingga bel pulang sekolah berbunyipun tidak membuat semangat hidupku bangkit. Dengan malas aku membereskan dan merapikan buku dimeja.
Hey Sari.” Seseorang menyenggol lenganku dan aku menoleh kearahnya.
Huh?” jawabku agak malas.
Kau kupanggil sejak tadi. Tapi kau tidak menyahut!” serunya dengan wajah cemberut.
Ah, maaf. Ada apa?” tatapan mata sayuku membuatnya sedikit terkejut.
Ketua PMR bilang, kita harus membeli perlengkapan P3 K. Sepertinya persediaannya habis. Banyak anak kelas 1 yang sering pingsan setiap upacara.” ucapnya kemudian.
Huh...” aku menghela nafas. “Baiklah tunggu aku sebentar. Aku rapikan mejaku dulu.” kulanjutkan kembali kegiatanku yang tertunda tadi.

Sudah hampir 2 jam aku berada dipusat kota, membeli semua perlengkapan dan kebutuhan untuk kegiatan PMR. Jika saja bukan ketua PMR yang minta, aku sudah menolaknya sejak tadi.
Hey, bisa istirahat sebentar. Aku lelah dan haus.” aku mendudukan diri disekitar kursi taman pusat kota. Kemudian ia mengikutinya.
Apa sebaiknya kita membeli minuman kaleng?” tawarnya.
Aku mengangguk pasrah. Ia beranjak dari kursinya dan menghampiri mesin penjual minum diseberang taman. “Huh.. lelahnya....” keluhku sembali mengusap peluh yang mengalir dari dahiku. Aku melihat – lihat disekitar taman, banyak pohon yang begitu rindang sehingga tempat ini sangat cocok untuk beristirahat. Tapi tidak banyak penjual keliling disekitar sini.
Eh, apa itu?” sesuatu menarik perhatianku dan aku mencoba menghampirinya. Sebuah tumbuhan dedaunan kecil berbentuk kelopak segiempat yang belum pernah aku temui. “Ini unik sekali. Aku belum pernah melihat daun seperti ini.” aku memetik dedaunan itu untuk ku bawa pulang.
Hey Sari. Ini minumannya.” ucap temanku yang baru saja tiba. “Tidak ada orange jus. Maka aku membeli minuman rasa leci saja.”
Hmm.. tidak apa terima kasih.” aku mengambil minuman kaleng itu dari tangan kanannya dan segera meneguk beberapa tegukan untuk menghilangkan dahagaku.
Sari. Ada apa denganmu?”
Apanya?”
Sikapmu sangat berbeda beberapa hari ini. Biasanya kau paling semangat dengan kegiatan kita ini.”
Benarkah?” tanyaku tanpa antusias.
Temanku itu mengangguk, “Kau berbeda. Ada apa sebenarnya?”
Ng.....” aku terdiam, “Ah. Ngomong – ngomong siapa ya namamu?”
Eh?” dia nampak terkejut. “Kau tidak tahu namaku?”
Aku menggeleng pelan, “Maaf, sepertinya aku terkena amnesia belakangan ini.”
Apa? Amnesia?” dia menambahkan keterkejutannya melalui ekspresi wajahnya itu. Kemudian ia menghela nafasnya pelan. “Aku memang tidak seaktif dirimu. Tapi sedikit sedih jika kau bahkan lupa namaku.”
Eh? Maaf aku tidak bermaksud begitu.” aku mendekatinya dan tersenyum gaje (?).
Dia menatapku dan menghela nafasnya lagi, “Yasudahlah.. aku memang suka dilupakan orang – orang.” ucapnya lemah. “Namaku Fariza, panggilannya Riza. Aku kelas 3 E.” ucapnya bersemangat kembali. “Padahal aku yang menegurmu waktu kau terdiam ditengah taman belakang sekolah.” dia cemberut.
Oh, namamu Fariza. Hehe.. maafkan aku ya.” aku merangkulnya dan dia masih terlihat cemberut. “Bagaimana kalau kita pulang sekarang?” tawarku.
Eh mana bisa pulang. Kita harus kembali ke Sekolah untuk mengantarkan ini.”
“Apa? Apa tidak bisa besok saja!”
Tidak, karena ketua PMR sudah menunggu.”
Ya ampun.. aku bisa pulang sore lagi hari ini..” aku menghela nafas panjang. Kehidupan sekolah penuh dengan perjuangan. Perjuangan untuk menolong orang sepertinya, menjadi petugas PMR dan pengurus ekskul tersebut. 

Tbc

Next Chapter 3 => Keseharian Eka.. The last person ^,^
Mungkin ceritanya agak aneh, tapi diusahakan tetap tersambung dan menarik.. Semoga semoga semoga ..

Thanks u for reading

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...