Selasa, 10 Januari 2017

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 12

IDOL SCHOOL

Chapter 12

Genre              : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10-11


************_______________*************



Keluarga Bibi Hanum dan Rissa tengah menyantap sarapan mereka diruang makan.
“Arya, nanti tolong kamu antar Rissa kesekolahnya ya.” Pinta ibunya.
Arya menghentikan kegiatannya menyatap nasi goreng buatan ibunya itu, “Hah? Kenapa mesti aku antar Bu? Bukannya dia biasa naik bus sendiri.”
“Hem.. beuu..nuerr bi.” Jawab Rissa dengan mulut yang penuh makanan.
“Hei, kamu ini perempuan. Jorok sekali sih, kalau mau bicara berhenti dulu makannya!” protes Arya.
Rissa meneguk segelas air putih dan membersihkan mulutnya dengan tisu. “Biarin.”
Arya menghela nafasnya dan menggelengkan kepala.
Bibi Hanum dan suaminya tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua.
“Arya kamu kan akan mengantar kami berdua ke stasiun dan arahnya sama dengan jalur sekolah Rissa, jadi setelah kamu mengantarkan kami antarlah Rissa kesekolahnya.” Ucap Paman Aditya, ayah dari Arya.
“Haahhh…” keluh Arya panjang, “Iya deh iya.”
“Eh jadinya aku semobil dengan paman dan bibi?”
“Iya sekalian kan bisa antar kami kestasiun.” Jawab Bibi Hanum.
“Hem.. pantas saja bibi membangunkanku pagi – pagi sekali.” Ucap Rissa dengan cengirannya.
Bibi Hanum mengangguk – angguk.

“Sudah siap semuanya?” tanya Paman Aditya.
“Sudah…” koor mereka.
“Oke, sekarang kita jalan….” Kata Paman Aditya semangat dengan menyetir mobil Arya.

Sesampainya di stasiun kereta,
“Arya, ingat ya pesan Ibu.” Ucap ibunya.
“Iya Bu, Arya ingat kok.”
“Jaga rumah dan jaga adik sepupumu itu ya Arya. Jangan diapa – apakan!” perintah ayahnya.
“Siiiaapppp..”
Rissa terkekeh geli melihat Arya yang terlihat malas karena diberi mandat ini dan itu oleh ayah ibunya.
“Rissa, jaga baik – baik ya dirimu. Bibi tidak akan lama kok perginya.” Ucap Bibi hanum kemudian memeluk tubuh Rissa.
“Iya Bi. Pasti kok.” Jawabnya.
“Kalau Arya macam – macam telepon paman saja ya.” Tambahnya.
“Siap paman.” Jawabnya lagi.
“Kena lagi aja deh.” Keluh Arya.
Mereka bertiga terkekeh.

***

Rissa hanya diam saja didalam mobil. Saat ini mereka berdua, Arya dan Rissa sedang dalam perjalanan menuju sekolah Rissa.
“Hei, kamu mau jadi patung saja disitu? Membatu!” gerutu Arya.
“Memangnya mau apa lagi?” tanyanya malas.
“Kamu menganggap apa aku ini, supirmu?”
“Kamu merasa seperti itu? Yasudah aku tidak memaksa.” Ketusnya.
“Aih.. anak ini.” Kesal Arya. “Hei, kapan ayahmu akan pulang?” Arya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“Entah. Ia mengatakan padaku bulan depan.”
“Ohh…”
Rissa tersentak dengan pertanyaan Arya, “Apa maksudmu menanyakan itu? Kamu tidak suka aku tinggal dengan bibi? Apa kamu ingin aku pergi secepatnya dari rumahmu?”
“Hah? Aku tidak berkata seperti itu. Jangan berasumsi yang berlebihan.” Jelasnya sambil fokus menyetir.
“Hoooo… aku kira.” Rissa mengambil posisi menghadap depan.
“Apa kamu merindukan ayahmu?”
“Tentu saja. Aku kan jarang bertemu dengannya.”
“Hmmm…” sejenak Arya terdiam. “Sudah berapa lama ya Ibumu meninggal?”
Rissa terdiam, “Sudah lama. Aku tidak mau menghitungnya. Bagiku ibu masih bersamaku sekarang.”
Arya menoleh sebentar memastikan raut wajah Rissa, “Maaf kalau aku menanyakan hal itu.”
“Tidak apa – apa kok. Bulan depan Ayah akan pulang dan menjemputku sebentar untuk pergi ke makam ibu.”
“Hem..” jawab Arya mengangguk – angguk. Ia tetap mengfokuskan menyetirnya.
“Ayahmu pasti sangat menyayangi kalian berdua.”
“Tentu. Dan aku pun juga sangat menyayangi mereka berdua.”
“Nah, sudah sampai.” Ucapnya saat tiba digerbang sekolah Rissa.
“Hn? Cepat ya. Okelah kalau begitu. Aku turun dulu, terima kasih sudah mengantarku.” Ucap Rissa sambil membuka pintu kiri mobil Arya.
“Iya, belajar yang benar ya. Dan jangan telat pulang sekolah.” Kata Arya.
“Heehh.. macam orang tua saja.. hahahaha..” ucap Rissa segera menutup pintu mobilnya.
“Hah apa! Heee… dasar anak itu.” Gerutu Arya. Tatapan terhenti pada seseorang yang berjalan didepan mobilnya. “Itu bukannya adik Maruka?”

***

Rissa melangkah kakinya menuju kelas, ia sangkutkan kedua jemari tangannya pada tas ransel sedang yang bergelantungan dipunggungnya. Senyum kecil milik Rissa yang saat itu masih mengembang tiba – tiba memudar sesaat setelah melihat seseorang yang berada dihadapannya.

Renal memandang Rissa dari kejauhan, ia tidak mengira akan bertemu Rissa sepagi ini. Ia menghentikan langkah sebentar sebelum ia melanjutkan langkahnya untuk menghampiri Rissa.

Rissa menelan ludahnya perlahan, ia terdiam sesaat sebelum ia mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Hei, apa kabarmu?” tegur sapa Renal dengan senyuman hangatnya.
Rissa melirik sekilas, jujur ia tak kuat menahan senyum manis milik idolanya itu. ‘Tuhan, cobaan apa ini? Datangnya pagi sekali. Tahan Rissa, tahan. Tahan jangan sampai wajahmu memerah karena melihat senyumannya itu’ Rissa meneguhkan dirinya.
Renal memperhatikan logat aneh Rissa, ia mendekatkan wajahnya, “Hooiiii… aku bicara padamu!” serunya pelan.
“AH, ya!” Rissa terkejut saat ia menoleh dan tepat wajah mereka berdekatan.
Renal tersenyum kembali, “Aku pikir kamu tidak mendengarkanku?”
Tak kuasa menahan malu, wajah Rissa merubah menjadi semerah tomat.
“Hn? Kamu sakit? Kenapa wajahmu menjadi merah seperti itu?” polosnya Renal menggoda.
Rissa segera menangkup kedua pipinya dengan kedua tangannya, “Se..sebab.. wajahmu terlalu dekat tau!” gugupnya.
“Hooooo….” Renal menjauhkan wajahnya dan mundur selangkah.
“Hah, ada apa?”
“Hem.. aku hanya menanyakan kabarmu?”
“Kabarku baik kok.”
“Hemm begitu ya.”
Rissa memainkan bola matanya, ia tak ingin terus melihat kearah Renal.
“Oke, kalau begitu sampai bertemu lagi.” Ucapnya diakhiri dengan tepukan dibahu kiri Rissa dan meninggalkan Rissa yang terdiam bingung.
“Haaaahhh??... apa maksudnya itu?”

***

Bel istirahat berbunyi,
Yuko menyeka keringat yang bercucuran didahinya, ia dan teman – teman sekelasnya telah mengakhiri pelajaran olahraga hari ini.
“Nih, minum.” Tawar Mina sembari memberikan sebotol air mineral pada Yuko.
“Ah, terima kasih.” Yuko langsung meneguknya.
Mina menghela nafas panjang, diselonjorkan kedua kakinya menyentuh permukaan lapangan basket disana dan memijitnya perlahan, “Capeknya…” eluhnya.
Yuko mengangguk – angguk, disambung dengan senyuman lebar dibibir mungilnya itu.
“Hei, kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Mina.
“Kamu lihat didepan itu, ada laki – laki yang aku sukai. Sangat aku sukai. Aku menyukainya melebihi siapapun.” Jawabnya dengan mata berbinar – binar.
Mina mengikuti arah tatapan mata sahabatnya itu, “Hooooo…. Pantas saja. Itukan idolamu.”
“Bukan sekedar idola Na, dia laki – laki pertama yang membuat hatiku merasa hangat dan tidak karuan.” Ungkapnya dengan terus melihat Renal yang tengah bermain basket dengan teman – temannya.
“Huuuu.. iya deh iya.” Kalah Mina.
Seorang siswi berlari kecil kearah Yuko dan Mina.
“Hn? Ada apa kamu kesini?” tanya Mina yang sadar dengan kedatangan anak perempuan itu.
Siswi itu berbisik ketelinga Mina dan diperhatikan oleh Yuko. Mina membulatkan kedua matanya.
“Kamu yakin?” tanyanya memastikan.
“Ada apa sih?” tanya Yuko penasaran.
Mina menoleh sebentar kearah Yuko kemudia beralih kembali pada siswi berambut pendek itu, “Tapi apakah ada yang tau masalah ini?”
“Tidak. Seperti masalahnya tidak diperpanjang.” Jawabnya.
“Baguslah kalau begitu. Oke terima kasih atas informasinya.”
Siswi itu mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.
“Ada apa sih Mina? Katakan padaku.” Paksa Yuko.
Mina mendekatkan bibirnya ketelinga Yuko dan membisikkan sesuatu disana.
“Iishh.. gagal ternyata.” Yuko mengepal tangannya.

***

Sam meruntuki nasibnya hari ini, pasalnya ia dan Inka terlambat datang kesekolah membuat mereka menerima hukuman yaitu membersihkan kamar mandi dan tidak mengikuti jam pelajaran pertama dan keduanya.
Inka mengeluh panjang dan menyandarkannya punggungnya disisi dinding kamar mandi bersebrangan dengan tempat Sam bersandar.
“Hahhh.. ini semua karena kamu Inka!” protes Sam.
“Hah? Kok aku sih?” Inka menunjukkan wajahnya dengan telunjuknya.
“Iya, coba kalau tadi kita tidak terlambat lebih dari 15 menit. Pasti hukumannya tidak seperti ini.” Sam menekuk wajahnya.
“Ishh kamu ini, pura – pura lupa ya? Siapa yang bangun kesiangan dan memintaku untuk menunggumu dihalte?” kesalnya dengan melempar gumpalan tissue yang berada didekatnya.
“Aduh, apa sih itu kan kotor!” seru Sam geram. “Rasakan ini” Sam melempar sepercik air bekas mengepel lantai kamar mandi.
“Aahhhh… Sam kamu ini jorok banget sih.” Reflex Inka menutup sebagian tubuhnya dari percikan air itu. “Kamu ini udah salah, tidak mau minta maaf dan menyalahkan orang lain lagi. Dan sekarang malah membuat masalah denganku.”
“Hoooo… lalu siapa yang menelponku semalaman untuk mendengar curhatannya?” Sam kembali mengejek Inka.
Inka geram dan mengepal kedua tangannya, “Iiihh.. tapi kan kamu yang menelponku duluan Sam, kenapa jadi aku yang salah sih.”
“Aku hanya ingin memberitahumu, tapi malah kamu panjang lebar cerita ini dan itu.” Ucapnya tanpa peduli.
“Iiikkhh.. kamu itu dari SMP tidak pernah berubah, selalu menyalahkan orang lain dasar!” Inka menghentakan kakinya.
“Hoooo.. miss Inka marah rupanya. Harusnya aku yang marah padamu tau.” Susulnya tak mau kalah.
“Issh.. dasar bule kampung!”
“Apa? Bule kampung?” geramnya, Sam mengambil secup air bekas pel dikedua tangannya dan disiramnya kearah Inka. “Bwahahahhaaa…”
“Kyaaaaa…..” jerit Inka melengking dan sedikit tergagap karena wajahnya tersiram. “Ih kamu ini Sam!” Inka mencari – cari benda untuk membalas perbuatan Sam. Ia membuka kotak sampah disampingnya dan mengambil beberapa disana dan melempar kearah Sam. “Rasakan pembalasanku!”
“Apa ini? Ini kan bekas… eerrghhhh kamu cari masalah denganku…” Sam menghampiri Inka dengan gagang pelnya.
Inka menahannya, “Kamu mau berbuat apa Sam?”
“Aku akan memukulmu, karena kau melempar tissue bekas itu padaku!”
“Kamu duluan sih yang mulai…” belanya dengan masih menahan sergapan Sam.
“Karena memang semua salahmuu…”
“Kamu.”
“Kamu.”
“Kamu.”
“Ka…”
“Ya ampun, apa – apaan ini! Kalian berdua sedang apa?!” seru Ibu Mira, guru BP yang tadi pagi memberi hukuman kepada Sam dan Inka. Ia menggelengkan kepalanya, “Kalian berdua akan dihukum dengan hukuman tambahan!” serunya dengan gaya bertulak pinggang dan wajah yang geram.
“Haaahhhhh….” Eluh panjang mereka berdua.

***

Arya menekan beberapa tombol angka diponselnya saat jam makan siang.
“Halo.” Sapa dari seberang.
“Ah, halo Maruka.”
“Ya ada apa Arya?”
“Apa hari ini kamu ada waktu, aku ingin kita bertemu. Ada hal yang ingin aku tanyakan.”
“Hmm? Sepertinya hari ini aku free setelah pulang kerja. Baiklah kita bertemu dimana?”
“Di café tempat biasa bertemu. Oke?”
“Baiklah, sampai bertemu nanti ya. Bye.”
“Bye.”
Klik. Arya menutup pembicaraannya dengan Maruka. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan pada Maruka, salah satunya mengenai masalah kekasihnya itu dengan adiknya.
Arya melanjutkan lagi makan siang yang sedikit tertunda itu, sambil terus mengunyah ia memikirkan sesuatu, “Hemm.. jadi dia satu sekolah dengan Rissa ya? Apa mereka saling kenal?”


***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...