Selasa, 26 Mei 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 3

IDOL SCHOOL

Chapter 3

Genre : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

**************__________________**************

Pagi yang cerah menemani perjalanan Rissa menuju sekolah, didukung dengan kondisi bus yang dinaiki Rissa sangat lengang. Memang tidak biasanya seperti ini, kondisi dimana dewi fortuna sedang hinggap didekatnya. Rissa terlihat bersenandung kecil sambil berjalan di pinggir trotoar setelah turun dari bus, senyum manisnya tidak hilang semenjak ia bangun dari tidur, membayangkan kejadian beberapa hari lalu yang dialaminya.
Tepat didepan pintu kelas laki – laki pujaannya, Rissa berhenti sesaat. Jantungnya berdegup kencang dan berkali – kali dia mencoba menarik nafas lalu dikeluarkan kembali sampai – sampai ia tidak menyadari tingkah konyolnya itu dilihat oleh para siswa dan siswi yang berlalu lalang disekitarnya.
Rissa mulai mengambil aba – aba untuk segera berlari menghindari kelas itu, “Siap....” ucapnya sambil ancang – ancang, “Ya!” Rissa tidak berlari melainkan berjalan dengan posisi miring dan membelakangi kelas itu setelahnya ia menghelas nafasnya, “Fiuuhhh....”.

“Selamat pagi Rissa.” Sapa Sam dengan senyumnya ketika tiba didepan pintu kelas mereka.
“Pagi Sam.” jawab Rissa.
“Bagaimana PR matematikamu, apa sudah selesai?” tanyanya ketika sudah duduk ditempatnya.
Rissa terlihat sibuk mengeluarkan buku dari tasnya, “Hmmm.. seperti biasa.”
“Belum?”
Rissa menjawab dengan anggukan.
“Selamat pagi Rissa, Sam.” sapa Inka yang baru saja datang.
“Sedang mencari apa Ris?” tanya Inka yang melihat Rissa sibuk mengeluarkan isi tasnya itu.
“Handphoneku tertinggal sepertinya.” jawab Rissa muram. “Dewi fortuna sudah pergi dariku.” ucap Rissa dalam hati.
“Ohhh..” jawab bersamaan mereka.
Rissa hanya memanyunkan bibirnya.

***

Bel sekolah berbunyi tiga kali, pertanda sekolah hari ini telah usai.
“Rissa, maaf hari ini aku tidak bisa membantumu untuk menyelesaikan PR matematikamu. Karena aku diminta menemani Ibuku berbelanja.” ucap Sam.
“Aku juga Rissa, aku harus menjaga adikku dirumah karena kedua orang tuaku pergi keluar kota.” susul Inka.
“Hmm. Baiklah, aku tidak apa kok.”
“Kalau tidak salah ada buku rumus – rumus matematika di perpustakaan. Jika kamu perlu buku itu, pergilah ke perpustakaan ya.” usul Sam.
Rissa berpikir sebentar, dikarenakan PR matematikanya harus terkumpul besok mau tidak mau Rissa harus belajar sendiri di perpus. Pantang bagi dia untuk mencotek hasil belajar teman – temannya itu. “Oke, aku coba belajar dengan buku itu.”
“Baiklah, kami pulang duluan yah. Dah Rissa.” ucap mereka bersamaan.
Rissa membereskan meja dan bukunya, kemudian bergegas keluar kelas menuju perpustakaan.

Sesampainya didepan pintu perpus,
“Permisi” ucap Rissa pelan sambil membuka pintu perpus.
“Masuk” jawab ibu penjaga perpus. “Eh, kamu Rissa sudah lama tidak mampir keperpus.”
“Hehehe, iya Bu. Maklum sibuk dirumah.” jawab Rissa tersenyum geje (?). “Hmmm... Bu ada buku rumus matematika?”
“Oh ada, diujung rak sana. Dari sini belok kekanan, 2 blok dari pinggir rak terakhir.”
“Oh.. terima kasih.” jawab Rissa, kemudian mengikuti arahan ibu penjaga perpus tadi.
Rissa berjalan perlahan sambil melihat – lihat judul buku yang tersusun rapi dan sejajar dirak perpus itu, jemarinya menyelusuri buku – buku yang sama sekali tak berdebu. “Aha, ini dia.” Hap. Dia ambil buku tersebut dan sekilas melihat judul dari buku tersebut 'BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SMA DENGAN RUMUS TERMUDAH'.
Rissa sedikit celingukkan mencari tempat yang pas untuk dia belajar, sedetik kemudian matanya tertuju pada satu tempat dipojok kanan sana yang masih kosong dan ia segera menghampirinya.
“Yey, aku tepat duduk disini. Hihihi.” Rissa terkekeh sendiri. Rissa mulai membuka halaman di buku itu...
Sedetik, dua detik, tiga detik, satu menit, dua menit, satu jam telah berlalu tapi buku yang tengah dibacanya tidak ada satupun yang hinggap diotaknya...
“Haiissshhh...” Rissa menidurkan kepalanya dimeja tertelungkup dengan bukunya, “Aku tidak suka dengan matematika!” serunya sambil meringis. “Sepertinya dewi fortuna tengah menjauhiku sejak tadi.. huaaaaa....” Rissa bertingkah lucu dibangkunya.
“Ssttttsssttt” ucap siswa yang berada dibelakanganya.
“Ah,” Rissa menoleh kebelakang dan meminta maaf dengan kedua telapak tangannya sambil berhadapan (?) seperti orang meminta maaf pokoknya. ^^v.
Rissa melanjutkan belajarnya, sedikit kecewa dengan sikap temannya yang meninggalkan Rissa di sekolah sendirian, tanpa handphone pula. Rissa terlihat sangat frustasi, sesekali ia menggaruk – garuk rambutnya hingga berantakan tak karuan. Lagi, Rissa menidurkan kepalanya diatas mejanya, “Aku sudah tidak kuat....”. -cling- muncul lambang lampu bercahaya diatas kepalanya, “Aku mau tanya Ibu perpus..” Rissa bangkit dari duduknya dan menghampiri Ibu perpus didepan.
“Bu, Bu..” panggilnya pelan.
Ibu penjaga perpus menoleh kearah Rissa, “Ada apa?”
“Hehehe... disini masih ada buku komik?” tanya Rissa tersenyum geje (?).
“Hah? Hmmm.. seperti biasanya ya.. kalau sudah penat pasti baca komik.” jawab Ibu penjaga perpus yang sudah hafal dengan tingkah Rissa. Rissa hanya tersenyum. “Ada dirak sebelah kanan dari bangkumu.”
“Oh, oke Bu. Terima kasih.” ucapnya pelan dan bergegas mengampiri rak yang ditunjukkannya tadi oleh Ibu penjaga perpus.
Jari jemari Rissa menyelusuri barisan komik yang dibilang umur komik ini cukup lama, karena beberapa adalah sumbangan dari murid – murid. “Love stage.” ucapnya membaca judul komik yang dia ambil, kemudian ia kembali ke bangku semula.
Selang beberapa menit ia telah menghabiskan dua komik sekaligus, cepat yah kalau baca komik ^^. “Hei, ke perpustakaan selama berjam – jam hanya membaca komik?” tanya seorang siswa laki – laki duduk disamping Rissa. Rissa sedikit tersentak, “Eh, hehehe hanya menghilangkan penat.” jawab Rissa dengan senyum tak jelasnya itu (antara malu dan senang).
Rissa merubah posisinya menghadap siswa itu, “Ma....” ucapnya terhenti, “Haaahhhhh....” Rissa tercengang dengan senyuman dari siswa laki – laki itu, “Re...renal...” ucapnya terbata sembari menelan saliva yang tercekat ditenggorokannya.
Laki – laki itu tersenyum sembari menopang pipi kanan ditangannya dan tangan kirinya masih memegang sebuah buku. “Apa kabar, Rissa?” tanyanya.
Wajah Rissa memerah, dan dia menjadi salah tingkah, “Eh... anu.. e... aku... baik kok.. hehhee.” ucapnya sambil tertawa tak jelas. 'Ahhh.. bagaimana ini, memalukan tingkah konyolku ketahuan oleh Renal, Bodoh!' umpat  Rissa dalam hati. Diluarnya Rissa masih tersenyum dengan tangan gemetar.
Renal merubah posisinya menjadi duduk sempurna menghadap tembok mejanya, “Sukurlah kalau begitu.”
Wajah Rissa masih merah padam dan sedikit menunduk, “Iya.”
“Kamu ada kesulitan?”
Rissa sedikit bergembira, karena masih ada orang yang peduli dengan masalahnya saat ini tanpa ragu ia langsung mengambil buku rumus matematikanya tadi dan menghampiri Renal disamping, “Ini, aku kesulitan dengan rumus – rumus dibuku ini.” ucapnya memohon.
Renal sedikit tersentak dengan tingkah Rissa yang tiba – tiba, namun kemudian ia bisa kembali normal seperti biasa, “Kamu ini, sungguh aneh.”
“Eh, aneh?” tanya bingungnya.
“Tadi wajahmu memerah dan sekarang tingkahmu berubah seolah – olah tidak ada yang terjadi sebelumnya.” kata Renal sembari membuka lembar – lembaran buku itu.
“Hehehe, begitulah...” Rissa mulai menggaruk – garuk tengkuk belakang kepalanya. “Bagaimana apa kamu bisa mengajarkannya padaku. Kamu kan jago matematika.” ucapnya semangat.
“Kenapa?”
“Hmmm.. maksudnya?”
“Kenapa aku harus mengajarkan rumus ini padamu.”
“Eh..” Rissa kaget, “Kenapa ya?” batinnya bertanya. Rissa sedikit menunduk.
“Kamu suka komik kan?”
“Hmm..” Rissa menenggakan kepalanya kembali.
“Ada syaratnya.”
“Syarat?”
“Kamu ingin aku ajarkan rumus matematika ini kan?” tanya Renal yang mulai merubah posisi menghadap Rissa. Rissa sedikit terkejut, pasalnya tatapan mata laki – laki itu tepat ke matanya, pipinya mulai merona kembali.
“Hei, kamu ini suka sekali membuat pipimu merah seperti itu ya.” kata Renal lugu sambil menunjukkan telunjuk ke arah kedua pipi Rissa, sontak Rissa salah tingkah kembali.
“Ah... tidak tidak, aku tidak apa – apa. Ini bukan disengaja.. hehehe... bagaimana ya menjelaskannya.” Rissa mulai berbicara ngawur (?).
“Sstttssstt” sela dari siswa siswi yang berada diperpus tersebut, menandakan bahwa tidak boleh berisik.
Rissa dan Renal menjadi diam dan kembali meminta maaf karena telah mengganggu belajar mereka.
“Jadi?” tanya Renal kembali.
“Iya aku suka baca komik.”
“Kalau begitu, aku akan mengajarkan rumus ini padamu sebagai imbalannya kamu ikut aku hari minggu ke pameran komik dipusat kota.”
“Hah?? aku?” kali ini Rissa berteriak, sontak semua siswa yang berada diperpus menoleh kearahnya dan menatap Rissa tajam. Rissa tersadar akan tingkahnya itu dan kembali menundukkan kepalanya memohon maaf. Renal hanya tertawa kecil.
“Suaraku keras yah.. hehhe..”
“Hmm.” Angguk Renal, “Bagaimana keputusanmu?”
Wajah Rissa masih memerah bahkan tambah merah, “Bagaimana ya?” sambil menunduk dan memainkan jemarinya itu.
“Kalau tidak mau ya sudah, aku tidak memaksa.”
“Ahh... bukan bukan itu.” Rissa sontak menolak ucapan Renal barusan.
Renal menoleh kearahnya dan menunggu jawaban Rissa.
“Hmmm.. apa aku tidak menyusahkanmu?”
“Tidak.”
“Hmmm...” dengan mata berbinar, “Baiklah, ajarkan aku ya.. aku yakin pasti aku bisa setelah diajarkan olehmu.” tingkahnya berubah 180 % dari beberapa detik lalu. “Ayo!”
Renal tertawa pelan, “Mulai dari mana kita?”
“Di rumus ini.” ucap Rissa bersemangat menunjukkan dihalaman mana yang ia tidak mengerti. Dan hari ini merupakan sebagian hari – hari Rissa yang bahagia, dewi fortuna mendatangkan kesempatan untuknya hari ini, bisa bertemu dan berbicara dengan Renal, bahkan minggu ini ia bisa berjalan bersama ke pameran komik dipusat kota bersama laki – laki pujaannya.

***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...