Selasa, 17 November 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 7


IDOL SCHOOL
Chapter 7

School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6

**************________________***********

“Ini minumlah.” Renal menyediakan segelas air putih untuk Rissa yang ia taruh dimeja. Kemudian ia duduk didepan Rissa sambil memperhatikan sikap Rissa yang dirasanya terlihat kaku. “Kamu kenapa? Apa kamu sakit?”
“Ah, tidak tidak, aku tidak apa – apa kok.” sontak Rissa menjawab dengan senyum yang dipaksakan. 'Apa – apaan ini, kenapa dirumahnya tidak ada seorangpun? Apa disini dia tinggal sendiri? Dan kenapa aku harus mau ikut  dengannya, nanti terjadi sesuatu padaku bagaimana?' gerutunya dalam hati.
Rissa terlihat gelisah dan keadaan itu sangat menganggu pikiran Renal, tanpa pikir panjang ia menutup buku dan menaruhnya dimeja. “Kamu itu kenapa? Sejak tadi aku lihat sangat gelisah. Apa ada yang menganggu pikiranmu?” tanyanya dengan tatapan coolnya.
Rissa terkejut melihat ekspresi Renal seperti itu, “Eh, anu aku mau ketoilet.”
Renal menghela nafasnya, “Oh itu, bilang daritadi bisa kan? Dari sini kamu belok kekanan tidak jauh dari situ disebelah kirimu ada toilet, pakai saja.”
“Ah iya, aku permisi dulu ya.” Rissa segera bergegas meninggalkan ruang tamu itu.
“Anak itu!” seru Renal menggelengkan kepalanya.

“Aduh, aku ini kenapa sih?!” Rissa menepuk kedua pipinya pelan dan bercermin di dalam toilet yang cukup lebar itu. “Kenapa aku terlihat gelisah, aku kesini hanya untuk belajar bersama tidak ada maksud lain. Dan dia mengajakku dengan alasan yang sama, tidak ada maksud lain juga! Jadi jangan berpikir macam – macam ya Rissa! Ingat itu!” ia berbicara dengan dirinya dihadapan cermin.
“Yosh! Semangat belajar. Oke!” serunya menyemangati dan ia bergegas keluar dari toilet. Ia berjalan pelan dan hati – hati menuju ruang tamu.
Renal menoleh kearahnya, “Sudah selesai?”
Rissa hanya mengangguk dan ia mendudukkan dirinya ditempat semula, segera ia ambil buku biologi yang ia pinjam di perpustakaan tadi, tidak lupa juga alat tulisnya.
Renal sekilas melirik gerak gerik Rissa membuka tasnya, matanya terpaku pada suatu benda yang dipegang oleh Rissa, “Pulpenmu bagus.” ucapnya.
Rissa membelakak matanya karena terkejut, “Ah ini? Hehhe iya terima kasih.”
“Kamu beli dimana?”
“Ditoko buku beberapa minggu yang lalu.”
“Bisa kulihat sebentar?” mintanya dengan menunjukkan wajah memelasnya.
Rissa hanya menatap wajah Renal saat itu dan kemudian ia memberikan pulpennya. “Ini.”
“Bagus ya, boleh untukku?” ucapnya setelah melihat – lihat bentuk dari pulpen itu.
“Eh, kamu mau pulpen ini?” tanyanya balik.
“Hmm, kalau kamu mengijinkan. Anggap saja sebagai bentuk hadiah untukku.”
“Hadiah?”
Renal hanya mengangguk – angguk.
“Ah, baiklah ambil saja untukmu. Aku bisa membelinya lagi.” jawabnya diselingi dengan senyum manisnya.
“Terima kasih yah, akan aku jaga pemberianmu ini.” ungkapnya menyakinkan.
Wajah Rissa merona, hatinya merasa berbunga – bunga bahkan hanya karena sebuah pulpen.

***

Mina dan Yuko merencanakan sesuatu untuk Rissa, sepulang sekolah mereka berdua akan mencegat Rissa dan mengajaknya kesuatu tempat.
“Panas sekali hari ini.” ucap Rissa sambil menyeka keringat dipelipisnya. Terik matahari itu langsung memancarkan cahaya terangnya hari ini. Rissa berjalan sendirian saat itu, karena Sam dan Inka sedang ada urusan.
“Mereka berdua selalu saja meninggalkanku sendirian.” gumam Rissa, kedua tangannya dieratkan pada tali tasnya.
“Hei!” seru Mina yang telah berdiri dihadapan Rissa.
Rissa tersentak kaget dengan kedatangan Mina dan Yuko secara tiba – tiba dihadapannya, “Ada apa?” tanyanya gemetar.
Yuko berjalan mendekatinya, “Kamu harus ikut bersama kami.” ucapnya dan menarik lengan Rissa tanpa ijin, Rissa hanya mengikutinya tanpa bisa memberontak.
Mereka bertiga berjalan sangat cepat sampai pada tempat yang telah direncanakan.
“AH...” tubuh Rissa dihentakkan kesudut tembok. “Ada apa sebenarnya??” tanyanya meringis sembari memegang bahu kirinya yang terasa sakit karena benturan tadi.
Yuko dan Mina hanya tersenyum sinis.
“Hei, kamu anak yang bernama Rissa kan?” tanya Yuko mendekati Rissa.
“Benar aku Rissa, ada apa? Apa tidak bisa kita bicara baik – baik.” pinta Rissa yang masih meringis sakit.
“Tidak pantas berbicara baik – baik padamu.” sinisnya.
“Apa maksudmu?”
“Setelah aku melihat penampilanmu, kamu sangat tidak pantas berdekatan dengan Renal.” cibir Yuko.
“Hah?..” Rissa tersentak untuk kesekian kalinya.
“Kamu tau aku kan? Aku ini calon pacarnya Renal. Jadi aku harap kamu mengerti apa maksud tindakan aku ini. Jangan sampai aku melakukan sesuatu yang berbahaya padamu.” ancam Yuko.
Rissa terdiam dan tak berbicara apa – apa. Kemudian mereka berdua pergi begitu saja meninggalkan Rissa sendirian disana.
“Apa maksudnya aku tidak pantas berdekatan dengan Renal?” gumamnya dengan bibirnya yang bergetar saat itu. 'Aku sangat terkejut dengan perlakuan Yuko tadi, tidak aku sangka yang terlihat manis dan baik dihadapan Renal bisa sejahat itu bicaranya kepada orang lain.' ucapnya dalam hati. Kemudian Rissa melanjutkan langkahnya menuju halte Bus, ia ingin bersegera tiba dirumah untuk menenangkan pikirannya.

Ditempat yang berbeda,
“Apa yang ingin kalian katakan?” tanya Renal dengan gayanya yang cuek dihadapan Inka dan Sam. Saat ini mereka ada dihalaman belakang sekolah, setelah Sam yang memaksa Renal untuk berbicara dengan mereka.
“Huft.. susah sekali ya berbicara denganmu.” keluh Sam sambil melipat kedua tangannya.
“Hmm.. anu.. Renal kami ingin meminta bantuan.” sela Inka sedikit malu.
“Bantuan?” tanya Renal mengeryitkan dahinya.
“Begini teman kami, kami curiga dengannya. Dia tidak pernah jujur pada kami, karena dia takut kami marah....” jawab Inka pelan.
“Katakan point utamanya, jangan berbelit – belit.” ucap Renal tidak sabar.
“Eh, maaf ya kalau aku bicaranya lama..” jawab Inka cepat.
“Sini, biar aku yang bicara.” sela Sam dan sekarang berdiri dihadapan Renal.
“Hei, kamu tau tidak kalau kami ingin fansmu.” ucapnya terang – terangan dengan gaya cueknya. 'aduh kok aku tidak ada manis – manisnya sih dihadapan idolaku.. aduuuhhh...' gumamnya menyesal dalam hati.
“Eh,” Renal terlihat kaget, “Apa maksud kalian?”
“Maafkan kami ya kalau kami lancang.” Inka menyela Sam yang menurutnya tingkah Sam tidak baik dan ini malah membuat makin runyam. “Kamu kenal dengan teman kami yang bernama Rissa?”
“Eh, Rissa?”
“Iya, yang pernah kamu tolong di tangga waktu itu.”
“Iya, aku kenal dengannya bahkan pernah jalan bersama.” jelasnya tanpa ekspresi.
“HAH JALAN BERSAMA????!!!” sontak mereka bersamaan.
“Heh, kalian ingin membuatku menjadi tuna rungu dengan suara kalian.” protes Renal sambil menutup kedua telingannya.
Inka dan Sam tersadar dengan teriakan mereka.
“Eh, maafkan kami ya. Kami hanya histeris saja mendengar kalau kalian pernah jalan bersama.” jawab Inka.
“Hmmm.. tepatnya minggu lalu ia menemaniku kepameran komik karena kebetulan ia suka komik.” jawabnya singkat.
“Ohh...” Inka hanya ber-Oh ria.
“Apa kau tau kalau Rissa menyukaimu?” terka Sam.
“Eh, menyukaiku?” sontak Renal merasa terkejut dengan ucapan Sam barusan. 'Apa benar Rissa menyukaiku? Gadis aneh itu.' tanyanya dalam hati.
“Pastinya aku tidak tau, karena dia selalu menyembunyikan perasaannya bahkan dengan teman dekatnya sendiri seperti kami.” jelas Sam.
Renal mengangguk – angguk, “Lalu tadi kalian bilang ingin meminta bantuanku? Bantuan apa?”
“Ah, begini biar aku yang jelaskan.” ucap Sam serius, “Kami ingin membuat kencan buta yang dimana pasangan Rissa adalah kamu.”
“Hah? Kencan Buta? Apa itu?”
“Kamu tidak tau kencan buta ya?” tanya Inka. Renal hanya menggelengkan kepalanya.
“Haiissshhh, ku kira kamu tau secara kamu adalah cowo populer disekolah.” Sam menepuk dahinya.
“Populer? Apanya yang populer, aku hanya siswa biasa disini.” ucap Renal.
“Heh?? jadi kamu merasa tidak populer yah?” tanya Inka. Lagi – lagi Renal menjawab dengan anggukan kepala.
“Hah!” serunya sambil menghela nafas kasar, “Jadi aku harus melakukan apa?”
“Kamu bersedia membantu kami?” tanya Sam.
“Hmmm.. aku juga ingin tau kebenarannya kalau memang Rissa menyukaiku.” jawab Renal dengan santai.
“Asyik.. kalau begitu aku akan atur bagaimana caranya. Kamu akan kita beritahu tempat dan tanggalnya ya.” ucap Sam dengan antusias.
“Hem.” jawab singkat Renal disertai anggukan, “Baiklah sudah urusannya kan, aku kembali kekelas yah ada jam tambahan pelajaran dengan guru matematika nih.” ucapnya sambil melangkahkan kakinya meninggalkan halaman belakang sekolah itu.
“Iya, tunggu kabar dari kita yah.” ucap Inka senang dengan rencananya dan Sam. Renal menjawab dengan menunjukkan dengan kedua jarinya berbentuk 'Ok'.
“Yeiii, akhirnya dia bersedia Sam.”
“Hemm.. berikutnya kita harus yakinkan Rissa nih. Besok kita harus berbicara dengannya.” ucap Sam semangat.
“Iya.”
“Sekarang kita pulang, ayo!” seru Sam dengan menarik Inka seperti biasanya.

***

Rissa duduk diam dimeja belajarnya, ia teringat perlakuan dan ucapan Yuko kepadanya tadi siang. Ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, “Kenapa ia melakukan itu padaku, memangnya aku salah apa?” ucapnya.
“Hei, kamu ini kenapa? Sepertinya sangat frustasi?”
Rissa sontak terkejut dan menoleh kebelakang, “Ahh.. kamu ini kalau masuk ketuk pintu dulu!” protes Rissa pada Sepupu laki – laki yang lebih tua darinya.
“Hahahaaa.. salah sendiri kamu membiarkan pintu kamarmu terbuka , Tuh.” jawabnya sambil menunjukkan kearah pintu.
“Eh, masa sih? Rasanya tadi sudah ku tutup deh.”
Sepupunya itu duduk dipinggir tempat tidur Rissa, “Kamarnya jadinya bersih ya.” ucapnya sambil memandangi sekeliling kamar Rissa, tepatnya bekas almarhum adiknya itu.
Rissa hanya menghela nafasnya, “Ada apa sih, kamu mau mengerjaiku yah?” tanya selidiknya dengan menatap tajam.
“Weitss,, santai saja tidak usah memasang muka seram seperti itu.” ucap Sepupunya yang diketahui bernama Arya itu. “Aku hanya ingin mengunjungi kamarmu, entah kenapa aku teringat adikku.” ucapnya sambil menunduk.
'Bagaimana bisa sepupuku yang sangat usil dan dijuluki si evil bisa sesedih ini?' ucapnya dalam hati.
“Beberapa hari lalu aku makan siang bersama pacarku dan ia berbicara tentang adiknya. Aku jadi teringat adikku.”
Rissa yang sejak tadi memasang wajah tidak suka dengan kedatangan Sepupunya dikamar tiba – tiba berubah menjadi iba. Kemudian ia duduk disampingnya, “Aku juga terkadang teringat oleh Maya, dia gadis yang manis dan baik tidak sepertimu yang sangat jahil!” protes Rissa sambil cemberut.
“Hahahahaa.. jadi kamu masih dendam ya saat pesta ulang tahunmu beberapa tahun lalu.”
Iyalah, kamu itu jahat sekali mengotori gaunku, padahal itu kan hadiah dari ayahku.”
“Hehhee, maaf aku tidak bermaksud seperti itu.” jawabnya sambil tersenyum geje (?).
“Sudahlah lupakan, aku sudah melupakan hal itu.”
“Apa kamu betah tinggal disini? Dengan Ayah dan Ibuku?”
“Hmm, aku betah. Paman dan Bibi sangat baik padaku. Selagi Ayah pergi keluar kota, selama itu aku akan tinggal disini.”
“Hmm.. kalau tidak salah ini adalah tahun terakhirmu disekolah ya?” terka Arya.
“Iya, aku sedang fokus belajar agar lulus dengan nilai yang bagus. Tapi aku adalah masalah dengan pelajaran matematika padahal mata pelajaran itu adalah mata pelajaran utama.” keluh Rissa.
“Hahahaa.. kamu ini persis sekali dengan Maya yah. Dia juga lemah dengan matematika.” ucapnya dengan spontan mengacak - acak rambut Rissa.
Rissa terkejut dengan sikap Arya itu, dia terdiam dan menatap Arya.
“Eh, maaf yah.” Arya melepaskan tangannya dari kepala Rissa dan memalingkan wajahnya.
“Tidak apa – apa kok, kalau kamu mau anggap saja aku ini adikmu seperti Maya.” kata Rissa.
Arya menoleh kearah Rissa dengan wajah bingungnya, “Apa maksudmu?”
“Iya, anggap saja aku ini adikmu. Dengan begitu kamu tidak akan usil lagi padaku kan?” jawab Rissa dengan riang.
“Hah?” Arya terlonjak dari duduknya dan berdiri, “Huh, jangan harap ya kalau aku tidak akan menjahilimu lagi.” ucapnya sambil melipat kedua tangannya.
“Apa?!” seru Rissa ikut berdiri dihadapan Arya.
“Karena menjahilimu adalah hobiku sekarang, hahahaaa...” jawab Arya tanpa dosa dan tertawa berbahak – bahak.
“Rrgghhh... kamu ini. Awas yah!” seru Rissa memukul – mukul punggung Arya.

                                         ***

Pagi yang hangat, sinar matahari pagi menusuk setiap jendela – jendela kelas.
“Hosh hosh hosh..” Sam dan Inka mengambil nafasnya setelah berlari dari lantai bawah.
“RISSA!!!” seru mereka berdua, sontak seluruh penghuni kelas menoleh kearah mereka begitupun dengan Rissa yang sudah duduk manis ditempat duduknya.
Sam dan Inka berlari kecil menghampiri Rissa.
“Eh, ada apa kalian?” tanyanya aneh melihat tingkah laku teman – temannya itu.
Sam mengatur nafasnya sedangkan Inka menyeka keringatnya.
“Minum ini dulu.” ucap Rissa sambil menyodorkan botol minumannya.
“Ah, tidak usah Rissa.” jawab Sam.
“Eeeh,”
“Rissa, kau mau ikutan Blind Date tidak?” tanya Inka.
“Blind Date? Kencan Buta?” tanya Rissa polos.
Sam dan Inka mengangguk – angguk dengan senyuman lebar.
“Aku rasa kamu perlu ikut deh.” ucap Inka menyakinkan.
“Eh, kenapa harus aku, kenapa tidak kalian saja?'
“Eh, kami sudah punya pacar. Benarkan Sam!” seru Inka menyenggol lengan Sam.
“Iya iya. Kami sudah punya pacar.” jawab Sam kaku.
“Tapi kan sebentar lagi mau ujian akhir, aku tidak mungkin menjalin hubungan dengan laki – laki.” jawab Rissa.
“Haiiss.. bertemu saja dulu, baru kamu yang putuskan.” Sam ikut meyakinkan.
Rissa nampak berpikir, 'Apa aku harus ikut?' ucapnya dalam hati.
“Ayolah Rissa, biar kamu sama dengan kami. Memiliki pacar, ya kan Sam?”
“Eh, iya iya.”
“Hmmm.. kalau itu yang membuat kalian senang aku akan mencobanya dulu.” jawab Rissa tersenyum.
“Benarkah?” tanya Inka antusias. Dan Rissa menjawabnya dengan anggukan.
'Ini akan menjadi rencana yang baik.' ucap Sam tersenyum dalam hati.
- Skip -
“Jadi kapan waktu dan tempatnya?” tanya Renal pada Sam dan Inka.
“Hari minggu depan, jam 10 pagi ditaman kota ya. Disana ada sebuah cafe dan kurasa makanannya enak – enak.” jawab Sam.
“Hmmm.. aku rasa, aku tau tempatnya. Hah! Baiklah kalau begitu aku akan kesana.” jawab Renal dengan cueknya.
“Oke!” jawab Inka sambil tersenyum.
Inka dan Sam pergi meninggalkan Renal sendiri dihalaman belakang sekolah, saat ini sedang jam istirahat.
“Hah, ini catatan yang harus aku lakukan yah?” tanyanya pada selembar kertas yang diberikan Inka. Kemudian ia menatap langit nan biru itu, “Kenapa aku menjadi aneh begini yah? Didalam sini terasa hangat.” ucapnya sendiri sembari memegang dadanya. “Kencan Buta? Lucu, padahal aku sudah pernah jalan bersamanya. Tapi kenapa kali ini terasa berbeda?”
***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...