Suara burung kecil bernyanyi dekat
jendela kamar Sulli pagi itu, ia merenggangkan kedua tangannya. “Ah pagi yang
indah.” Sulli tersenyum lebar. “Terima kasih burung – burung kecil suara kalian
begitu indah.” Sulli menapakkan kedua kakinya yang jenjang itu dilantai kamar
tidurnya. Ia berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.
“Hn?” Sulli sontak berhenti
mengunyah roti panggang buatannya dan mengambil ponselnya diatas meja. “Soo
unnie? Ah dia ingin bertemu denganku siang ini.”
Di sebuah cafeteria pusat kota.
Sooyoung menundukkan kepalanya
dengan maksud untuk menyembunyikan air mata yang akan segera keluar dari kedua
matanya.
Sulli bangun dari duduknya dan
menghampiri Sooyoung, memeluknya hingga erat. Isak tangis Sooyoung tak
terbendung lagi dan membasahi sebagian baju yang dikenakan Sulli.
“Unnie kau pasti bisa
menghadapinya.” Bisiknya.
“Terima kasih Sulli-ah” Sooyoung
merenggangkan pelukan Sulli.
“Hem.. sama – sama unnie. Kapanpun
kau membutuhkanku, aku pasti akan datang.”
Sooyoung mengangguk – angguk sambil
mengusap pelan air matanya.
“Unnie..” lirihnya, “Apa kau yakin
akan melupakan perasaanmu pada namja itu?”
“Ne, Sulli-ah.”
Sulli menatap nanar kakak yang
disayanginya itu.
***
Yoona menyiapkan makan siang untuk
mereka berdua dirumah, karena akhir pekan. Seohyun menuruni tangga dengan buku
digenggamannya.
Yoona melirik kearah Seohyun tanpa
berhenti kegiatan memasaknya, “Hyunie-ah, kau membaca buku sembari menuruni
tangga. Nanti kau bisa jatuh.”
Seohyun menghentikan langkahnya dan
melihat kearah unnienya, “Ah, mianhae Unnie.” Jawabnya dengan menutup buku dan
menuruni tangganya dengan cepat.
“Aku memasak sup ayam kesukaanmu
untuk menu siang ini.” Yoona tersenyum lebar.
“Benarkah? Wooaahhh aku rindu sup
ayam buatanmu Unnie.” Seohyun dengan ekspresi gembiranya. Ia menghampiri
unnienya dengan berlari kecil setelah menaruh buku diatas meja makan. “Hmmm
sedap sekali baunya.”
“Tentu, siapa dulu yang membuat.”
Bangga Yoona.
“Ne.. Nyonya Lee.” Seohyun terkekeh.
Yoona membulatkan kedua matanya dan
mencubit pelan pinggang ramping Seohyun.
“Appo! Sakit Unnie.” Dielus – elus
pinggangnya itu.
“Kau ini, sudah berani ya menggoda
unniemu? Kajja, lebih baik kau bantu aku menggoreng tahu ini.” Pintanya.
Seohyun tersenyum gaje (?), “Ne,
Unnie.” Ia mengambil alih tahu dengan tepung tempura dari tangan Yoona. Ia
menggulingkan tahu tersebut ke dalam wadah berisi tepung.
Yoona bernyanyi kecil sembari
mengaduk – aduk sup buatannya.
Seohyun melirik, “Hemm kau bahagia
sekali hari ini Unnie?”
“Tentu saja. Siapa yang tidak
bahagia jika namja yang aku cintai mengajakku menikah.”
Seohyun menggelengkan kepalanya, “Ck
ck, tentu saja Donghae Oppa akan menikahimu Unnie. Dia sudah mengikatmu lama
sekali. Coba saja jika kemarin aku tidak mengalami kecelakaan dan koma. Saat
ini kau pasti sudah tinggal bersamanya dan menjadi nyonya Lee dirumahnya itu.”
“Hyunnie-ah, ini bukan salahmu kok.
Kecelakaan itu bukan aku atau kau harapkan. Itu semua sudah terjadi, jadi tidak
usah kau ingatkan lagi ya. Lebih baik kau fokus pada kuliahmu itu.” Yoona
menaruh beberapa cup besar sup pada kedua mangkuk untuk dibawa kemeja makan.
“Ne, Unnie.” Ucap Seohyun. Ia
menatap tempura yang berubah warna keemasan didalam minyak panas itu, ‘Kuliah
ya? Aku memang harus fokus pada kuliahku yang tertinggal itu. Kenapa aku harus
memikirkan namja itu.’ Gumamnya dalam hati.
Yoona melihat Seohyun melamun,
“Hyunie-ah, tempuranya bisa gosong nanti. Ayo angkat!” serunya membuyarkan
lamunan Seohyun.
“Ah, Ne Unnie.”
Mereka berdua makan dengan
nikmatnya, diselingi dengan senda gurau ala adik dan kakak keluarga Seo itu.
“Aku sudah selesai. Ah Hyunie-ah kau
harus habiskan sup itu ya.” Yoona beranjak dari kursinya dan pergi kedapur.
“Ah, iya.” Seohyun melihat semangkuk
sedang sup didepannya, ‘Aku harus habiskan itu ya, padahal perutku sudah
kenyang.’ Ucapnya dalam hati. Terlintas ucapan Kyu dalam pikirannya, kemudian
Seohyun mengibas – ibaskan tangannya diatas kepalanya. “Ahni, ahni. Ini bukan
saatnya memikirkan namja itu.”
“Hn? Namja?” Yoona sudah berada
disamping Seohyun dengan irisan buah melon ditangannya.
“Yak Unnie!” seru Seohyun terkejut
hingga sendoknya terpelanting.
“Bwahahahaa.. kenapa kau sampai
terkejut seperti itu…” Yoona tertawa keras.
Seohyun cemberut. Ia mengambil
sendoknya yang terpelanting jatuh itu. “Kau mengagetkanku saja Unnie.”
“Hem? Siapa namja yang kau maksudkan
tadi?” sambungnya.
Tenggorokan Seohyun tercekat, segera
ia mengambil segelas air minum dan diteguknya sampai habis. Yoona melihatnya
dengan melongo. “Bukan siapa – siapa kok Unnie. Dia hanya…”
“Kyuhyun?”
“Hah?!” Kali ini Seohyun terlompat
dari kursinya.
“Hahahaa.. kenapa kau ini Hyunie-ah..”
“Kau bisa membaca pikiranku Unnie?”
Yoona tersenyum nakal, “Heee… ada
apa dengan namja itu?”
“Tidak ada Unnie.” Seohyun
menyembunyikan wajah merahnya.
“Jujurlah padaku Hyunie-ah. Wajahmu
terlihat merah seperti buah tomat.”
Seohyun menangkup kedua pipinya,
“Ahniyo Unnie!”
Yoona melipat kedua tangannya
didepan dada dan menatap dingin kearah Seohyun.
Seohyun melirik Yoona dan menghela
nafasnya pelan, “Baiklah, aku akan jujur pada Unnie.”
Yoona tersenyum dan merubah posisi
duduknya.
“Begini, Kyu.. eh maksudku namja itu
mengutarakan perasaannya padaku Unnie. Dia mengatakan padaku kalau dia jatuh
cinta padaku. Dan terakhir ia memintaku untuk menjadi kekasihnya, tapi aku
belum menjawabnya karena aku belum begitu yakin dengan perasaanku.”
Yoona mengangguk mengerti, ini sama
dengan pernyataan Donghae waktu itu bahwa memang Kyuhyun ada perasaan tertentu
pada dongsaengnya.
“Apa yang harus aku lakukan Unnie.
Aku tidak bisa menjawabnya.”
“Hmmm… apa kau menyukainya?”
“Hmm.. mungkin, tapi sedikit. Karena
dia namja yang tidak bisa ditebak.”
“Kenapa hanya sedikit? Kau ini kan
sudah besar, kau tidak bisa mengukurnya sendiri?”
“Unnieee…..” Seohyun merajuk, “Aku..
aku belum begitu mengenalnya, dia datang tiba – tiba. Dan melakukan sesuatu
semaunya. Terkadang dia terlihat dingin dan acuh, namun terkadang dia juga
terlihat hangat. Aku tidak tau perasaan apa yang hinggap dihatiku Unnie.”
Yoona mengerucutkan bibirnya, “Kau
harus memastikan perasaanmu dulu, sebelum kau memberinya jawaban.”
“Ne.. aku sedang mencobanya.”
“Jika namja itu terus berada dalam
pikiran dan hatimu, tandanya kau juga cinta padanya.” Goda Yoona dengan
kerlingan.
“Hah?!”
***
Sulli melangkah kakinya perlahan
menuju gerbang kampus, ia masih membayangkan bagaimana sedihnya perasaanya
unnienya. ‘Apakah perasaan cinta sesulit itu?’ tanya dalam hati. Tiba – tiba ia
langkahnya berhenti, tatapan matanya bertemu dengan kedua mata namja yang dulu
pernah hinggap di hatinya. “Minho?”
“Anneyoung Sulli-ah.” Sapa Minho
dengan senyum hangat.
“Ah.. anneyoung. Kebetulan sekali ya
kita bertemu lagi. Hee..” balas Sulli tersenyum gaje (?).
“Bagaimana kabarmu?” Minho bertanya
pada Sulli yang kini sudah duduk disampingnya.
“Ah.. kabarku baik – baik saja.
Bagaimana denganmu?”
Minho hanya tersenyum kemudian
menghela nafasnya perlahan.
“Eh?? Ada apa? Apa kau tidak sehat?”
Minho menoleh kearah Sulli. “Ahni.”
“Lalu?”
“Apa kau pernah merasakan jatuh
cinta pada seseorang dan seseorang itu ternyata mengkhianatimu?” tanya Minho
berulang untuk kedua kalinya.
Sulli menghela nafasnya, “Apa ini
mengenai Krystal?”
Minho menunduk dalam, “Sulit bagiku
melupakannya Sulli-ah.”
‘Seperti aku yang dulu sulit
melupakan perasaanku padamu.’ Hati Sulli bergumam. “Mianhae Minho-ya, lambat
laun kau pasti akan menemukan yeoja lain yang lebih baik dari dirinya. Jadi
jangan terlalu larut dalam kesedihanmu itu.”
“Tapi…”
Sulli menepuk bahu Minho kencang,
“Yak! Kau ini kan laki – laki. Jangan lemah dengan hal yang seperti itu!”
serunya.
Minho sedikit terkejut dengan ucapan
dan tindakan Sulli barusan, “Ah, ya kau benar. Aku tidak boleh lemah.. haha”
“Fiuuhh.. mian aku terlalu
bersemangat tadi. Apa bahumu tidak sakit?” tanyanya sembari memeriksa bahu
Minho.
“Tidak.. aku kagum padamu.” Minho
tersenyum.
“Eh,, apa maksudmu?” jelas wajah
Sulli sedikit merona.
“Ahahahaaa.. aku kagum padamu. Kau
tidak berubah sama sekali. Selalu bersemangat dan selalu mempunyai pikiran yang
positif.”
“Ah.. itu.. hehehe”
“Jika ada namja yang menyukaimu,
pasti dia akan beruntung sekali.”
“Eh. Soal itu…”
“Tapi kita masih tetap bisa berteman
seperti dulu kan? Maaf aku terlihat seenaknya. Padahal kau dulu sering aku
tinggalkan ketika aku bersama Krystal.”
“Ah.. berteman? Hahaa tentu saja.”
Jawab Sulli kemudian roman wajah Sulli berubah sedikit sendu namun ia
sembunyikan pada Minho.
“Ah, benarkah? Terima kasih
Sulli-ah.”
“Ya. Sama – sama.” Jawabnya diiringi
senyum kecil. ‘Ahni, jangan berharap lagi Sulli. Dia hanya ingin berteman
denganmu tidak lebih dari itu. Camkan.’ Ucapnya dalam hati.
***
Donghae menyeruput teh buatannya,
kemudian ia mendengar dering ponselnya berbunyi dan mengangkatnya segera.
“Yobseo.”
“Yobseo, Hyung apa kau ada
diapartemen sekarang?” tanya Kyuhyun dari seberang.
“Ah, aku ada. Kebetulan tidak ada
acara. Ada apa Kyu?”
“Jika kau tidak keberatan aku akan
mengunjungimu Hyung. ada hal yang ingin aku minta padamu perihal masalah yang
ada dikantor.”
“Kenapa tidak kita urus dikantor
saja Kyu?”
“Tidak bisa Hyung, kecurigaanku
mengacu kepada orang dalam diperusahaanmu Hyung. bisa saja dia mengetahui apa
yang aku dan kau lakukan perihal masalah yang saat ini tengah kita hadapi.”
“Haaaa… baiklah. Aku tunggu kau.”
Jawabnya.
“Baiklah Hyung. aku tutup
teleponnya.”
“Hem.” Donghae menaruh ponselnya
diatas meja dan lanjut meminum tehnya. “Apa Kyuhyun telah menemukan siapa
dalang dibalik semua ini?” tanyanya pada diri sendiri.
Beberapa menit kemudian,
Ting tong, suara bel pintu apartemen
Donghae berbunyi. Donghae segera membuka pintu dan mengajak Kyuhyun untuk
masuk.
“Cepatnya kau datang Kyu.”
“Kebetulan jalanan tidak macet
Hyung. boleh aku duduk disini?” Kyuhyun memilih duduk disofa panjang menghadap
televisi itu.
“Ne. duduklah. Kau mau minum apa
Kyu?” tawarnya berjalan kearah dapur.
“Apa saja Hyung.”
“Oke.”
Tak lama Donghae kembali dan
menyajikan teh hangat untuk Kyuhyun.
“Jadi apa yang kau ingin bicaraka
padaku?” tanya Donghae.
“Hyung, apa sebelumnya aku boleh
menanyakan hal ini padamu. Perihal ayahmu Hyung?”
“Hah? Apa maksudmu? Apa ini
berkaitan dengan ayahku?”
“Lebih tepatnya masa
kepemimpinannya.”
“Hn?”
“Hyung aku butuh sebuah data yang
hanya kau yang tahu.”
Donghae terdiam namun tetap menatap
Kyuhyun sembari memikirkan sesuatu diotaknya.
***
Sooyoung tengah berada disebuah kafe
dipinggiran kota. Yuri teman kantornya meminta untuk bertemu. Beberapa kali ia
melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia pun menoleh beberapa
kali kea rah pintu kafe namun Yuri belum juga datang.
“Haaahhh.. yeoja itu memang sudah
biasa sekali terlambat.” Gumamnya.
Tak berapa lama seorang yeoja yang
ditunggu Sooyoung dan dibelakangnya seorang namja tampan dan gagah mengekori
Yuri.
“Hai Sooyoung-ah.. mianhae aku
terlambat.” Ucap Yuri seketika menghampiri Sooyoung dimeja.
Sooyoung memutar kedua bola matanya
kesal, “Sudah biasa sekali. Kau terlambat hampir satu jam?”
“Mwo? Satu jam?” tanyanya yang
kemudian melihat jam dipergelangan tangannya, “Ah, iya.. ini semua karena
ulahmu. Changmin!” tuduhnya pada namja itu.
“Hah? Aku? Kau sendiri yang terlalu
lama berdandan dikamarmu.” Bela namja yang bernama Changmin itu, ya dia adalah
sepupu dari Yuri.
“Heeuhhh..” kesal Yuri, kembali
menatap Sooyoung.“Ahahaa..maafkan aku. Kalau begitu hari ini akan aku traktir.”
“Jadi kalian saudara sepupu?” tanya
Sooyoung setelah menyeruput kopinya.
“Hem..” angguk Yuri disusul dengan
menyikut lengan Changmin.
Changmin sedikit tersentak dengan
lirikan tajam yang diberikan oleh Yuri, dia menghela nafasnya, “Ah, perkenalkan
namaku Shim Changmin sepupu dari wanita rakus disebelahku ini.” Ucapnya sambil
mengulurkan tangan kanannya.
Sooyoung menyambutnya dengan
menjabatnya, “Aku Choi Sooyoung, panggil
saja Sooyoung.”.
“Senang berkenalan denganmu.” Ucap
Changmin tersenyum kemudian melepas jabatan itu.
“Aku juga.”
“Nah, jadi mulai sekarang kalian
akan berkomunikasi satu sama lain oke.” Selak Yuri yang tengah mengunyah
sepotong kue coklat disendoknya.
“Hah?” Sooyoung terlihat bingung.
“Kenapa?” tanya balik Yuri.
“Dia bilang, kau mau mencari teman
untuk berkencan dan aku diminta untuk menemanimu.” Changmin dengan polosnya.
“Mwo?” kedua bola mata Sooyoung
membelakak, “Apa – apaan ini Kwon Yuri!” serunya.
Yuri tersenyum gaje (?). “Aku hanya
ingin membantumu kok.”
“Aku kan tidak pernah bilang begitu,
kau ini selalu saja seenaknya.” Omelnya sembari menimpali bahu Yuri dengan
telapak tangannya dengan gemas.
“Aww, appo! Hentikan Young-ah….”
Pinta Yuri.
Changmin menyeruput kopinya dan
tidak memperdulikan pertengkaran yang terjadi diantara mereka.
***
Sulli
mengembangkan senyumannya, perihal skripsinya telah selesai dikoreksi dan
diapproved oleh dosen pembimbingnya. Setelah perjuangannya mengganti – ganti
judul dan tak sedikit juga berlembar- lembar kertas terbuang percuma karena
selalu dicorat – coret oleh dosennya.
“Wuuuhuuuu…
aku bahagia sekali hari ini. Langitnya cerah sekali… ahhh…” ucapnya berjalan
riang.
“Sulli-ah..”
panggil Seohyun dari belakang.
Sulli
berhenti dan menoleh kebelakang, “Seohyun?”
“Selamat ya. Akhirnya kau diluluskan juga oleh dosen killer itu.” ucap Seohyun sembari mengenggam sekaleng soft drink.
Sulli menanggapinya dengan senyum kecil.
Merasa aneh dengan sikap Sulli, Seohyun bertanya - tanya. "Ada apa Sulli-ah?"
Sulli menoleh kearah Seohyun dan menatapnya, "Seohyun ada hal yang ingin aku katakan padamu. Perihal unnieku dan namja yang dicintainya."
Seohyun mengernyitkan dahinya.
"Sooyoung unnie jatuh cinta pada seorang namja sejak ia berusia remaja. Namun rasa cintanya itu tak terungkapkan sampai ia berpisah dengan namja itu. Ia kira seiring berjalannya waktu perasaannya akan pudar namun ketika ia bertemu dengannya kembali rasa cintanya itu masih utuh. Soo unnie berharap namja itu ingat padanya, namun diluar dari perkiraan bahwa ternyata namja itu melupakan Soo unnie. Jangankan mengucapkan kata halo, menoleh kearahnya pun tidak. Sikap hangatnya dulu pada Soo unnie berubah sangat dingin. Namun karena Soo unnie adalah orang yang berpendirian keras, ia tetap dengan keputusannya untuk membuat namja itu memaafkan tindakannya dulu dan mencintai dirinya."
"Memaafkan tindakan unniemu dulu? Memangnya Soo unnie melakukan apa?" tanya Seohyun memotong.
"Karena pekerjaan appa. Jadi mereka pindah rumah. Di saat hari terakhirnya dirumah, Soo unnie tidak mengatakan apapun pada namja itu. Dengan kata lain ia meninggalkan namja itu dalam diam. Padahal yang kudengar Soo unnie adalah satu - satunya teman terdekat namja itu."
Seohyun mengangguk pelan, "Lalu bagaimana hubungan mereka sekarang?"
"Aku sangat sedih melihat unnie saat ini. Ia memutuskan untuk melupakan cintanya. Sejak ia tau bahwa ada seorang yeoja lain yang dicintai namja itu." Tatapan mata Sulli sedikit sendu dan Seohyun yang melihatnya pun ikut bersedih.
Sulli menghela nafasnya panjang, "Kau tau siapa namja yang ku maksud itu?" tanyanya pada Seohyun.
Seohyun menggeleng kepalanya pelan.
"Cho Kyuhyun. Kita pernah bertemunya sekali ditempat unnieku bekerja. Dan dia adalah namja yang belakangan hadir dalam pikiranmu kan Seohyun-ah."
Tenggorokan Seohyun tercekat, 'Apa?'
Sulli menyunggingkan senyumnya, "Aku tau reaksimu pasti akan seperti ini."
"Mi..mianhae Sulli-ah...aku..."
"Bukan salahmu. Kau tak perlu meminta maaf padaku ataupun unnieku."
"Tapi..."
"Pertama memang semua salah unnieku dan namja itupun berhak mengambil sikapnya seperti apa terhadap unnieku. Dan diapun berhak mencintai siapa saja."
Seohyun terdiam, entah sepatah katapun tidak bisa keluar dari mulutnya. Dia terlalu shock mendengar semua cerita Sulli.
"Aku tidak ada maksud untuk menyakiti atau menyinggung perasaanmu Seo-ah. Aku hanya ingin melepas semua yang terganjal dalam hatiku ini. Rasanya sangat sesak jika aku menyimpannya sendiri. Walaupun aku sudah berusaha."
Seohyun perlahan menghampiri Sulli dan memeluknya, "Aku minta maaf.. Padamu dan kakakmu."
"Bodoh! Sudah kubilang ini bukan salahmu." seru Sulli.
"Tetap saja, aku tidak peka terhadap sahabatku sendiri." ucap Seohyun melepas pelukannya dan mengukir senyum untuk Sulli.
Sulli membalasnya.
***
Yoona meminta Taeyeon untuk menemaninya memilih gaun pernikahannya nanti. Ia bertemu disebuah butik pakaian pengantin.
"Kau sudah memilihnya?" tanya Taeyeon.
Yoona yang masih sibuk memilih dengan dua gaun dikedua tangannya, "Menurutmu aku lebih cocok pakai yang mana? Kiri atau kanan?"
Taeyeon melihatnya dengan seksama, gadis bertubuh mungil nan tegas itu menunjuk gaun disebelah tangan kanan Yoona.
"Kau yakin?"
"Kau tanya aku kan?"
"Apakah ini tidak terlalu terbuka?"
"Ah.. Ya sudah yang satu lagi saja."
"Ini?"
"Ya."
"Apakah ini tidak terlalu pendek? Lihatlah bagian depannya terlihat pendek sekali walaupun belakang gaunnya panjang."
Taeyeon memutar bola matanya dan menghela nafas, "Jadi?"
"Aku akan memilihnya kembali." ucap Yoona tersenyum gaje (?).
"Haisshhh .." keluh Taeyeon.
Beberapa lama kemudian mereka berdua berpindah tempat,
"Lain kali kalau kau meminta bantuanmu memilihkan baju, aku akan menolaknya mentah - mentah!" seru Taeyeon kemudian dengan segera dia menghabiskan minumannya.
Yoona melongo, "Ah..hahaha... Mian, aku terlalu merepotkanmu ya hari ini."
Delik mata tajam Taeyeon, "Jika kau bukan sahabatku, sudah kutenggelamkan kau kedasar laut."
Yoona bergidik ngeri, "Hey, itu seram sekali. Aku jadi merinding.."
"Hah.. Kenapa tidak fitting baju dengan calon suamimu saja sih?"
"Ah, dia tiba - tiba tidak bisa hari ini karena ada urusan mendadak mengenai pekerjaannya."
"Gila kerja sekali."
"Ya sedikit mirip denganmu. 'Gila kerja'" Yoona mengutip dua jari pada kedua tangannya disamping kepalanya.
Taeyeon membulatkan kedua matanya, "Hah? Awas ya kau Seo Yoona!"
***
Seohyun datang ke tempat kerjanya untuk bertemu dengan sang pemilik. Ia mengundurkan diri dari kerja paruh waktu demi fokus pada kuliahnya kali ini.
Seohyun sudah berjanji pada dirinya bahwa ia tidak akan membuat kakaknya kecewa dan membuktikan ia akan lulus cepat dalam 2 tahun ini.
'Klontang' pintu kedai kopi itu terbuka. Seohyun menarik nafas panjang. "Satu persatu harus kuselesaikan... Termasuk urusan dengan namja yang bernama Kyuhyun itu." gumamnya.
"Kau memanggilku?" tanya suara yang sangat familiar ditelinga Seohyun.
Seohyun menoleh kesumber suara, "Kau.."
Kyuhyun menyunggingkan senyumnya pada yeoja yang dicintainya itu.
Saat ini mereka berdua tengah duduk berhadapan didalam kedai tempat Seohyun bekerja.
"Apa kau mengikutiku?" selidik Seohyun.
"Ck. Memangnya aku tidak ada kerjaan mengikutimu." balas Kyuhyun cuek.
"Cih.." cibir Seohyun kesal.
"Hanya kebetulan lewat sini dan aku ingin mampir minum kopi disini. Namun malah bertemu denganmu dan kebetulan kau menyebutkan namaku kan?"
Seohyun mendelik tajam tak suka.
"Hem.. Kau merindukanku ya?"
"Mwo? Ahni. Siapa juga yang merindukanmu."
Kyu tersenyum jahil, "Apa jawabanmu?"
Seohyun terkejut dengan pertanyaan yang tiba - tiba terlontar dari Kyuhyun. "A..aku..." Seohyun teringat cerita Sulli barusan mengenai hubungan Kyuhyun dan kakaknya Sulli. "Aku menolakmu." jawabnya tegas.
Kyuhyun terdiam, "Kau yakin?"
Seohyun mengangguk pasti.
"Apa alasanmu menolakku?"
"Hah? Haruskah ada alasannya?"
"Ya."
Seohyun menghela nafasnya, "Sudah jelas karena aku tidak punya perasaan apapun padamu."
"Aku tidak percaya."
"Mwo?"
"Jawablah dengan jujur."
"Haaahhh..... Baiklah. Sebenarnya... Aku... Aku tidak tahu. Pokoknya aku menolakmu!" seru Seohyun.
Kyuhyun mengernyitkan dahinya, "Hey, jawaban macam apa itu."
"Kenapa kau memaksa sih. Memangnya begini ya sikapmu. Selalu seenaknya, tak melihat sisi orang lain hah? Selalu mengabaikan bahkan tidak mau tahu hah?!"
"Kau ini bicara apa sih?"
"Hey Tuan Cho! Jawabanku sudah bulat. Bahwa aku tidak punya perasaan apapun padamu. Lebih baik kau cari wanita lain saja atau kau coba kembali pada wanita yang mencintaimu."
"Hn? Wanita yang mencintaiku? Siapa?"
"Kau tak tahu? Teman kerjamu sendiri bahkan teman terdekatmu dulu. Choi Sooyoung unnie."
"Sooyoung?"
Seohyun terperangah, ia kelepasan bicara dan menyebut nama yeoja itu didepan Kyuhyun.
"Kau kenal dengannya? Darimana kau tau kalau dia mencintaiku?"
"Dia.. Dia kakak sahabatku. Aku tau darimana itu bukan urusanmu. Dan sekarang lebih baik kau tidak bersikap egois Tuan Cho." Seohyun beranjak pergi dari tempat duduknya sebelum ditahan oleh Kyuhyun, "Apa lagi?"
"Kau bilang aku egois?"
"Tentu saja. Kau bersikap acuh seolah kau tidak mengenalnya. Kau bahkan tidak ingin tahu alasan dia meninggalkanmu. Kau menganggapnya tidak ada begitu juga perasaannya padamu. Apa itu bukan egois namanya?"
"Jika kau tidak tahu titik permasalahannya dimana? Jangan berasumsi sendiri." tukas Kyuhyun sembari melepas tangan Seohyun. "Perasaanku padamu tidak ada hubungannya dengan dia. Aku akan menunggu jawaban aslimu." ujarnya kemudian berlalu meninggalkan Seohyun lebih dulu.
Seohyun termangu dan duduk kembali dikursinya.
***
Tbc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar