Selasa, 21 Juni 2016

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 10

IDOL SCHOOL

Chapter 10

Genre              : Schoollife, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7-8-9

*************_______________***************


Pagi disekolah,
Rissa tengah duduk Sambil membaca sebuah buku digenggaman tangannya. Semilir angin dari Samping jendelanya tak mengindahkan kegiatannya sejak ia tiba dikelas.
“Hoooo.... rajin sekali, pagi - pagi sudah duduk manis membaca buku.” Sam yang datang tiba - tiba mendekat tepat dihadapan Rissa. “Hemm.. berat sekali yah. Rumus Matematika.” 
Rissa menutup bukunya dan menatap tajam kearah Sam.
Sam bergidik ngeri akan tatapan Rissa yang tak biasanya. “Eh ada apa” tanyanya pura - pura tidak tahu apa yang terjadi.
“Apa maksudnya dari kencan buta kemarin Sam?” Rissa mendelik tajam.
“Eh.. hehehe.. apa maksudnya ya?” Sam mengalihkan pandangannya.
“Jawab pertanyaanku Sam? Kenapa pasanganku orang itu?”
“I..ii.tu hanya kebetulan saja kok. Memangnya kamu tidak suka ya?” ucap Sam tanpa dosa.
Air muka Rissa berubah drastis menjadi merah padam dan mencoba menyembunyikannya. “Apa maksudmu bicara seperti itu?”
“Pagiii… apa kabar Sam, Rissa?” sapa Inka yang menyeruak diantara jarak Sam dan Rissa.
‘Untunglah Inka datang’. Batin Sam Sambal mengelus dadanya dan sedikit menghela nafas.
“Kenapa kau terlihat lega sekali Sam, ada apa?” tanya Inka
Sam memberi isyarat pada Inka dengan tatapan matanya. Seakan Inka mengerti kejadian kemarin atas ide gila mereka terhadap Rissa. Inka hampir saja lupa dengan kencan buta yang mereka rencanakan untuk Rissa. “Aaahhh.. aku merasakan ada aura kegelapan disini ya. Dan terasa dingin menyeramkan..”
Rissa melirik kearah Inka.
“Aku belum sarapan, ayo kita kekantin!” Inka mengambil langkah perlahan dan sembari menaruh tas dimejanya. Diikuti dengan Sam yang ikut – ikutan bangkit dari kursinya.
Tatapan tajam dan menyeramkan Rissa tak putus dengan dua makhluk hidup itu.
“Ah, Rissa kami kekantin dulu ya.. daaahh..” seru Sam dan Inka meninggalkan Rissa ditempat.
“Haaahh…” keluh Rissa. Wajahnya kembali normal, “Apa – apaan mereka. Mau menghindari pertanyaanku ya?!” 


“Hey, apa yang akan kita jelaskan pada Rissa?” tanya Inka pada Sam yang sedang menyeruput susu stroberinya.
“Entahlah..” jawab ala kadarnya Sam.
“Kamu ini, selalu saja seperti itu. Ide gila ini kan berasal dari pemikiranmu!”
Sam menghentikan kegiatannya, “Hey, tolong diralat yah. Ini ide gila kita berdua.” Sam menghela nafas, “Bukankah kita hanya ingin tau bagaimana perasaan Rissa pada Renal? Kenapa kita tidak mengatakan hal itu saja padanya.”
Inka tengah berpikir dan mengangguk – angguk pernyataan Sam berusan. “Kurasa itu adalah hal yang benar.”
“Karena dia terlalu tertutup mengenai perasaannya membuatku gemas.”
“Lalu bagaimana dengan Renal sendiri?”
Sam terdiam sejenak. “Apa kita mesti minta keterangan darinya?”
“Kurasa. Karena hal ini begitu mengganjal pikiranku sejak kemarin.”
“Hn? Kenapa?”
“Coba kamu pikir, kenapa Renal tidak melakukan apa yang kita tulis pada kertas yang kita berikan?”
“Terlalu banyak.”
“Dasar bodoh!” genggaman tangan kanan Inka mendarat mulus dikepala Sam.
“Uuhhh.. sakit tau..” Sam meringis mengelus puncak kepalanya.
Inka mengalihkan pandangannya keminuman yang ia pesan sejak tadi dan menyeruputnya disana. “Kamu ini kadang pintar terkadang juga bodoh.”
“Lalu apa yang membuatmu mengganjal Inka yang pintarr…” cibir Sam kesal.
“Aku rasa Renal mempunyai niat tertentu pada Rissa.”
Sam hanya mengangguk – angguk. “Bisa jadi.”
“Atau Renal punya perasaan pada Rissa?”
“Apa? Itu tidak mungkin. Kamu tau kan Yuko selalu menempel padanya. Dan Yuko lebih cantik dibanding Rissa, jadi tidak mungkin Renal berpaling dari Yuko.”
“Tapi Yuko bukan pacarnya Renal. Dia hanya seorang penggemar autis yang tergila – gila pada Renal.”
“Kamu ini, bicara seperti itu jangan kencang – kencang. Nanti ada yang dengar, bisa bahaya.”
“Ups..!” Inka membungkam mulutnya dan melihat sekeliling kantin, khawatir ada yang mendengar pembicaraannya.
“Jadi nanti pada jam istirahat, kita harus coba berbicara pada Renal.”
“Ya kurasa harus begitu.”
“Ya sudah, habiskan susumu itu. Kita kembali kekelas.”
Inka mengangguk – angguk. Dan meneguk cepat susu digelasnya.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang mendengar percakapan mereka dengan senyum sinisnya.
***

“Kamu pasti tidak mengira Yuko dengan informasi yang baru aku dapatkan pagi ini.” Ucap Mina mengambil posisi duduk dihadapan Yuko.
Yuko menutup buku yang ia baca barusan, “Informasi apa?”
“Kamu pasti tidak akan menyangka.”
“Apa maksudmu, sudah jelaskanlah. Jangan berbelit – belit seperti itu.”
“Aku mendengar sesuatu mengenai Renal dengan gadis aneh itu.”
“Apa?”
Mina mengangguk, “Yang aku dengar sepertinya Renal ada perasaan pada gadis itu dan bahkan sebaliknya.”
Yuko memalingkan wajahnya yang merah padam, “Tidak mungkin.”
“Tapi aku mendengarkan hal itu dari informan yang sangat akurat. Kedua temannya sepertinya membuat ide khusus untuk mendekatkan gadis itu dengan Renal.”
Yuko menggeretakkan giginya.
“Lalu apa kamu akan diam saja Yuko.”
“Tentu saja tidak Mina. Tapi yang jelas aku tidak akan bermain kasar, aku akan bermain dengan halus. Kamu lihat saja nanti.”

Renal tengah berdiam diri dipinggir pembatas tembok lantai 2 kelasnya. Ia tengah memikirkan kejadian kemarin dengan Rissa. Terkadang ia menyunggingkan senyumannya. Lamunannya buyar ketika salah satu temannya menepuk bahunya dari belakang.
“Hoyy.. pagi – pagi sudah senyum – senyum sendiri. Ada apa?” tanya Adrian.
“Oh.. tidak apa – apa kok.”
“Hemm.. sedang memikirkan seseorang yah..” pojoknya.
“Apa sih.”
“Kamu sedang memikirkan Yuko?” selidiknya.
Renal menoleh kearah Adrian, “Yuko? Apa maksudmu?”
“Bukankah Yuko selalu ada disampingmu setiap kamu berada.”
“Hn? Kamu terlalu berlebihan.”
“Apa kamu tidak ada perasaan padanya?”
“Perasaan apa? Kami hanya sekedar teman.”
“Kamu menganggapnya seperti itu? Padahal kalau dilihat Yuko selalu mencoba mengambil perhatianmu.”
“Kamu menganggapnya seperti itu heh?”
Adrian mengangguk pasti.
“Hahaaaa… yang jelas aku tidak punya perasaan apa – apa padanya. Kami hanya berteman saja.”
“Hati – hati dengan ucapanmu itu, bisa saja kamu akan jatuh cinta padanya.”
“Kenapa kamu begitu yakin?”
“Ya.. karena Yuko memang gadis cantik disekolah kita dan dia adalah indo jepang pula.”
“Hey, masalah hati itu tidak cukup dengan paras cantik saja. Tapi lebih kepada apa yang kita rasakan. Lagipula sudah ada gadis lain yang mencuri perhatianku.”
“Hah? Kamu sudah mulai naksir seseorang?”
“Hanya tertarik tidak lebih.”
“Kamu ini. Terlalu jual mahal.”
“Biar saja. Aku hanya ingin mencari yang benar – benar cocok denganku saja kok. Ah… sudahlah bicara apa sih kamu ini, ayo masuk kelas jam pelajaran akan segera dimulai.”
Adrian terdiam dan mengikuti ajakan Renal.
***

“Kamu yang bernama Rissa?” tanya kedua orang siswi tepat berada didepan pintu kelas Rissa. Saat Rissa akan keluar kelas ketika terdengar suara bel istirahat berbunyi. Rissa berniat menyusul kedua temannya yang lebih dulu keluar terburu – buru.
“Iya, aku Rissa. Ada apa ya?”
“Kamu dipanggil Pak Sidik diruangan persiapan.” Jawab siswi berambut panjang itu.
“Pak Sidik?”
“Iya guru olahraga.”
“Iya aku tau, tapi ada apa ya?”
“Kami tidak tau, tadi kami hanya disuruh menyampaikan saja.”
“Oh, baiklah aku akan kesana. Terima kasih ya.”
“Oke. Sama – Sama.” Kedua siswi itu berlalu dari kelas Rissa.
Rissa berjalan menuju ruang persiapan yang berada dilantai 3 tepat berada diujung lorong. “Ada apa ya Pak Sidik memanggilku? Tumben sekali.”
“Rissa!!” seseorang memanggil dari arah belakang.
Rissa menoleh kesumber suara, “Ah, Dila ada apa?”
“Apa kamu melihat Sonia?” tanya Dila teman sekelasnya yang kebetulan bertemu dengan Rissa dilantai 3.
“Aku tidak melihatnya, memangnya ada apa?”
“Walikelas kita memanggilnya, tadi ada yang melihat dia kelantai 3 mengambil flashdisk yang tertinggal Jumat lalu diruang komputer.”
Rissa menggelengkan kepalanya.
“Hem.. begitu ya. Eh, kamu mau kemana?”
“Aku dipanggil Pak Sidik keruang persiapan.”
“Ke ruang persiapan yang diujung lorong sana?”
“Iya.”
“Ada apa memangnya?”
“Aku juga tidak tau, makanya aku harus kesana.”
“Oh, kalau begitu aku duluan yah.” Pamit Dila.
Rissa mengangguk dan melanjutkan langkahnya kembali. Setelah Sampai didepan ruang persiapan, ia setengah ragu untuk masuk kedalamnya. Pasalnya ruangan itu sangat gelap dan banyak barang – barang tak terpakai didalamnya. Membuat suasana ruangan itu menjadi menyeramkan.
Rissa memegang kenop pintu yang tidak terkunci itu, “Ah tidak terkunci, mungkin Pak Sidik ada didalam.” Kemudian ia masuk kedalam dan tiba – tiba, ‘blam’ pintu tertutup dari luar. “Ah,, kok pintunya tertutup. Tolong dibuka, disini sangat gelap.. tolong dibuka. Hey siapa yang mengunci pintunya!” Rissa mengedor – gedor pintunya dengan sekuat tenaga, namun nihil tak seorangpun yang mendengar suara teriakan Rissa. Karena ruangan tersebut berada sangat diujung lorong lantai 3 dan tak mungkin terdengar di ruangan lain.
“Ada apa ini? Kenapa tidak ada siapapun disini. Tidak ada Pak Sidik disini. Aku dikerjai oleh seseorang.” Ucapnya sedikit gemetar.
Rissa mencoba mengedor – gedor pintunya kembali berharap ada yang menolongnya.
***

“Ada apa kalian memanggilku disini?” tanya Renal yang sudah berada ditaman belakang sekolah.
“Begini, kami ingin menanyakan sesuatu padamu.” Jawab Inka.
“Langsung saja, kemarin waktu kamu melakukan kencan buta dengan Rissa. Kamu tidak melakukan sesuatu sesuai list yang kami buat. Apa kamu punya rencana sendiri.” Ucap Sam.
“Tentu saja tidak. Aku hanya malas, terlalu banyak dan terlalu berbelit – belit kegiatan kencan buta kalian. Jadi tidak menarik buatku.”
“Hn?”
“Jadi setelah kamu mengajak Rissa ke arena bermain, apa yang kamu lakukan?” tanya Inka.
“Ia meminta untuk pulang kerumah. Dan setelah itu aku antar dia kerumah.”
“Hanya itu?”
Renal mengangguk.
“Kami tidak percaya.”
“Apa aku terlihat menyembunyikan sesuatu?”
Inka dan Sam memperhatikan mimik wajah Renal dengan sekSama.
“Apa kamu tidak menanyakan perasaannya?” tanya Sam.
“Hemm.. kurasa sempat ketika aku antar dia pulang.”
“Lalu apa jawabannya.” Sam antusias ingin mendengar jawaban Renal.
“Dia tidak menjawab.”
“Hah?”
“Hanya saja, wajahnya memerah pada saat aku bertanya ‘bagaimana perasaanmu kencan denganku?’ kurasa itu tandanya ia malu mengatakan bahwa ia senang.”
“Bukan itu yang kami maksud!” seru Inka kecewa.
“Lalu?”
“Maksudnya perasaannya padamu, apakah benar ia menyukaimu atau tidak?” jelas Inka.
“Oh… tidak.. karena bagiku itu tidak begitu penting.”
“Ihh.. kamu ini, katanya ingin membantu kami untuk mengetahui perasaannya padamu.” Protes Sam.
“Awalnya seperti itu, tapi kurasa itu terlalu vulgar untuk ditanyakan. Biarkanlah perlahan ia menyadari perasaannya padaku. Itupun jika memang benar.”
“Kamu ini memang mempunyai rencana tersendiri!” delik Sam.
“Hahahhaa.. apa – apaan sih kalian. Ini berjalan mengalir begitu saja kok..”
Inka menghela nafasnya, “Lalu apa yang mesti kita jelaskan kepada Rissa, Sam?”
Sam masih kesal dengan tingkah cuek dari Renal tersebut, “Kita katakan saja sejujurnya.” Ucapnya. “Aku merasakan aura iblis disini, tak kusangka seseorang dihadapanku ini tidak menghargai perasaan orang lain. Terlebih lagi mungkin karena ia merasa kalau ia itu tampan dan pintar sehingga dengan sombongnya ia melakukan ini kepada kita dan teman kita. Kurasa ini hanya kesenangan semata untuknya, hanya untuk mencari kesibukan dari hari – hari sibuknya menjadi orang yang populer.” Sinisnya Sambal memandang kesal kearah Renal.
Renal hanya mengangkat kedua alisnya.
“Kamu ini bicara apa sih?”
“Sudahlah Ka, kita buang – buang waktu saja. Ayo kita cari Rissa dan mengatakan padanya kalau ia sudah salah menyukai seseorang.” Sam merangkul Inka untuk pergi dari sana.
Renal terlihat bingung dengan tingkah Sam barusan. Ada sebuah penolakan dari pernyataan Renal yang sebenarnya untuk Rissa.

***

tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...