Selasa, 02 Februari 2016

CERBUNG: REVERSE (Terbalik)

REVERSE



Genre : Schoolife, Drama, Fantasy
Chapter 1

Prev Prolog

Aku membuka kenop pintu kamar mandi. Aku mencoba mengintip dari satu sisi mataku. Kelihatannya sepi dan tidak ada orang. Aku berjalan menuju cermin yang cukup lebar yang terpasang pada dinding kamar mandi khusus wanita itu.
Hn? Kok ada yang berbeda dengan  diriku ya?” aku memegang kedua pipiku dan memperhatikan bayanganku pada cermin itu.
Loh? Kenapa aku pakai seragam sekolah?” Aku terkejut bukan main dengan kondisiku saat ini. Memakai seragam sekolah swasta sepertinya. Wajahku menjadi sedikit tirus dan tubuhku menjadi sangat langsing dan tinggi. Rambutku menjadi pendek sebahu. “Ada apa dengan rambutku? Kenapa menjadi pendek seperti ini?” Aku menyeka – nyeka setiap helainya.
Sepertinya ini bukan diriku. Aku tidak pernah berpenampilan seperti ini!” aku mencoba mengelak kondisiku saat ini. Aku menampar pipi kananku berniat agar aku cepat tersadar dari mimpi. “Aduh sakit.” Aku mengelus – elus pipiku yang terasa perih.
Eh, Lyan. Kau sedang apa? Sakit perut lagi?” tanya seorang siswi yang baru masuk kedalam toilet.
Eh... i.. iya.. hehehe...” Aku menjawab sekenanya. Aku tidak mengenal anak ini. 'Aduh bagaimana ini aku tidak tau ada dimana?'
Oh.. aku masuk dulu ya.” ucapnya kemudian memasuki kamar mandi.
Aku mengangguk. “Ya ampun itu siapa ya? Aduh aku harus bagaimana?” Aku berjalan kesana kemari. Aku memutuskan untuk bertanya pada anak perempuan tadi.
Eh, Kau masih ada disini?” tanyanya sambil mencuci kedua tangannya di wastafel.
Aku mendekatinya, “Umm.. anu.....”
Ada apa kau ini aneh sekali?”
Apa kau kenal aku?”
Kau bercanda? Justru saja aku kenal.”
Ah, kita kelas berapa ya?” aku mencoba bertanya padanya. Karena kondisiku saat ini aku sedang memakai seragam sekolah.
Kau ini amnesia ya. Masa kau lupa?”
Hehehe.. ya mungkin karena kelamaan disini.. “ Aku tersenyum gaje (?).
Dia menggelengkan kepalanya. “Kita kelas 3B. Urusan perutmu sudah selesai? Kalau sudah ayo kembali kekelas. Jam istirahat sudah mau habis.” jawabnya sambil berbalik.
Aku menahan tangannya. “Tunggu.”
Ada apa?”
Apa kau satu kelas denganku?”
Hah? Kau lupa denganku juga?”
Maaf....”
Dia menghela nafasnya pelan. “Iya aku sekelas denganmu. Aku duduk didepanmu. Namaku Rinna. Apakah ada yang perlu kau tanyakan lagi.”
Aku menggeleng, “Kurasa cukup, baiklah aku ikut denganmu kekelas.”
Ya sudah ayo.”
Aku mengikutinya berjalan menuju  kelasku. Aku sekarang kelas 3 SMA. Berarti umurku sekitar 17 tahun atau 18 tahun. Aku merasa ada yang aneh. Aku merasa bahwa umurku sebenarnya bukan itu.
Dalam perjalanan menuju kelas, aku memperhatikan seluruh sekolah dari lantai 3. Aku belum pernah ketempat ini. Begitu aneh tapi ini begitu nyata. Aku menapakkan kedua kakiku seperti biasa. Aku juga sudah mencubit bahkan menampar pipiku sendiri hanya untuk memastikan apakah ini nyata.
Aku melewati kelas 3 E dan 3 D. Manusianya sama sepertiku, tapi aku merasa ini bukan diriku yang sebenarnya.
Sudah sampai.” ucap Rinna ketika sudah berada didepan pintu kelas.
Aku berhenti dibelakang tubuhnya, “Eh iya.”
Kau duduk dibarisan ke 1 sap kelima.” Rinna menunjukkan posisiku duduk, seolah – olah ia sudah mengetahui mungkin aku akan bertanya.
Hah? Aku duduk dibelakang?”
Iya, karena kau adalah murid yang  tergolong pintar dikelas ini. Murid pintar diminta duduk dibelakang, agar yang kurang pintar bisa dipantau oleh guru yang mengajar.”
Pintar?”
Rinna menganggukkan kepalanya. “Aku masuk dulu.”
Eh iya.” Entah kenapa aku tidak mengikutinya untuk masuk. Aku terdiam sebentar didekat pintu. Sekilas aku menoleh kearah jam 9. Kelas didepanku adalah kelas 3 A. Aku melihat petunjuk berupa papan yang terpasang didinding atas dekat pintu itu.
Dua orang laki – laki berjalan dari arah yang berlawanan dan sepertinya mereka adalah murid dari kelas sebelah. Satu orang laki – laki masuk lebih dulu, tapi dibelakangnya ada laki – laki tampan yang berdiri menatapku dengan tatapan teduhnya. Aku tertegun dan beberapa saat kami hanya saling memandang.
Masuklah. Jam pelajaran akan dimulai.” ucapnya dengan suara yang membuat hatiku sedikit bergetar. Dan diakhiri dengan senyumannya yang manis.
Aku tersadar, “Ah, iya maaf.” aku bersegera masuk kedalam kelas dan duduk ditempat yang sudah ditunjuk oleh Rinna tadi.
Aku memegang dadaku. Jantungku berdegub kencang akibat dari tatapan dan perkataan laki – laki tadi. 'Ya ampun siapa ya laki – laki tadi. Kenapa dia tersenyum padaku.'
***
Aku berdiri tepat disebuah rumah yang cukup besar namun sederhana. Aku terdiam dan menatap rumah itu dengan seksama.
Sekarang kau sudah kuantar sampai rumah. Jadi kuharap besok kau tidak lagi terkena amnesia oke.” ucap Rinna sambil menghela nafasnya.
Hehehe.. maaf kalau aku merepotkanmu.” jawabku sambil menggaruk tengkuk kepalaku.
Hah.. ya sudah. Lagi pula rumahku beberapa blok saja dari sini. Kalau begitu aku duluan. Dah.” kemudian Rinna melangkahkan kakinya kembali.
Aku memperhatikan punggungnya, “Ah, dia teman yang baik yah.”
Aku berdiri didepan pintu rumahku itu, aku mengetuknya dan mengucapkan salam. Tidak berapa lama aku mendengar balasan dari dalam.
Aku membulatkan kedua mataku. Seorang wanita setengah baya yang sangat aku kenal parasnya itu. “Kau, tumben sekali sudah pulang siang ini.” ucapnya dengan wajah bingungnya.
Eh, apa aku biasanya pulang telat?”
'Tuk' Wanita itu menjitak kepalaku pelan. “Apa – apaan kau ini. Kau hampir setiap hari pulang telat. Pura – pura amnesia ya?”
Aku mengelus – elus kepalaku, “Maaf. Apa aku boleh masuk Mah?”
Hmm? Mah? Biasanya kau memanggil Ibu.”
Eh, iya maaf aku salah lagi Bu.”
Hahaha.. kau ini sedang ingin bercanda dengan ibu ya? Ayo masuklah. Ibu sudah memasakkan makanan favoritmu.” wanita itu yang mengaku sebagai ibuku menarik lenganku untuk masuk kerumahnya.

Setelah aku makan siang dan membersihkan diri, aku termenung dimeja belajarku. Kamarku cukup luas dari yang aku harapkan. “Ini hal baru untukku. Sepertinya aku tidak pernah punya kamar sendiri apalagi seluas ini.”
Aku memainkan pen dijemari tanganku, pikiranku melayang kesana kemari. Jelas aku belum begitu paham dengan apa yang terjadi saat ini. Aku menghela nafas, kedua bola mataku berputar mencari sesuatu dan akhirnya aku melihat sebuah laci meja disana. Aku hampiri dan mencari sesuatu yang mungkin bisa membantuku menemukan alasan kenapa aku berada disini. Sebuah buku diary berwarna peach berukuran 20 x 20 cm.
Aku rebahkan diriku disofa kecil dekat dengan pintu kamar. Aku buka satu persatu lembaran diary itu. Aku membacanya dengan seksama. “Ah, aku yang menulis ini semua? Tulisannya sama denganku. Tapi aku tidak pernah merasa menulis ini.”
Mataku terpaku pada suatu lembaran dimana aku menuliskan bahwa aku jatuh cinta pada seseorang. “Dimas Prasetya.” ucapku. “Siapa Dimas Prasetya itu? Apa aku jatuh cinta padanya?” tanyaku pada diriku sendiri. Aku tidak menghiraukannya. Ku buka lagi lembar demi lembar. Tenggorokanku tercekat, ketika sampai pada curhatan hati diriku pada diary itu. “Apa? Dengan Dimas Prasetya? Pacarku?! Hah!” seruku.
Aku belum sepenuhnya percaya. “Jadi disini aku sudah punya pacar? Tapi siapa laki – laki itu yah?” aku bertanya bodoh pada diriku sendiri. Aku menutup diary itu. Sekilas kemudian aku keluar kamar dan menghampiri Ibu diruang TV.
Ibu.. Ibu...” panggilku tergesa.
Ibuku menoleh, “Hei, ada apa? Kenapa berteriak seperti itu.”
Aku langsung mengambil posisi disamping Ibuku yang tengah menonton TV dengan adikku yang berbeda 5 tahun denganku. Ah, aku memiliki seorang adik perempuan berumur 12 tahun. Saat ini ia masih kelas 6 di Sekolah Dasar dekat dengan rumah.
Ibu aku ingin menanyakan sesuatu  padamu.” ucapku dengan serius.
Hn? Apa itu?”
Apa aku punya pacar?”
Kekasih? Kau ini bercanda. Kau sudah berpacaran dengannya hampir 1 tahun yang lalu.”
Hah? Hampir satu tahun?”
Ada apa? Apa kau lupa dengan pacarmu yang tampan itu?”
Eh? Tampan? Apa pacarku tampan?”
Seingat Ibu. Kata Sari dia orangnya juga pintar dan populer disekolah.”
Apa Ibu pernah bertemu dengannya?”
Apa kau bilang. Sudah tentu. Kadang setiap malam minggu atau minggu pagi dia kesini untuk menjemputmu kok dan meminta ijin pada Ibu.”
Apa?”
Kau ini kenapa sih? Kok tiba – tiba menanyakan hal itu.”
Ah,... itu..” aku tidak dapat mencari  alasannya. 'Jadi kalau aku sudah pacar, pasti dia tau aku yang sebenarnya.' gumamku.
Bu, ibu tau nomor Hp atau rumahnya tidak?”
Heh? Bukannya kau punya HP dan  menyimpannya disana.”
Bu, Hp kakak kan sedang rusak. Dua hari lalu terendam dimesin cuci oleh Ibu.” dengan polos Adikku  menjawabnya.
Aku menoleh kearahnya sekilas dan melihat kearah Ibu lagi. Dan Ibu hanya tersenyum saja.
Coba kau cari dibuku telepon mungkin kau menulis nomornya disana.”
Ah, iya.” ucapku sambil beranjak dari sofa ruang TV.
Oh ya, atau telepon saja sahabatmu itu.”
Sahabat? Apa aku punya sahabat Bu?”
Heh?? Kau lupa. Sari sahabatmu sejak SMP.”
Aku terdiam dan tengah berpikir. 'Sari? Sepertinya aku pernah familiar dengan nama itu.'
Aku bergegas menuju meja telepon. Dan mengambil buku telepon disana. Lembar demi lebar aku buka dan aku mencari nomor telepon yang dimaksud. “Ah ketemu. Ini dia nomor rumah Dimas.” Aku memegang gagang telepon dan menekan tombol disana. “Eh tapi aku bicara apa yah?” aku terdiam sebentar, sampai sambungan telepon itu tersambung.
Halo.” sapa penjawab diseberang sana. Sepertinya yang mengangkat telepon adalah wanita.
Ah Halo. Apa benar ini rumahnya Dimas Prasetya.”
Benar. Dengan siapa ini?”
Maaf saya Lyan.”
Lyan?” suaranya berubah menjadi  nyaring sekali.
Iya.”
Eh, tumben telepon kerumah biasanya langsung ke Hpnya Dimas.”
Eh. Hp saya sedang diservice.”
Bagaimana kabarmu?”
Ah, saya baik – baik saja. Umm.. maaf apa saya bisa bicara dengan Dimas?”
Oh ya, ya kau ingin bicara dengan Dimas yah. Tante sudah rindu denganmu. Habisnya kau sudah lama tidak berkunjung kerumah.”
Ah, benarkah? Baiklah nanti aku akan main kerumah Tante.”
Oh, benarkah. Kalau begitu aku akan senang sekali. Tunggu sebentar ya tante panggilkan dulu.”
Ah, iya. Saya tunggu.”
Aku menunggunya beberapa menit, hingga terdengar suara berat dari telepon seberang.
Halo.”
Jantungku berdebar kencang setelah mendengar suaranya. “Ah.. halo dengan Dimas?”
Ya, ada apa kau menelponku?”
Ah. Apakah kita bisa bertemu besok setelah pulang sekolah?”
Eh. Kenapa mesti pulang sekolah? Apa jam istirahat kau sibuk?”
Jam istirahat? Apa kita satu sekolah?”
Hah? Apa maksudmu? Kita kan satu sekolah.”
Eh, benarkah? Maaf aku jadi lupa. Ada beberapa pertanyaan yang ingin aku ajukan padamu. Kuharap kau bisa membantuku.”
Ada apa sebenarnya? Bukankah tadi siang kau terlihat baik – baik saja.”
Eh apa kau melihatku?”
Ckck.. kau ini lucu. Kau berdiri didepan pintu kelasmu dan terus saja menatapku. Kalau saja aku tidak berkata kepadamu untuk masuk, kau tidak akan masuk kan?”
Hah?” aku terkejut dan mengingat kejadian tadi siang pada jam istirahat. “A.. apa kau laki – laki yang mengatakan padaku didepan pintu kelasku tadi?”
Hmm? Kau ini kenapa sih? Tentu saja itu aku.”
Kau laki – laki yang tadi siang tersenyum padaku.”
Hn? Aku tersenyum padamu karena kau adalah kekasihku.”
Haaaaa.....” hatiku meleleh seketika.
***
Bel istirahat sekolah telah berbunyi. Dimas, memintaku untuk bertemu ditaman belakang sekolah. Sebelumnya aku menanyakan letaknya pada temanku, Rinna. Beberapa menit aku menunggu kehadirannya. Langkah kakiku tidak berhenti untuk bolak balik ditempat, hatiku gelisah dan perasaanku tidak karuan.
Mau sampai kapan kau berjalan bolak balik seperti itu?” tanya laki – laki yang tak lain adalah Dimas yang kini sudah berdiri dihadapanku.
Aku terhenti dan menatapnya terpesona. Dia berjalan menghampiriku. 'Aduh, hatiku kenapa ini? Kenapa rasanya jantungku berdetak cepat sekali.' gumamku dalam hati.
Ah. Duduk disini.” ucapku sambil mengalihkan tatapan matanya yang sejak tadi tidak lepas dari mataku. Aku mengambil posisi duduk dikursi taman kosong itu. Dan dia duduk bersebelahan denganku.
Ada apa?”
Umm... begini.. bagaimana yah?” ucapku terbata sambil memainkan jemariku. Aku tak berani melihat kearahnya. Bagaimana aku bisa melihatnya, dia begitu tampan bagiku. Postur tubuh tinggi dan atletis, kulitnya yang putih langsat, hidungnya yang mancung dan matanya yang begitu indah dan teduh. Dan gaya rambutnya yang simple dan berpakaian rapi.
Dia melirikku, “Kau ini kenapa?” kali ini ia melihat kearahku. Menunggu jawabanku.
Maaf. Hanya saja. Apakah kau bisa  percaya padaku?” jawabku tanpa menatapnya.
"Hn?”
Sepertinya aku terkena amnesia. Jadi aku tidak ingat pada siapapun. Bukan ini lebih kepada aku tidak tau akan diriku disini. Kehidupanku sekarang banyak yang begitu aneh. Tapi ada beberapa orang yang aku ingat contoh wajah Ibuku dan adikku. Tapi aku tidak ingat kalau aku bersekolah disini dan mengingat wajah dan nama teman – temanku...”
Termasuk padaku?” ia menyela perkataanku.
Ah.. iya..” ucapku kali ini aku menoleh kearahnya yang masih menatapku. Mata kami bertemu dan itu membuat wajahku menjadi merah. Aku memalingkan wajahku lagi dan menunduk. “Jangan melihatku seperti itu. Aku jadi sedikit malu.”
Dia tersentak dan memundurkan wajahnya. “Hah.. jadi ini sebabnya kau menelponku kemarin. Dan berkata yang aneh.”
Maaf. Tapi apakah kau percaya kalau aku terkena amnesia?”
Yang aku tau kau tidak pernah berbohong padaku. Jadi kurasa saat ini kau sedang tidak berbohong.”
Tidak mungkin aku berbohong. Karena itu, aku ingin meminta bantuanmu.”
Kau ingin aku melakukan apa?”
Kata ibuku. Kita sudah berpacaran  hampir 1 tahun. Berarti kau tau siapa diriku disekolah kan?”
Hmmm??” dia nampak berpikir.
Aku menoleh kearahnya, “Kenapa kau tidak menjawabku?” tanpa sadar aku mendekatkan posisi dudukku padanya.
Dia menoleh kearahku. Lagi lagi mataku bertemu dengan matanya dan dia tersenyum kepadaku. Aku tidak bisa mengelak tatapannya. “Aku akan membantumu untuk mengingatnya.”
Terima kasih.” jawabku dan membalas senyumannya.
Hmm..” ucapnya disertai dengan belaian tangannya dikepalaku. Aku merasa terbawa suasana saat itu. 'Ah aku tidak percaya bahwa aku memiliki kekasih seperti dia. Aku merasa beruntung.' ucapku dalam hati.

Tbc

Chapter 2 -> kisah dari keseharian Sari..
Ditunggu next chapternya..
Thank u ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...