IDOL SCHOOL
Chapter 8
Genre : Romance, Komedi
Happy
Reading ^^
**********************______________________________***********************
Suasana pagi yang begitu hangat namun
tidak sehangat kondisi hati Yuko, gadis blasteran jepang yang saat itu tengah
duduk sendirian. Sejak kedatangannya dikelas pagi tadi, ia sudah menekuk
wajahnya. Menampung separuh pipi ditangan kanannya. Pandangannya hanya terarah
ke meja dimana Renal duduk.
“Hei, Yuko.” Mina duduk berhadapan
dengan Yuko. “Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?”
“Hah.. entahlah.” Helanya dan
memposisikan wajahnya menghadap Mina. “Hei Mina, aku ingin menanyakan sesuatu
padamu.” Wajah Yuko terlihat begitu serius.
“Hem.. apa itu?”
“Perhatikan wajahku, apa aku ini
tidak menarik?” Yuko memajukan wajahnya terlalu dekat dengan wajah Mina.
Mina terkejut tiba – tiba dengan tindakan
Yuko , “EH… hehehee..” cengirnya.
“Yak! Kenapa reaksimu seperti itu.”
Yuko memundurkan wajahnya dan memalingkan wajahnya dengan menggembungkan kedua
pipinya.
“Ah.. haha.. tidak kok Yuko.” Jawab Mina
canggung, ia menggaruk belakang kepalanya dan tertawa garing (?).
“Hem? Maksudmu tidak? Apa aku tidak
menarik?” Yuko mendelik tajam.
Mina sontak menjadi takut dengan
tatapan tajam yang seakan menusuknya itu, “Ehhh.. bukan itu maksudku. Wajahmu menarik
kok, buktinya banyak juga fans-mu disekolah ini kan.. ahahahahha..”
Yuko menghela nafasnya kasar, “Apa
benar? Tapi kenapa Renal tidak melihat itu.” Ucapnya kemudian ia menunduk
sedih.
‘Ah, Yuko kamu ini terkadang manja
dan sangat egois, tapi saat ini kamu terlihat sangat sedih hanya karena cintamu
tidak terbalas. Aku jadi tidak tega.’ Gumam Mina dalam hatinya ketika melihat
temannya itu terlihat sedih.
***
Banyak murid – murid yang meluangkan
waktu setelah pulang sekolah pergi ke perpustakaan untuk belajar disana. Termasuk
juga dengan Rissa yang saat itu sedang berusaha mencatat semua rumus Matematika
untuk ujiannya nanti, baginya sekarang waktunya untuk belajar agar tidak
mengecewakan kedua orang tuanya. Walaupun Ibunya telah meninggal sekitar 5
tahun yang lalu dan saat ini ia harus jauh dari keberadaan Ayahnya, namun
semangat yang ada dalam dirinya tidak akan pernah pudar. Dia memang gadis yang
mandiri dan sedikit pemalu, namun dia adalah anak terbaik yang dimiliki oleh
Ayahnya.
“Ehhh.. kamu ada disini juga ya
Rissa?” Tanya Renal yang saat itu tidak sengaja melihat Rissa setelah ia
mengambil buku terjemahan bahasa inggris.
Rissa sontak terkejut dengan suara
yang ia kenal itu dan ketika berbalik Renal tengah berdiri dibelakangnya, “Eh..
Iya.” Jawabnya kaku.
Renal sekilas melihat buku yang
telah terbuka setengah halaman dimeja, “Ohh.. kamu masih berusaha untuk belajar
rumus Matematika ya.”
Rissa terlihat sangat malu dan
wajahnya menjadi merona, “Ahh.. iya.. aku sedang berusaha untuk menghafal
rumusnya. Hehe..” cengirnya.
“Hem.. baiklah kalau begitu semangat.”
Renal tersenyum kecil kepadanya dan melangkah pergi dari sana.
Rissa masih tercengang dengan yang
dikatakan Renal padanya, “Apa tadi dia menyemangatiku?” wajahnya saat ini
sangat jelas seperti buah tomat. “Apa ini? Kenapa pipiku menjadi hangat.” Ia memenggang
kedua pipinya malu.
“Haaa.. jadi Rissa ada diperpustakaan?”
Tanya Inka memakan snacknya didepan kelas.
Sam mengangguk, “Sepertinya ia
berusaha keras dalam ujian akhir ini.”
“Huf… Matematikanya sangat lemah
yah.. kasian..” hela Inka menggelengkan kepalanya seolah – olah ia lebih pintar
dari Rissa.
“Bodoh! Kelemahan Rissa hanya Matematika
saja, kalau kita hampir semuanya tahu!” kepalan tangan Sam mendarat mulus
dikepala Inka. Inka cemberut sambil mengelus – elus kepalanya itu.
“Kamu ini kasar sekali!!” teriaknya
tanpa sadar menyemburkan sisa snack yang berkumpul didalam mulutnya.
“Yaaa… kamu ini jorok sekali Inka!!”
Sam tak kalah berteriak didepan Inka dan alhasil dua sekawan ini malah
bertengkar didepan kelas dan mereka menjadi tontonan murid – murid disana.
***
Beberapa hari telah berlalu,
Sinar mentari masuk kedalam sela –
sela jendela kamar Rissa. Rissa masih tertidur pulas ditempat tidur, wajahnya
terlihat lelah akibat dari semalam ia tidur terlalu larut. Ia harus direpotkan
oleh ulah kakak sepupunya itu. Arya memintanya membantu menyalin proposal
kedalam laptop karena harus dibawa seminar minggu pagi ini dengan imbalan Rissa
tidak akan dapat gangguan darinya hingga akhir minggu depan.
Rissa terbangun dengan sentuhan
cahaya didekat matanya, ia terduduk dan kemudian merenggangkan kedua tangan. Matanya
masih setengah terpejam dan sesekali tertutup. Ia menggampai jam weker dimeja
kecil itu, dilihatnya dengan sekesama. Kedua matanya membelakak lebar, “Apa? Sudah
hampir jam Sembilan? Aku kan hari ini ada janji ketemu dengan seseorang! Gawat..
Argghhhh…” Rissa melompat dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.
“Kenapa kamu terburu – buru sekali
Rissa?” Tanya Ibu dari kakak sepupunya itu saat Rissa turun dari tangga dengan
tergesa – gesa.
“Ah, anu Bi.. aku ada janji dan aku
bangun kesiangan.” Jawab Rissa yang masih merapikan rambutnya yang terurai itu.
“Hemm?? Kamu yakin akan pergi dengan
berpakaian seperti itu?” Bibinya menunjukkan sesuatu yang dipakai Rissa.
Rissa masih memakai baju tidurnya
selepas ia mandi dan memakai bedak tipis serta lipglossnya.
“Hah? Aku salah kostum gawat!!!!” Rissa
berlari menaiki tangga dan masuk kekamarnya lagi.
Ia membuka lemari dan dengan singkat
ia mengambil celana jeans panjang berwarna gelap dan kaos panjang polos berwarna
peach itu. Ia mengganti pakaiannya dengan cepat dan sekilas ia melihat cermin,
menyisir rambutnya yang sedikit berantakan tadi. Ketika ia memegang kenop pintu
ia kembali lagi kedepan cermin besarnya dan ia mengikat rambutnya keatas. “Aku
rasa seperti ini saja. Hah! Sangat simple sekali. Ini kan kencan butaku yang
pertama. Haisss.. sudahlah tidak ada waktu.” Rissa bergegas keluar kamar dan
berpamitan dengan Bibinya itu.
Ia berlari menuju halte bus dan
menunggu kedatangan bus berikutnya datang.
Sementara itu ditaman kota Inka dan
Sam sudah berada disana, mereka memastikan bahwa rencana mereka akan berjalan.
“Bagaimana apakah mereka akan
datang?” Tanya Inka celingukkan mencari keberadaan Rissa dan Renal.
“Tunggu saja, aku yakin mereka akan
datang kok. Bukankah Renal sudah janji akan membantu kita?” jawab Sam mengunyah
permen karet dan berdiri disudut pertokoan disana.
“Haaisss… Rissa itu kenapa
merepotkan seperti ini sih. Kalau saja ia mau mengakui perasaannya?” eluh Inka.
“Yang repot itu kamu tahu! Terlalu ingin
tahu perasaan orang lain.”
Inka terkejut akan ucapan Sam
barusan, “Eh, apa aku ini terlalu ingin tahu kehidupan orang lainkah?”
polosnya.
Sam mengangguk – angguk dengan mata
terpenjam dan masih mengunyah permen karetnya.
“Heee.. bukankah kamu juga begitu
Sam.” Delik Inka dengan mendekatkan diri kesamping Sam dan berbisik
ditelinganya. Sam tersentak, ‘Kenapa dia tahu!’ umpatnya dalam hati dan tak
sengaja ia menelan permen karetnya.
Sam terbatuk – batuk, “Tolong Aku..
Uhuk uhuk uhuk.. permennya menyangkut ditenggorokanku! Uhuk uhuk..”
Inka kebingungan dengan kondisi Sam,
“Ah, Sam kamu tidak apa – apa?” ia menepuk – nepuk punggung Sam namun bukannya membantu
malah menambah parah kondisi Sam yang saat itu tengah berusaha menelan
permennya atau mengeluarkan permennya dari dalam mulutnya. Inka berlari mencari
toko untuk membeli sebotol air, namun karena panik Inka malah membeli soft
drink dan segera diminum oleh Sam yang kala itu tidak tau minuman yang
diminumnya.
“Eh, kok dingin?” Sam merasa aneh. “Yaaa..
ini soft drink!! Aku butuh air.. Inka bodoh!!!” Sam berteriak ketika sadar Inka
memberikannya soft drink berperisa jeruk itu bukan air. Inka hanya menunduk –
nunduk meminta maaf pada Sam dan mereka pun menjadi tontonan orang – orang lagi
saat itu.
***
Rissa tengah berlari dari halte pemberhentian
bus di taman kota dan mencari – cari cafe yang disebutkan oleh Sam dan Inka
kemarin. “Hosh hosh… dimana ya cafe itu?” Ia menoleh kesegala arah dan tepat
diujung jalan sana, nama cafe itu terpampang jelas. “Ah, itu tempatnya.” Tunjuknya.
Rissa mengatur nafas yang tersengal – sengal tadi dan merapikan baju agar
penampilannya tidak terlalu buruk hari ini.
Sesampainya di cafe itu, Rissa masuk
dan mencari siapa pasangan kencan butanya hari ini. “Hmm? Cafe ini masih sepi?”
“Ada yang bisa kami bantu nona?” Tanya
seorang pramuniaga yang melihat Rissa hanya berdiri didepan pintu cafe mereka.
“Ah.. maaf apa sudah ada laki – laki
yang datang ke cafe ini sebelum saya?” tanyanya dengan halus kepada pramuniaga
itu.
“Kebetulan nona adalah tamu yang
pertama datang.” Jawabnya dengan senyum.
“Ah..” Rissa mengangguk – angguk. “Apa
mungkin dia belum datang ya. Hem.. kalau begitu aku tunggu saja dipojok meja
sana.” Gumamku.
“Anda mengatakan sesuatu nona?”
“Ah… tidak – tidak.. kalau begitu
saya duduk disana saja.” Tunjuknya malu.
“Baiklah silahkan.” Ajak pramuniaga
itu mengantar Rissa kemeja pilihannya.
Rissa duduk dan segera memesan minum
kemudian pramuniaga itu pergi setelah mencatat pesanan Rissa. “Huft… aku kira,
aku datang terlambat.” Helanya sambil melihat jam ditangannya, “Hmm.. masih jam
sepuluh kurang ternyata. Baiklah aku tunggu saja disini kalau begitu.”
Sam sudah membututi Rissa sejak dia
datang dan masuk ke cafe yang telah ditentukannya itu, dibelakangnya Inka dan
Renal tengah memperhatikan petunjuk atau arahan dari Sam.
“Rissa sudah duduk dimeja paling
pojok menghadap kolam ikan di cafe itu.” Ucap Sam.
“Benarkah?” Tanya Inka dan dijawab
anggukan dari Sam.
“Apa aku sudah boleh menemuinya
sekarang?” Tanya Renal dengan gaya dinginnya itu.
“Hem.. kamu sudah boleh aku ijinkan
menemuinya di cafe itu.” Sam memberikan jalan kepada Renal.
Renal hanya menghela nafasnya pelan,
“Baiklah” dan dia berjalan menghampiri Rissa di cafe itu.
“Apa rencana kita akan berhasil?”
Inka mendekatkan diri kesamping Sam.
“Pasti, walaupun kita harus
merelakan dia berjalan bersama idola kita. Hiks hiks.” Kedua mata Sam mulai berair.
Inka memperhatikan wajah Sam yang
terlihat sangat menyedihkan, “Hooii.. kamu ini berlebihan sekali! Ternyata lebih
parah dariku ya. Percuma saja, kita ini bukan tipe Renal tahu!”
Sam mendelik tajam, “Kau ini jahat
sekali Inka.”
“Ya memang itu kenyataannya.” Inka
mengangkat kedua bahunya dan pergi meninggalkan Sam yang terlihat menyedihkan
itu.
“Hoi kamu mau kemana Inka, jangan
tinggalkan aku.” Sam kemudian mengejar Inka.
“Aku mau menguntit kegiatan mereka
berdua.” Ucapnya.
Renal membuka kenop pintu cafe tersebut
dan menemukan Rissa dipojok meja sana, ia menghampirinya tanpa Rissa tahu
karena ia sedang asyik memperhatikan kolam ikan disampingnya yang hanya
dibatasi jendela kaca saja.
“Hei, selamat pagi Rissa.” Sapa Renal
yang sudah duduk berhadapan satu meja dengan Rissa.
Rissa menoleh kesumber suara dan ia
membelakak dengan kedua bola mata yang membulat sempurna, wajahnya merona. “Renal?
Kenapa kamu ada disini?” Tanya Rissa yang kala itu tengah bingung dengan
kehadiran Renal.
Renal hanya menyungging senyumnya, “Apa
ini sambutan untuk pasangan kencanmu?” godanya.
“Ah, apa?” Rissa tercengang dengan
ucapan Renal yang menyatakan bahwa pasangan kencannya hari ini adalah idolanya.
“Apa kamu bercanda?”
Renal menggelangkan kepala dan ia
memajukan tubuhnya, menopang dagu ditangan kanannya. “Kamu pesan apa?”
Rissa menunduk malu dengan sikap
Renal, ia memalingkan wajahnya kearah kolam. “Aku baru pesan minum saja.”
“Ah, kalau begitu aku juga akan
memesan minum yang sama denganmu.” Renal memanggil pramuniaga disana dan
memesan minuman yang sama dengan Rissa.
‘Bagaimana ini? Apakah ini kebetulan
atau sudah direncanakan oleh Sam dan Inka? Tapi mana mungkin mereka bisa
merencanakan kalau pasangan kencan butaku hari ini adalah Renal?’ hati Rissa
bertanya – Tanya.
“Ada apa Rissa? Kamu terlihat aneh.”
“Ahh… tidak – tidak kok.. aku hanya
kaget saja.” Rissa menenggakkan wajahnya kembali dan kemudian ia melihat ikan
yang ada dikolam untuk menyembunyikan wajahnya yang seperti kepiting rebus itu.
“Apa kamu tidak senang bertemu
denganku? Apa kamu tidak senang kalau aku pasangan kencanmu?’
Rissa menoleh, dia terdiam dan
menatap kedua mata Renal yang kala itu terlihat hangat dari biasanya. “Maaf yah
kalau sikapku menyinggungmu. Aku tidak ada maksud seperti itu.” Rissa
menundukkan wajahnya lagi, “Aku.. aku.. hanya.. aku hanya tidak menyangka bisa
berkencan denganmu dan sejujurnya aku sangat senang sekali.”
‘Perasaan apa ini? Kenapa dengan
ucapannya aku merasa berbeda. Kenapa terasa berdebar – debar.’ Renal terdiam setelah
ia sedikit terkejut dengan ucapan Rissa barusan. Renal tersenyum, “Hah..
syukurlah kalau begitu. Kalau kamu bisa menerimaku sebagai pasangan kencan buta
kita pada hari ini.”
Rissa terdiam merasakan jantungnya
yang berdetak sangat cepat itu, “Bagaimana denganmu? Apa kamu tidak kecewa
setelah melihat siapa pasangan kencanmu hari ini.”
“Tentu saja tidak. Jika itu dirimu
aku akan terima.” Jawabnya disertai senyum kecilnya.
‘Jadi dia menerimaku menjadi
pasangan kencannya hari ini? Apakah aku bermimpi?’ Rissa berkata dalam hatinya,
rasanya ia ingin berteriak dengan kegembiraannya saat ini. “Terima kasih ya.” Ucapnya
tersenyum manis.
“Hem..” jawabnya sambil menyeruput
minuman dihadapannya.
Rissa mengalihkan pandangannya
keluar jendela kaca itu, melihat berbagai macam ikan hias disana dan tersenyum,
‘Apakah hari ini akan menyenangkan? Selanjutnya kami akan melakukan apa ya?
Ikan – ikan, apa kalian tau kalau hari ini aku merasa bahagia?’ ungkapnya dalam
hati.
***
To be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar