Sabtu, 08 Juli 2017

CERBUNG : REVERSE Chapter 5



REVERSE



Genre : Schoolife, Drama, Fantasy
Chapter 5

Prev Prolog1234

Andika berjalan menuju kelasnya dan tak sengaja dari arah yang berlawanan terlihat Dimas menghampirinya.
“Hei, darimana?” Dimas mendahului.
“Eh harusnya aku yang bertanya padamu. Tadi aku ke perpustakaan kau tidak ada disana. Biasanya jika tidak ke kantin kau pasti berada disana kan?”
“Ah, aku baru saja dari lapangan tenis.” Dimas berjalan menuju mejanya, diikuti Andika.
Andika menggeser kursinya untuk diduduki, “Hn? Ada apa disana?”
“Tidak ada apa – apa. Aku hanya berbicara dengan Lyan.”
“Oh….” Andika menganggukkan kepalanya. Dalam hatinya bertanya – tanya apakah Dimas bisa membantu apa yang sekarang ada dipikirannya. “Hem… sepertinya ada yang ingin aku ceritakan padamu.”
Dimas menutup kembali buku yang diambilnya dari tas, “Hn?”
“Aku tidak tahu ini tepat atau tidak untuk bertanya pendapatmu.”kedua tangannya saling bertautan diatas meja.
Dimas mengubah posisi duduknya, “Kalau begitu, aku juga ingin bertanya sesuatu padamu.”
“Apa?”

“Hem.. jadi seperti itu. Mengapa mereka berdua mengalami hal yang sama?” Andika menggaruk tengkuknya.
“Hem..” Dimas mengangkat kedua bahunya dan mengalihkan pandangannya kedepan kelas.
“Tapi apa kau yakin akan membantunya dalam mengingat semua ingatannya yang hilang?”
“Heem..” Dimas mengiyakan.
“Kau juga berpikiran yang sama denganku rupanya.”
“Bukankah itu bagus?”
“Maksudmu?”
“Bukankah ini adalah kesempatanmu untuk membohonginya?”
“Tadinya aku berpikirian seperti itu. Tapi aku mengurungkan niatku. Hal itu lebih buruk dibanding aku ditolaknya berkali – kali.”
“Haahh.. akhirnya baru kali ini aku bangga padamu!”
“HAH?”
Dimas hanya tersenyum jahil pada sahabatnya itu. Dalam benaknya, ‘Aku sendiripun tida begitu yakin dia akan percaya semua cerita yang aku ungkapkan nantinya. Bisa saja itu hanya kebohongan. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi aku tak ingin dia dekat kembali dengan laki – laki itu.’
***

Bel sekolah berbunyi,
“Hei, hari ini jadi mencari tempat bekerja?” ucap Reihan.
Eka menjawab dengan anggukan.
“Oke. Sepertinya diujung dekat halte bus, aku pernah melihat sebuah kafe membuka lowongan pekerjaan. Siapa tau disana membutuhkan pekerja parttime seperti kita.”
“Hah? Tunggu dulu. Kita?”
“Iya.” Ucapnya yakin.
Eka menyipitkan kedua matanya, “Bukankah hanya aku yang ingin mencari pekerjaan itu.”
“Aku juga akan ikut. Ikut menemanimu..”
“Apa – apaan sih. Tidak usah seperti itu. Aku jadi tidak enak.”
“Tidak apa – apa. Lagipula aku tidak akan meninggalkanmu sendirian dalam kondisi seperti ini. Bagaimanapun aku adalah teman terbaikmu saat ini, teman yang paling mengerti.. bukankah seperti itu?” Reihan mengucapkannya dengan berbinar – binar dan berbunga – bunga. Tanpa disadari Eka telah meninggalkannya keluar kelas.
“Menjijikan.”
“Eh, hoi tunggu aku. Kau mau kemana?” ia berlari menghampiri Eka dan merangkulnya. “Jangan tinggalkan aku dong.”
“Apa sih. Geli tau!” protes Eka menyingkirkan tangan Reihan dari bangkunya.
“Hahahhaaa….”

-          Klontang – suara bel kafe itu berdentang ketika terbuka.
“Syukurlah, akhirnya aku diterima dan mulai besok bisa langsung bekerja.” Eka dengan semangatnya.
“Hem, aku juga. Aku tak menyangka kalau bisa semudah ini.”
“Apaan sih, kau tidak ingat kalau kau ini memohon – mohon sambil menangis menjijikan seperti itu.”
“Hahahaaa.. itu hanya taktik.”
“Alasan! Sudah aku mau pulang.”
“Aku juga. Hehe..” Reihan berjalan berdampingan dengan Eka, “Hem, kenapa kau ingin bekerja paruh waktu sekarang.”
“Ah, aku hanya ingin meringankan beban ibuku.”
“Wah.. kau anak yang baik rupanya. Apa sekarang kau sudah insyaf.”
“Hey, apa dulu aku begitu parah?”
“Hem.. tidak juga, kau hanya terlalu acuh. Bahkan tidak peduli apapun.”
“Seburuk itukah?”
“Bisa dibilang begitu.”
“Jangan mengada – ngada.”
“Tidak aku hanya mengucapkan yang sebenarnya kok.”
Eka terdiam sejenak. “Maka dari itu mulai hari ini aku harus berubah untuk menjadi lebih baik. Jika memang benar dengan apa yang kau katakan, kalau aku dulu sangat buruk.”
“Itulah yang aku tunggu dari dulu kawan.kau harus peduli dengan keluargamu dan sekitarnya.”
Eka mengangguk – angguk.
***

“Haaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhh hari ini sangat panas…” eluh panjangnya ketika Lyan merebahkan diri dikasur empuknya itu. Setibanya dirumah ia langsung menuju kamar dan menyalakan AC kamarnya.
‘Tok tok’
“Hn? Siapa?” Lyan bangun dan mendudukan diri ditepi tempat tidur.
“Aku kak. Boleh aku masuk.”
“Ah, masuklah.”
Adik perempuan Lyan yang bernama Wulan itu menggeser kursi dihadapan kakaknya. “Hem.. kaka da sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Tapi kau harus berjanji jangan sampai ibu dan ayah tau.” Ucapnya sambil berbisik.
“Eh, apa itu. Kenapa dengan nada bicaramu yang seolah berbisik itu.”
“Ssstt.. tenanglah.”
Lyan menganggukkan kepala.
“Kak, apa yang kau lakukan saat mengalami hal yang belum pernah kau ketahui sebelumnya?”
“Hah? Hal apa? Semacam apa?”
“Perubahan pada dirimu kak, apalagi!”
“Perubahan pada diriku? Aku tidak mengerti apa maksudmu. Katakanlah dengan kata – kata yang aku mengerti. Atau to the point saja.”
“Tidak bisa.”
“Mengapa tidak bisa?”
“Seperti kau menyentuh bagian dari tubuhmu dan itu membuatmu merinding dan seperti ada rasa kejut.”
Lyan membulatkan kedua matanya, ‘Apa – apaan bocah ini. Bahasa yang dikeluarkannya fasih sekali. Ngeri..’
“Tapi disatu sisi kau juga merasakan sesuatu yang keluar dari tubuhmu begitu saja tanpa kau sadari dan kau mau.” Wulan menjelaskan dengan wajah serius dan mengekspresikannya dengan kedua tangan dengan paham sekali.
Dahi Lyan mengkerut, ‘Tidak mungkin, mana mungkin anak sekecil ini mengerti tentang hal itu…. Aku harus memastikannya dan menghentikan tingkahnya ini. Ini sangat mengerikan.’
“Kak.. jawab aku.”
“Ah, apa kau sering melakukan hal itu?”
“Hem.. kalau hal yang pertama beberapa kali. Tapi untuk hal yang kedua sepertinya baru kali ini.”
“Apa!” Lyan mencengkram kedua bahu adiknya itu, “Wulan, kau ini masih sangat kecil untuk mengetahui apalagi melakukan hal semacam itu. Dan itu sangat tidak baik untukmu.”
“Hem? Tapi beberapa temanku berkata dan menanyakan kepada kakaknya kalau hal itu sangat wajar.”
“Hah?” Lyan terkejut, “Pokoknya kau tidak boleh seperti itu lagi.”
“Tapi kak, itu mengalir begitu saja. Lihatlah kebawah..”
Lyan mengikuti perintah adiknya dan ternyata…. “Ah…. Kau mengalami menstruasi rupanya dan hal yang pertama tadi adalah tumbuh sesuatu didadamu.”
Wulan mengangguk – angguk. "Wajar kan kak. Tapi Ibu jangan diberi tahu nanti dia heboh sendiri.”
Lyan menghela nafasnya panjang, ‘Perkiraanku terlalu awal berpikir buruk ternyata.. hahaha..’. “Baiklah lalu apa yang kau butuhkan?”
“Apa kau punya pembalut kak? Dan apa dulu kau diam saja pada saat pertama seperti ini?”
“Yang jelas kau harus membersihkan itu dikamar mandi dan pakai ini segera. Setelah itu beri tau ibu agar dia bisa membelikan pembalut padamu dan miniset untukmu.”
“Hem.. begitu rupanya.. oke..” Wulan berlalu dari kamar Lyan.
“Hah.. pikiran yang sangat konyol. Bisa – bisanya aku berpikiran seperti itu pada adikku.. hahahaa…” Lyan merebahkan lagi tubuhnya. Ia memandangi langit – langit kamarnya, teringat wajah pacar dinginnya itu. “Apa – apaan sih dia itu. Kenapa juga aku bisa berhubungan dengannya. Dia memang tampan bahkan sangat tampan dan juga pintar. Tapi jika aku mengingat kejadian pagi tadi rasanya aku ingin mengucek – ucek wajahnya dengan tanganku. Kesal..”
Lyan bangun dari tidurnya dan menghampiri laci meja belajarnya, “Ini diaryku ya… aku harus membacanya lagi agar lebih paham perasaan apa yang aku miliki disini dengan laki – laki dingin itu.”
***
Jam pelajaran pertama sudah selesai,
Ponsel sari bergetar, ada pesan masuk disana.
-          Aku perlu bicara denganmu. Perihal ingatanmu.
-          Ku tunggu jam istirahat di taman sekolah
“Dari Andika..” lirihnya.

Andika sudah berada ditempat pertemuannya.
“Andika, maaf sudah membuatmu menunggu.” Ucap Sari baru tiba.
“Ah, tidak kok. Aku baru saja sampai.”
“Begitu. Aku duduk ya.”
Andika menganggukkan kepalanya.
“Jadi hal pertama apa yang ingin kau ceritakan padaku?”
Andika terdiam sesaat, “Hemm..”

Dilain tempat dengan waktu bersamaan.
Dimas berdiri didepan kelas Lyan, ia berniat ingin bicara dengannya. Namun hal pertama yang dia lihat adalah bertemu dengan Eka.
“Eh, kau dari kelas sebelah ya?” tanya Reihan ketika akan keluar kelas.
“Ah ya.”
“Sedang menunggu siapa atau kau ingin bertemu dengan...”
“Aku menunggu Lyan keluar.”
“Mau aku panggilkan?” tawar Reihan.
“Ah, jika tidak merepotkan.”
“Tidak masalah.”
Reihan meninggalkan Dimas dan Eka berdua. Dan mereka diam seribu Bahasa hanya sekilas melirik satu sama lain.
‘Apa dia ini pacarnya?’ gumam Eka dalam hati.
Lyan kemudian mengikuti Reihan keluar kelas dengan wajahnya yang datar.
“Ini orangnya yang mencarimu.” Reihan menunjuk Dimas.
Lyan sontak terkejut dan segera menghampiri Dimas. “Oh, ada apa kau mencariku?”
“Aku perlu bicara denganmu. Tapi tidak disini.”
“Hn? Bukankah kau bilang tidak mau berjalan dekat – dekat denganku?” jawabnya dengan wajah cemberut.
‘Rupanya dia merajuk. Lucunya ekspresi itu.’ Ucap Dimas dalam hati. “Sudahlah ayo ikut aku.” Dimas membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi, Lyan mengikuti dibelakangnya.
“Hey, apa itu pacarnya?” tanya Eka pada Reihan.
“Ya. Memangnya kau tak ingat?"
"Tidak."
"Hem? Bukankah kau dulu…… eh” Reihan hampir saja mengungkapkan sesuatu.
“Apa?” tanyanya pada Reihan.
“Tidak ada apa – apa.. hehee”
“Mencurigakan sekali tertawamu itu.”
“Sudahlah ayo kita kekantin.”
***

tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...