Selasa, 21 Juni 2016

Cerbung fantasi : The World of Dreams and Two Pendants - chapter 3

The world of dreams and two pendants
Chapter 3


Genre : Fantasi, romance

This first i'am writing for a story about fantasy..
Just for my hoby for read a comic and watch a anime movie..

Happy reading and sorry for typo.. ^^
And don't plagiat!

Previous Chap 12

*********************************************************************************

Dia berjalan tegap di depanku, aku menunduk dalam menahan rasa hangat yang ada dikedua pipiku.
"Erhmm..." dia berdehem dan menghentikan langkahnya.
Aku menatap punggungnya dan menunggu apa yang ia akan lakukan. Dia memperhatikan area sekitar, pasalnya saat ini kami berada dipersimpangan jalan. sepertinya ia tengah memikirkan jalan mana yang harus dilalui. Aku memperhatikannya, wajah tirusnya nan putih itu membuat kedua mataku tak bosan menatapnya.
Dia berbalik menghadapku, kami beradu pandang.
"Ah.." aku membuang wajahku kearah lain karena malu.
Ku lihat sekilas ia sedikit terkejut akan reaksiku, "Hn?"
"Apa kau sudah memutuskan memilih jalan yang mana?" tanyaku untuk mengalihkan.
"Umm.. kurasa ambil jalan yang kanan." jawabnya.
"Baiklah." Aku sengaja berjalan duluan. Aku tidak mau ia melihat wajahku merona akan pertemuan kedua mata kami tadi.
"Eh?" bingungnya. Lalu ia berjalan dibelakangku.

Sepanjang perjalanan kami berdua terdiam, hanya terdengar suara decit - decit binatang kecil dihutan yang berada diantara kami. Beberapa juga ada suara kepakan sayap burung terbang.
"Ouch.." kakiku terasa nyeri, mungkin terlalu lama berjalan. Aku berhenti dan berjongkok memegang pergelangan kakiku.
"Kau tidak apa - apa? Apa masih terasa sakit?" tanyanya seketika mendengar keluhku. Ia berjongkok dihadapanku dan memeriksa luka terkilir dikakiku. Aku terdiam dengan sentuhannya.
Aku hanya mengangguk pelan. Entah kenapa jantungku berdetak sangat cepat.
"Sebaiknya kita beristirahat disini." tukasnya.
"Apa disini aman?" tanyaku.
"Kurasa. Apa kau masih kuat berjalan?"
Aku menunduk, aku tidak mau terlihat manja dengannya hanya karena rasa sakit dikakiku. "Kurasa bisa."
"Kau yakin?"
Aku mengangguk pelan dan ia membantu aku untuk berdiri.
“Kalau kau ingin beristirahat katakanlah.” Ucapnya dengan wajah datarnya. Aku mengangguk.
“Umm.. Zida apa kau tidak memiliki keluarga? Kenapa kau tinggal dihutan ini sendirian.”
“Orang tuaku sudah meninggal. Aku anak tunggal. Sejak umur 5 tahun aku tinggal bersama kakekku.” Jawabnya dengan ekspresi datar.
“Apa kakekmu masih hidup?”
Dia menundukkan kepalanya, “Dia sudah meninggal 1 tahun yang lalu.”
“Ah.. aku minta maaf sudah bertanya seperti itu.”
“Tidak apa.” Dia menenggakkan kepalanya kembali.
Aku terdiam sesaat, “Jadi kau ini sebenarnya dari mana?”
“Aku dari Desa Goholy.”
Hn? Aku baru dengar desa itu?”
“Tentu saja, mungkin kau bukan penduduk yang tinggal disekitar sini.”
“Hmm.. Itu desa apa?”
“Desa para penyihir putih.”
“Hah? Penyihir?”
Dia mengangguk, “Kau baru dengar?”
“Iya. Tapi aku tidak mengerti. Memangnya ada yang seperti itu didunia ini?”
“Desa itu dibangun oleh kakek moyangku beratus tahun lalu.” Dia menghentikan langkahnya dan berbalik. “Sebaiknya kita istirahat dulu. Aku khawatir dengan keadaan kakimu.”
Aku tertegun, “Ah iya.” Aku mengambil tempat dipinggir pohon yang rindang itu.
Dia duduk diseberangku. Dia terlihat menghela nafasnya.
“Apa saat ini desa itu masih ada?”
“Tidak, desa itu sudah hancur sejak 20 tahun yang lalu. Kebetulan kakekku adalah pengembara. Jadi kami suka berpindah tempat sejak orang tuaku meninggal.”
“Umm.. Kalau boleh aku tau kenapa desamu hancur dan apa yang terjadi?”
“Kakekku pernah mengatakannya padaku. Dulu desa itu tenang dan damai semenjak penyihir hitam dan penyihir putih hidup berpisah dengan kesepakatan yang mereka buat. Pernah suatu kala di Desa Vilstain yaitu desa para penyihir hitam dikuasai oleh seorang wanita. Ia memiliki kekuatan melebihi pemimpinnya. Bahkan ia membuat ramuan untuk tetap hidup abadi. Ia diangkat sebagai Ratu desa itu. Semua keinginannya harus terpenuhi. Dan ia mempunyai ambisi yaitu memusnahkan desa Goholy dan para penyihirnya tanpa tersisa.”
“Oh seperti itu.” Aku mencerna perkataannya. Walaupun aku belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi saat ini padaku. Ini begitu aneh dan terasa nyata. Tapi seingatku aku tidak pernah tau apa itu desa penyihir ataupun penyihir.
“Jadi apa kau ini penyihir juga? Dan kau tinggal bersama kakekmu ketika desamu diserang oleh penyihir hitam itu kan?”
“Hn? Bukan aku bukan penyihir. Aku memang lahir didesa itu dan kedua orangtuaku adalah seorang penyihir putih. Tapi aku tidak suka dengan sihir. Maka aku tidak ingin belajar sihir.” Dia terdiam. “Ya kedua orang tuaku meninggal saat desaku diserang oleh para penyihir hitam.”
“Apa kau melihat kedua orang tuamu saat itu?”
“Tidak, terakhir kali aku melihat mereka saat ketika bangun dari tidur siangku. Aku terkejut saat itu. Kedua orang tuaku sangat tergesa – gesa mengajakku pergi dari desa. Awalnya kami berhasil menyelematkan diri tapi… ayah dan ibuku tidak bisa melihat penyerangan didesanya tanpa ada yang mereka lakukan. Aku ditinggal disuatu tempat sampai aku menunggu kedatangan mereka. Tapi mereka tidak kunjung datang. Setelah itu ada seorang kakek menjemputku, dia adalah kakekku.” Ucapnya datar.
“Ah.. maaf aku terlalu banyak tanya.” Aku jadi tidak enak hati bertanya terus menerus. Tapi ini harus kulakukan agar aku tau kenapa aku bisa didunia ini.
“Tidak apa – apa. Aku baru kali ini bisa berbicara banyak dengan orang lain selain dengan kakekku.”
“Apa masih ada yang selamat dari kejadian itu?”
“Ya, hanya sebagian kecil. Sejak saat itu penyihir – penyihir putih yang selamat terus dicari keberadaannya oleh ratu desa vilstain itu. Dan mereka dibunuh satu persatu.”
“Apa? Kejam sekali.”
“Ah, aku ingat. Aku masih memiliki seorang sepupu laki – laki lebih muda dariku dan seorang paman. Tapi aku sudah lama tidak bertemu dengan mereka.”
Aku bingung harus bicara apa lagi. “Ah.. kau tau keberadaan sepupumu itu?”
Dia menggelengkan kepalanya. “Ah.. sebaiknya aku mencarikanmu makanan.”
“Eh. Tidak usah.” Aku menolaknya.
“Hn?”
“Kita mencarinya bersama. Aku tidak mau merepotkanmu.” Aku tersenyum padanya.
“Baiklah.”
***

“Hey aku katakan sekali lagi. Lepaskan gadis itu!” serunya dengan tatapan tajam.
“Hooo.. kau anak muda. Berani satu langkah saja. Aku tidak akan segan – segan menyayat leher mulus gadis ini dihadapanmu.”
“Ck..” Fazi terlihat geram.
Aku menahan sakit dibahuku. Tenaga orang bertopeng ini kuat sekali, aku sampai tidak bisa bernafas.
“Ada urusan apa kau dengan gadis itu?” tanya Fazi.
“Hem.. ini semua bukan urusanmu.” Ucapnya dengan suara mengejek.
Mereka saling pandang dengan tatapan tajam tanpa ada yang bergerak satu sama lain.
“Hah..” Fazi menghela nafasnya dan menurunkan pedang yang ia hunuskan kedepan tadi.
“Eh?” ucapku.
“Kau ini susah sekali ya.” Fazi melangkahkan kakinya menghampiri kami.
“Hey! Sudah kukatakan jangan mendekat!”
“Hoi… Santai saja. Aku tidak ingin berkelahi denganmu.”
“Apa? Apa yang kau katakan.”
“Hey, apa kau yakin akan menculik gadis ini. Apa kau tidak akan menyesal?” Fazi seakan menyiyir dihadapan laki – laki bertopeng yang menyekapku ini.
“Apa maksudmu?”
“Ya sudahlah. Aku tidak mau ikut campur. Bawa saja kalau kau mau.” Fazi membalikkan badannya hendak pergi.
Aku terkejut dengan sikapnya itu. Apa aku tidak akan diselamatkan olehnya?
Fazi menghentikan langkahnya, “Dia itu gadis yang pemarah, makannya sangat banyak. Kau pasti akan bosan berurusan dengan gadis aneh itu.”
Aku mengernyitkan dahiku. Apa maksudnya?? Dia ingin membuat aku marah dengan kata – katanya itu.
“Dia itu suka sekali bicara. Banyak hal yang bicarakan. Aku saja bosan mendengarkan. Dan kalau kelaparan dia akan merengek seperti anak kecil. Apa kau sanggup dengan kelakuannya seperti itu?”
“Hem…” orang bertopeng itu menyeringai dibalik topengnya. “Jadi kau sudah tidak butuh dia kan?”
“Ambillah..” dengan cueknya.
Belum sempat penculik itu berkata, hawa kemarahanku seperti meluap dan ingin meledak. Apa – apaan itu, mengata – ngataiku seperti itu. Wajahku memanas seketika.
“Apa kau bilang!!!!” aku tidak peduli akan tajamnya pedang yang menyilang dileherku. Ku sikut perut penculik itu kuat – kuat. Dan berhasil ia tersungkur kesakitan, seketika aku mempercepat langkahku menghampiri Fazi dengan amarahku yang meluap – luap.
Fazi yang tak sengaja menoleh kearahku terlihat terkejut dengan sikap garang yang aku miliki. Ia nampak ketakutan dilihat dari iris mata birunya itu.
“Kenapa kau mengatakan hal yang jelek seperti itu hah!” kerah bajunya kutarik dihadapanku dan kurasakan ia hampir tercekik.
“Ukh.. hey lepaskan aku dulu. Memang kenyataannya seperti itu kan?”
“APA?!!!!! Akan ku pastikan kau akan musnah ditanganku hey ksatria abal – abal!”
Fazi berusaha melepaskan cengkraman tanganku dan kabur dari tempat itu, aku yang tidak tinggal diam mengejarnya hingga aku bisa menangkapnya. “Jangan kabur kauuuu!!!!!!!!!!!!”

Sang penculik bertopeng itu tengah menahan sakit dibagian dadanya yang disikut oleh Ina. “Sial ini sangat memalukan. Hampir saja aku bisa mengambil liontin dari gadis itu. Ternyata dia lebih kuat dari yang aku bayangkan. Ukh..”
***

tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...