Selasa, 14 November 2017

FF V-Eunha (BTSxGFriend shipper) : HUG ME


Hug Me


Type : Oneshoot
Tittle : FF Kim Taehyung (V BTS) - Jung Eun-bi (Eunha Gfriend)
Genre : Drama, Romance

Story real made me.. And dont plagiat.
Happy reading ^^

***

"Maafkan aku Oppa. Lebih baik hubungan kita sudahi sampai disini. Dan jangan mencariku, selamat tinggal."

Suara lembut nan tegas itu masih terngiang jelas ditelingaku sampai saat ini. Aku tak bisa mengendalikan kesedihan hatiku, aku bertahan di malam gelap dan tak tidur.
Tanpa melihatkan keputusasaanku, pagi yang mau tak mau membangunkanku.
Luka hati yang masih membakarku, sakit hati yang semakin dalam, malam yang tak terhitung untuk mencoba membencimu bagaikan neraka untukku.
Aku ingin tetap tinggalah disampingku, tetaplah denganku,
jangan lepaskan aku.
Jika kau pergi selangkah menjauh seperti ini, aku hanya bisa mengambil selangkah lagi dan itu sudahlah cukup.
Ribuan kali dalam satu hari yang kuulangi untuk mengingat rupamu. Kata yang kau katakan padaku tak termaafkan, serta tatapan dan ekspresi yang dingin.
Jangan seperti ini padaku, ini sungguh menyiksaku.

***

Februari 2015,
"Taehyung Oppa!" panggil gadis mungil yang saat ini resmi menjadi kekasihku. Ia berlari kecil menghampiriku ditepi sungai Han.
Aku berdiri menyambut kedatangannya, "Jangan berlari nanti kau jatuh."
Dia tersenyum kecil, "Tidak akan. Mianhae aku terlambat datang." nafasnya yang masih tersengal disusul senyum kecil dibibirnya.
"Tidak apa." aku mengelus lembut kepalanya. Rambutnya yang panjang yang sangat kusukai. "Hn? Apa itu?"
"Oh. Ini untukmu Oppa." kantung plastik putih yang dijinjingnya diberikan untukku.
Aku menerima dan membuka isinya, "Apa ini? Cake?"
"Selamat ulang tahun Oppa. Walaupun sudah lewat dua bulan lalu, tapi aku sudah berniat jika gaji pertamaku akan kubelikan kau cake dan hadiah ulang tahun. Kau ingat?" ucapnya.
"Ah... Ya aku ingat. Ya ampun kau ini.." aku tertawa geli. "Gomapta."
"Ne." ia merogoh tas kecilnya, "Dan ini untukmu lagi Oppa."
"Hn?"
"Ini adalah sarung tangan untuk menghangatkanmu ketika musim dingin. Aku sering lihat kau selalu mengabaikan kedua tanganmu saat itu." celotehnya sembari memberikan sepasang sarung tangan bermotif bintang kecil berwarna navy.
"Ah.. Terima kasih. Ini bagus sekali, pasti nanti akan aku pakai."
"Ya kau harus pakai. Hehehe." tawanya. Ia mendudukan diri dikursi yang menghadap kearah sungai.
Hari memang sudah gelap, namun cahaya bulan yang menyinari malam saat itu tak memudarkan kecantikan gadis yang aku cintai sejak setahun lalu ini. Aku tersenyum melihatnya.
"Bagaimana kabarmu Oppa?" tanyanya.
"Kau lihat sendiri, aku sangat sehat."
"Ah.. Maksudku kuliahmu Oppa dan kerja magangmu."
"Oh.. Itu..." aku menggaruk kepalaku yang tak gatal itu.
Dia melihat kearahku, "Oppa jangan kau sia - siakan apa yang sudah orangtuamu perjuangkan hingga kau bisa kuliah seperti ini. Oke."
Aku mengangguk - angguk, "Bagaimana pekerjaan ditempatmu. Nyamankah?" aku mengalihkan.
"Hemm. Kau mencoba mengalihkan ya Oppa." sindirnya terkekeh.
"Ketahuan ya. Hehehe."
Dia masih terkekeh geli, "Aku sangat kerasan disana Oppa. Pemilik cafenya sangat baik padaku dan semua karyawannya."
"Syukurlah."
"Aku harap suatu saat aku bisa meneruskan sekolahku ke perguruan tinggi seperti Oppa. Tapi sebelumnya aku harus membantu ibuku mengurus semua biaya pengobatan adikku." ucapnya kemudian sendu.
Aku memeluknya, berharap keberadaanku saat ini sedikit membantunya. Membuatnya tenang dan akulah satu - satunya sandara semua keluh kesahnya. "Mianhae aku tidak bisa membantu banyak."
Dia melepas pelukanku, "Tidak Oppa. Kau tidak perlu repot - repot memikirkannya. Kau ada disampingku saja, aku sudah bahagia."
Aku tersenyum padanya, dia memang gadis sederhana yang pantas untuk dicintai.


Mei 2015,
Aku bergegas pergi, setelah aku menyelesaikan tugas akhirku. Aku berencana akan lulus ditahun ini, aku mengambil tahun sarjana lebih cepat.
Tepat hari ini, tanggal 30 mei adalah hari ulang tahun Jung Eunbi, gadis yang kucintai. Ya, aku berencana membuat kejutan untuknya dengan datang tanpa sepengetahuannya di cafe tempatnya bekerja.
"Sekarang pukul 9, satu jam lagi jam kerjanya selesai." ucapku setelah melihat jam dipergelangan tanganku. 
Aku tak kuasa menahan rasa bahagiaku. Aku penasaran bagaimana reaksinya saat ini dan saat dimana aku memberikan hadiah untuknya. Aku memang sengaja sudah beberapa hari lalu tidak menghubunginya dan menolak menerima setiap panggilan darinya. 
Mungkin wajah cemberutnya menghiasi dihari spesialnya ini. Aku terkekeh geli, aku menutup kepalaku dengan sebuah topi dan memakai kacamata tak lupa aku memakai coat panjang berkerah. Sengaja aku menutup sebagian wajahku dengan kerah coat yang kupakai, ya aku menyamar.
Aku memasuki cafe tersebut, mencari tempat agak jauh dari penglihatannya.
"Ini menunya. Silahkan." seorang waiter memberi selembar kertas menu padaku.
"Ah aku pesan kopi saja."
"Ah baiklah. Mohon ditunggu."
Aku mengangguk, dari kejauhan aku melihatnya tengah melayani pelanggan. Ah dia masih bisa tersenyum rupanya, apakah itu asli. Lagi lagi aku terkekeh dibalik kerah coatku.
"Ini kopinya tuan. Silahkan dinikmati." 
"Hem. Kamsahamida."
Waiter itu mengangguk dan pergi.

Satu jam berlalu,
Eunbi terlihat berpamitan dengan teman kerjanya. Ia mendorong pintunya perlahan, ada kelelahan yang terlihat dari bahasa tubuhnya.
Aku sudah menunggunya diluar cafe.
Dia berjalan melewatiku sambil bergerutu.
"Apa - apaan Taehyung oppa. Dari beberapa hari lalu susah dihubungi. Ditelepon selalu saja direject. Apa sesibuk itu hufftt..." ia menendang kerikil kecil didepannya dengan kesal. "Bahkan dia tidak ingat hari ini adalah hari ulang tahunku. Kalau bertemu aku akan buat perhitungan dengannya. Awas saja kau.." desisnya.
Aku berlari kecil kearahnya dan aku memeluknya dari belakang.
"Kyaaa... Siapa kau.." berontaknya.
"Appo!!" aku meringis kesakitan pasalnya ia menyikut perutku dengan kencang.
Dia tengah mengambil ancang - ancang ingin melawan, "Heh, siapa kau? Beraninya padaku!"
Aku berdiri masih dengan memegang perutku dan segera aku membuka topi dan kacamataku.
Dia memposisikan dirinya seperti biasa, "Oppa?" lirihnya.
Aku tersenyum padanya, "Reflekmu bagus juga."
Dia mengerucutkan bibirnya dan membalikkan tubuhnya membelakangiku. "Untuk apa kau disini, bukannya kau sibuk. Kau selalu menolak panggilan teleponku."
Aku terdiam dan mengerti bahwa dia akan merajuk seperti ini, "Bukankah kau bilang akan membuat perhitungan denganku saat bertemu?"
Dia terdiam.
"Maaf.. Aku datang menemuimu untuk mengucapkan selamat hari ulang tahun eunbi-ku sayang.. Maaf sekali lagi jika aku sengaja mengabaikanmu akhir - akhir ini karena memang itu rencanaku. Kekekkee.." aku menunggu reaksinya tapi dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
"Benar, aku akan membuat perhitungan denganmu Oppa!" ia membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat kearahku dengan kepalan tangan serta wajahnya yang memerah kesal.
Aku pasrah dan menyambut kemarahannya namun.
'Grep' dia memelukku erat dan isak tangisnya pecah dipelukanku. Aku membalas pelukannya.
"Kupikir kau benar - benar melupakanku Oppa. Hiks.."
"Aku tidak mungkin lupa. Ini kan hari spesialmu."
Dia melepas pelukannya, "Lain kali akan kuhajar habis - habisan kau Oppa." ucapnya disusul dengan senyum kecilnya.
"Hehehe.." kuhapus air matanya dan membelai kepalanya. Kukesampingkan beberapa helai rambut yang keluar dari ikat rambutnya, "Semoga ditahun ini kau mendapatkan apa yang kau harapkan."
Dia tersenyum, "Ne Oppa. Semoga semua yang ku harapkan bisa terkabul." 
Aku menatap kedua bola matanya yang indah, "Aku akan selalu ada untukmu karena aku sangat menyayangimu."
"Ne, aku tau itu Oppa. Aku juga sayang padamu."
"Ah. Hampir lupa. Tunggu sebentar." aku merogoh saku coatku dan memberikan kotak kecil untuknya.
"Ini apa?"
"Bukalah. Mudah - mudahan kau suka."
Dia membulatkan matanya, "Ah kalung ini kan?"
Aku mengangguk.
"Ini kalung yang waktu itu aku incar untuk dibeli."
"Ne. Aku sengaja membelinya untukmu."
"Ah gomawo Oppa." ia sangat senang sekali.
"Mari aku pakaikan." tawarku.
Dia membalikkan badannya dan mengangkat rambutnya sedikit keatas.
"Sudah."
"Wah cantiknya. Ini benar - benar bagus Oppa. Gomawoyo.." ucapnya kemudian memelukku kembali.
"Sama - sama. Untukmu apapun itu akan kuberikan." 
Dia melepas pelukannya dan tersenyum padaku. Aku membalas tersenyum padanya, menatap intens pada kedua matanya. Perlahan aku mendekatkan wajahku kearahnya, dia memejamkan mata dan 'chu~' aku menciumnya dengan lembut.

***

Januari 2016,
Suasana berkabung menyelimuti kediaman rumah Jung Eunbi. Tak disangkan adiknya yang menderita penyakit leukimia telah dipanggil ke sisi-Nya.
Aku menatapi gadis itu, gadis yang berupaya untuk terlihat kuat dihadapan ibunya namun hatinya hancur berkeping - keping. Aku ingin memeluknya erat, memberikan semua yang kupunya sebagai sandaran hidupnya.
Dia berjalan kearahku, "Oppa.. Kau sudah lama disini. Apa kau tidak lelah?" tanyanya.
Aku menggeleng, "Aku akan menemanimu hingga acara pemakamannya selesai."
Dia menunduk dan menyandarkan kepalanya didadaku. Bahunya terlihat naik turun, dia menahan tangisnya sejak tadi. Aku menepuk bahunya memberikan kekuatan. 
"Uljima..."
"Aku bukan kakak yang baik Oppa. Aku menyesal kenapa aku tidak bisa membantu kesulitannya. Kenapa bukan aku saja yang menderita penyakit itu.. Kenapa Oppa?"
Dia terus saja menyalahi dirinya sendiri.

Pertengahan Maret 2016,
Aku meminta Eunbi untuk bertemu disebuah restoran dekat tempat kerjaku. Ada hal yang harus aku sampaikan padanya.
"Oppa ada apa kau memintaku untuk bertemu disini?" tanyanya.
Aku mengigit bibir bawahku, menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan.
"Oppa.. Jangan membuatku khawatir, ada apa? Sesuatu terjadi padamu?" ucapnya menepuk bahuku.
"Tidak. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu."
"Ya?"
"Eunbi-ah... Beberapa bulan kedepan aku ditugaskan ke Busan oleh atasanku. Ia memintaku mengawasi proyek yang berjalan disana. Aku harus ikut karena status sebagai karyawan magang masih tertera padaku. Jadi..."
"Huffff... Kukira ada sesuatu hal buruk terjadi." ia terlihat lega.
"Eh, tapi nanti kau akan sendiri disini."
"Tenang saja Oppa, kau tak khawatir. Aku kan bersama ibuku dan teman - teman disekililingku. Jadi jangan khawatirkan aku." ucapnya mencoba menenangkanku.
"Benarkah kau tak apa?"
"Tentu saja." ia tersenyum, "Asal kau tetap setia padaku."
"Itu sudah pasti." aku mengacak - acak rambutnya gemas.
"Isshhh Oppa rambutku jadi berantakan kan!" omelnya.

Awalnya berjalan lancar, komunikasi antara aku dan Eunbi tak ada masalah. Sampai suatu ketika aku mendapati banyak misscall darinya. Saat itu ponselku tertinggal dimeja kerja, aku mencoba menghubunginya kembali namun tidak tersambung. Mungkin karena sinyal sedang bermasalah.
Saat aku mencoba keluar ruangan mencari sinyal tiba - tiba ponsel yang kupegang tersenggol seseorang dan terpelanting jauh hingga akhirnya tertindih oleh tumpukan dus berisi material - material berat.
"Ah. Haissshhh..." gerutuku.

"Bagaimana apa ponselku bisa diperbaiki?" tanyaku pada pemilik toko ponsel.
Ia mengeceknya, "Bisa tapi saya butuh waktu agak lama. Karena terlihat kerusakannya lumayan berat." jawabnya.
Aku mengernyitkan dahi, bukan pada kerusakan ponselku tapi kepada keadaan Eunbi. Tidak biasanya ia menelpon sebanyak itu diwaktu yang sama.
"Bagaimana?"
"Baiklah. Butuh berapa lama?"
"Satu minggu."
"Satu minggu?!"
"Ya."
"Ah..  Baiklah. Nanti aku akan mengambilnya minggu depan kesini."

Aku berjalan gontai ditepi jalan, pikiranku selalu terbayang dengan Eunbi. Bodohnya aku tak hafal nomor ponselnya. Apa sesuatu terjadi padanya?

***

Mungkin saat itu adalah hari kesialan untukku. Ponselku memang sudah diperbaiki tapi memori dan data kontak diponsel semua terformat.
Aku memukul pintu kamar sewaku, kesal yang aku rasa. Aku harus bagaimana? Aku belum bisa kembali ke Seoul saat ini. Masih beberapa bulan lagi, aku berharap Eunbi akan menghubungiku kembali.

Aku menunggu telepon masuk darinya, sejak sebulan lalu aku menerima misscall darinya. Rasa gelisah terus melanda pikiranku, lagi - lagi aku hanya bisa terdiam.

Agustus 2016,
Aku kembali ke Seoul setelah hampir 5 bulan aku ditugaskan di Busan. Aku berencana pergi mengunjungi Eunbi dirumahnya namun yang kutemui bukan Eunbi.
"Maaf anak muda, tapi nyonya Jung dan anaknya sudah pindah dari sini dua bulan yang lalu."
Aku terkejut mendengarnya, "Ah bibi tau dimana alamatnya?"
"Ah aku dengar kalau tidak salah mereka pindah ke Itaewon."
"Itaewon?"
"Ya. Tapi tepatnya dimana aku tidak tau. Ah, mungkin didekat tempat perbelanjaan. Ya ya aku sedikit mendengar pembicaraan mereka. Sepertinya mereka ingin membuka usaha disana. Mungkin saja."
"Ah terima kasih bibi."
"Ne."

Aku mengambil cutiku selama satu minggu dan berencana pergi ke Itaewon mencarinya. Selama dua hari aku berkeliling ke Itaewon tepat didaerah perbelanjaan tapi aku tidak menemukan gadis yang kucintai itu.
Sebelumnya aku pergi ke cafe tempatnya bekerja dan ada satu berita yang pertama kudengar dari manajernya. Ibu Eunbi mengalami kecelakaan serta mengalami kebutaan permanen dan rumah milik ibunya dijual untuk biaya pengobatan dirumah sakit. Eunbi mengundurkan diri dan mengatakan bahwa ia akan pindah ke kota lain. Nomor ponsel Eunbi yang kudapat dari teman kerjanya sudah tidak aktif.
"Ah... Lelahnya.. Aku beli air minum dulu. Kebetulan ada minimarket diseberang jalan." aku bergegas kesana.
"Terima kasih atas kunjungannya, semoga datang kembali." aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku. 
Aku perlahan menghampiri gadis dikasih itu dan ternyata, "Eunbi... Jung Eunbi."
Dia menoleh dan terkejut melihatku, "Taehyung Oppa?"


Kami saling diam dan canggung. Bahkan bibirku terasa kaku didepannya.
"Mianhae Oppa."
Aku menoleh kearahnya, "Kau..."
"Aku tak memberitahumu sebelumnya. Bahwa aku pindah kekota ini. Dan nomor ponselku aku ubah."
Aku menunduk, "Aku juga minta maaf saat kau menelponku waktu itu, aku tidak tau apa yang terjadi padamu. Tapi sungguh waktu itu aku menelponmu balik tapi sinyalnya sedang susah disana apalagi ponselku mengalami kerusakan jatuh dan tertindih benda berat dan..."
"Sudah tidak apa Oppa. Aku mengerti." potongnya.
"Eunbi, maafkan aku.."
"Tidak perlu minta maaf Oppa. Sekarang aku dan ibuku sudah baik - baik saja. Jangan khawatir."
"Tapi Eunbi kau tau aku selalu gelisah memikirkan keadaanmu. Apakah kau baik - baik saja? Selama berbulan - bulan tanpa kabar darimu dan aku tidak bisa mengingat nomormu..."
"Oppa.. Sudahlah jangan menyalahkan dirimu lagi. Kubilang aku mengerti.. Sebenarnya aku juga sudah menunggumu untuk mengatakan hal ini."
Aku menatap kedua matanya, wajah sendu yang ia sembunyikan dibalik ketegarannya dan kata - kata yang tak aku bayangkan sebelumnya. Terdengar menyakitkan ke dalam hatiku.
"Maafkan aku Oppa. Lebih baik hubungan kita sudahi sampai disini. Dan jangan mencariku, selamat tinggal." lalu ia pergi begitu saja tanpa menghiraukanku.

***

Desember 2016,
Kembali saat dimana aku masih selalu teringat kenangan kita. Saat aku menjadi kakak kelasmu, kau gadis kecil dan bertubuh mungil berani melawan preman sekolah. Saat kau membantu temanmu saat ia dibully oleh kakak kelas karena penampilannya yang buruk. Kau selalu terlihat istimewa dihadapanku, gadis kuat nan tangguh yang patut untuk disukai semua orang. Kau yang telah membuat Kim Taehyung pemuda yang awalnya tidak peka dengan seorang gadis, jatuh cinta padamu.

Aku pergi kesebuah cafe untuk menenangkan pikiranku.
"Ah kau bukannya Kim Taehyung kan?" seseorang menyapaku.
Aku mendongakkan kepalaku. "Ah ya."
"Aku Yerin, teman kerjanya Eunbi. Bagaimana kabarnya apakah dia baik - baik saja?"
Aku terdiam, "Ah.. Aku..."
"Kalau kau bertemu dengannya aku menitipkan ini."
"Apa ini?"
"Ini album yang mau ia beli. Waktu itu kehabisan, kebetulan sepupunya membeli lebih dari satu dan aku memintanya untuk Eunbi. Terakhir kali aku bertemu Eunbi saat ponselnya jatuh kesungai dihari terakhirnya bekerja. Rencananya akan kuberikan saat ulang tahunnya, tapi karena masih terlalu lama dan dia keburu pindah jadi kuputuskan untuk memberikannya. Namun karena kecerobohanku aku lupa bawa album ini."
Aku masih terdiam,
"Hey, kau mendengarku tidak?"
"Ah ya. Aku dengar kok."
"Minggu lalu aku mendapat telepon darinya melalui pak Manager. Kemudian dia memberikan nomor ponselnya padaku. Hmmm aku turut berduka ya atas dirinya."
"Hem? Ada apa?"
"Kau tak tau?"
Aku menggeleng.
"Jangan bilang kalau Eunbi menyembunyikannya darimu."
"Sembunyikan apa?"
Dia terdiam..


- tok tok -
"Tunggu sebentar.." suara yang tak asing bagiku terdengar dari dalam rumah.
Pintu terbuka dan wajah setengah baya yang kukenal itu nampak kaget melihatku, "Kau Kim Taehyung?"
"Halo Nyonya Jung. Apa kabar?" aku menyapa dan menundukkan tubuhku didepannya. 'Hn? Ada yang janggal. Bukankah ibunya buta?'

Nyonya Jung membukakan pintunya untukku masuk, perlahan ia memundurkan dirinya dan membiarkan aku bertemu dengan anak semata wayangnya itu.
Dia gadis yang aku cintai sampai saat ini, duduk manis dibalkon kamarnya sembari mendengarkan musik disebelah telinganya.
Dia menyadari kehadiranku, "Eomma apa itu kau?" tanyanya. Ia membalikkan tubuhnya, memegang sebuah tongkat kayu. Ia berjalan sambil mengetuk - ngetuk lantai kamarnya dan sebelah tangannya merambat didinding.
Tak terasa air mataku memaksa keluar tak terbendung kembali. Aku berjalan mendekatinya dan memeluknya. Kurasakan tubuhnya terkejut akan perlakuanku.

"Eunbi yang merencanakan semuanya, ia mendonorkan kedua matanya untukku. Ia menyembunyikan identitas pendonor matanya padaku. Awalnya aku bahagia akhirnya aku bisa melihat kembali dan apalagi aku bisa melihat wajah cantik Eunbi, namun apa yang kudapat? Ternyata Eunbi melakukan itu sebagai penebus dosa dari meninggalnya Mijin, adiknya. Dan dia rela meninggalkan cahaya hidupnya hanya untukku." ucap Nyonya Jung.

Aku memeluknya erat, isak tangis yang tak ingin aku tunjukkan padanya akhirnya pecah.
"Kau bukan eomma. Tapi Taehyung Oppa." ucapnya datar.
Aku melepas pelukanku, "Jika ini alasanmu memutuskan hubungan kita secara sepihak, aku tidak akan pernah terima. Kau pikir aku mencintaimu hanya dari penampilanmu? Kau salah besar hey Jung Eunbi! Aku mencintaimu karena itu adalah kamu Jung Eunbi, bukan yang lain." tekanku.
Eunbi terdiam, pandangan kosong terlihat dari kedua matanya. Ya Eunbi sekarang telah buta. "Maafkan aku Oppa. Aku tidak pernah menilaimu seperti itu, tapi.."
"Kau pikir aku akan menderita mempunyai orang yang kucintai dengan kondisi seperti ini?"
Dia mengangguk.
"Kau salah. Ini bukan penghalang besar untukku. Asalkan hatimu tak berubah untukku."
"Oppa.. Mianhaeyo..." Eunbi menangis dan aku memelukku kembali.
"Jangan pernah pergi atau menyuruhku pergi meninggalkanmu lagi. Arrashi!"
Dia mengangguk dan membalas pelukanku, "Aku masih mencintaimu Oppa. Saranghaeyo."
"Aku tau, Nado saranghae."
Aku mencintai gadis ini sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun.

End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...