IDOL SCHOOL
Chapter 12
Genre : School life, Romance, Comedy
Happy Reading ^^
************_______________*************
Keluarga Bibi Hanum dan Rissa tengah
menyantap sarapan mereka diruang makan.
“Arya, nanti tolong kamu antar Rissa
kesekolahnya ya.” Pinta ibunya.
Arya menghentikan kegiatannya
menyatap nasi goreng buatan ibunya itu, “Hah? Kenapa mesti aku antar Bu?
Bukannya dia biasa naik bus sendiri.”
“Hem.. beuu..nuerr bi.” Jawab Rissa
dengan mulut yang penuh makanan.
“Hei, kamu ini perempuan. Jorok
sekali sih, kalau mau bicara berhenti dulu makannya!” protes Arya.
Rissa meneguk segelas air putih dan
membersihkan mulutnya dengan tisu. “Biarin.”
Arya menghela nafasnya dan
menggelengkan kepala.
Bibi Hanum dan suaminya tersenyum
geli melihat tingkah mereka berdua.
“Arya kamu kan akan mengantar kami
berdua ke stasiun dan arahnya sama dengan jalur sekolah Rissa, jadi setelah
kamu mengantarkan kami antarlah Rissa kesekolahnya.” Ucap Paman Aditya, ayah
dari Arya.
“Haahhh…” keluh Arya panjang, “Iya
deh iya.”
“Eh jadinya aku semobil dengan paman
dan bibi?”
“Iya sekalian kan bisa antar kami
kestasiun.” Jawab Bibi Hanum.
“Hem.. pantas saja bibi
membangunkanku pagi – pagi sekali.” Ucap Rissa dengan cengirannya.
Bibi Hanum mengangguk – angguk.
“Sudah siap semuanya?” tanya Paman
Aditya.
“Sudah…” koor mereka.
“Oke, sekarang kita jalan….” Kata
Paman Aditya semangat dengan menyetir mobil Arya.
Sesampainya di stasiun kereta,
“Arya, ingat ya pesan Ibu.” Ucap
ibunya.
“Iya Bu, Arya ingat kok.”
“Jaga rumah dan jaga adik sepupumu
itu ya Arya. Jangan diapa – apakan!” perintah ayahnya.
“Siiiaapppp..”
Rissa terkekeh geli melihat Arya
yang terlihat malas karena diberi mandat ini dan itu oleh ayah ibunya.
“Rissa, jaga baik – baik ya dirimu.
Bibi tidak akan lama kok perginya.” Ucap Bibi hanum kemudian memeluk tubuh
Rissa.
“Iya Bi. Pasti kok.” Jawabnya.
“Kalau Arya macam – macam telepon
paman saja ya.” Tambahnya.
“Siap paman.” Jawabnya lagi.
“Kena lagi aja deh.” Keluh Arya.
Mereka bertiga terkekeh.
***
Rissa hanya diam saja didalam mobil.
Saat ini mereka berdua, Arya dan Rissa sedang dalam perjalanan menuju sekolah
Rissa.
“Hei, kamu mau jadi patung saja
disitu? Membatu!” gerutu Arya.
“Memangnya mau apa lagi?” tanyanya
malas.
“Kamu menganggap apa aku ini,
supirmu?”
“Kamu merasa seperti itu? Yasudah
aku tidak memaksa.” Ketusnya.
“Aih.. anak ini.” Kesal Arya. “Hei,
kapan ayahmu akan pulang?” Arya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“Entah. Ia mengatakan padaku bulan
depan.”
“Ohh…”
Rissa tersentak dengan pertanyaan
Arya, “Apa maksudmu menanyakan itu? Kamu tidak suka aku tinggal dengan bibi?
Apa kamu ingin aku pergi secepatnya dari rumahmu?”
“Hah? Aku tidak berkata seperti itu.
Jangan berasumsi yang berlebihan.” Jelasnya sambil fokus menyetir.
“Hoooo… aku kira.” Rissa mengambil
posisi menghadap depan.
“Apa kamu merindukan ayahmu?”
“Tentu saja. Aku kan jarang bertemu
dengannya.”
“Hmmm…” sejenak Arya terdiam. “Sudah
berapa lama ya Ibumu meninggal?”
Rissa terdiam, “Sudah lama. Aku
tidak mau menghitungnya. Bagiku ibu masih bersamaku sekarang.”
Arya menoleh sebentar memastikan
raut wajah Rissa, “Maaf kalau aku menanyakan hal itu.”
“Tidak apa – apa kok. Bulan depan
Ayah akan pulang dan menjemputku sebentar untuk pergi ke makam ibu.”
“Hem..” jawab Arya mengangguk –
angguk. Ia tetap mengfokuskan menyetirnya.
“Ayahmu pasti sangat menyayangi
kalian berdua.”
“Tentu. Dan aku pun juga sangat menyayangi
mereka berdua.”
“Nah, sudah sampai.” Ucapnya saat
tiba digerbang sekolah Rissa.
“Hn? Cepat ya. Okelah kalau begitu.
Aku turun dulu, terima kasih sudah mengantarku.” Ucap Rissa sambil membuka
pintu kiri mobil Arya.
“Iya, belajar yang benar ya. Dan
jangan telat pulang sekolah.” Kata Arya.
“Heehh.. macam orang tua saja..
hahahaha..” ucap Rissa segera menutup pintu mobilnya.
“Hah apa! Heee… dasar anak itu.”
Gerutu Arya. Tatapan terhenti pada seseorang yang berjalan didepan mobilnya.
“Itu bukannya adik Maruka?”
***
Rissa melangkah kakinya menuju
kelas, ia sangkutkan kedua jemari tangannya pada tas ransel sedang yang
bergelantungan dipunggungnya. Senyum kecil milik Rissa yang saat itu masih
mengembang tiba – tiba memudar sesaat setelah melihat seseorang yang berada
dihadapannya.
Renal memandang Rissa dari kejauhan,
ia tidak mengira akan bertemu Rissa sepagi ini. Ia menghentikan langkah
sebentar sebelum ia melanjutkan langkahnya untuk menghampiri Rissa.
Rissa menelan ludahnya perlahan, ia
terdiam sesaat sebelum ia mengalihkan pandangannya kearah lain.
“Hei, apa kabarmu?” tegur sapa Renal
dengan senyuman hangatnya.
Rissa melirik sekilas, jujur ia tak
kuat menahan senyum manis milik idolanya itu. ‘Tuhan, cobaan apa ini? Datangnya
pagi sekali. Tahan Rissa, tahan. Tahan jangan sampai wajahmu memerah karena
melihat senyumannya itu’ Rissa meneguhkan dirinya.
Renal memperhatikan logat aneh
Rissa, ia mendekatkan wajahnya, “Hooiiii… aku bicara padamu!” serunya pelan.
“AH, ya!” Rissa terkejut saat ia
menoleh dan tepat wajah mereka berdekatan.
Renal tersenyum kembali, “Aku pikir
kamu tidak mendengarkanku?”
Tak kuasa menahan malu, wajah Rissa
merubah menjadi semerah tomat.
“Hn? Kamu sakit? Kenapa wajahmu
menjadi merah seperti itu?” polosnya Renal menggoda.
Rissa segera menangkup kedua pipinya
dengan kedua tangannya, “Se..sebab.. wajahmu terlalu dekat tau!” gugupnya.
“Hooooo….” Renal menjauhkan wajahnya
dan mundur selangkah.
“Hah, ada apa?”
“Hem.. aku hanya menanyakan
kabarmu?”
“Kabarku baik kok.”
“Hemm begitu ya.”
Rissa memainkan bola matanya, ia tak
ingin terus melihat kearah Renal.
“Oke, kalau begitu sampai bertemu
lagi.” Ucapnya diakhiri dengan tepukan dibahu kiri Rissa dan meninggalkan Rissa
yang terdiam bingung.
“Haaaahhh??... apa maksudnya itu?”
***
Bel istirahat berbunyi,
Yuko menyeka keringat yang
bercucuran didahinya, ia dan teman – teman sekelasnya telah mengakhiri
pelajaran olahraga hari ini.
“Nih, minum.” Tawar Mina sembari
memberikan sebotol air mineral pada Yuko.
“Ah, terima kasih.” Yuko langsung
meneguknya.
Mina menghela nafas panjang,
diselonjorkan kedua kakinya menyentuh permukaan lapangan basket disana dan
memijitnya perlahan, “Capeknya…” eluhnya.
Yuko mengangguk – angguk, disambung
dengan senyuman lebar dibibir mungilnya itu.
“Hei, kenapa kamu tersenyum seperti
itu?” tanya Mina.
“Kamu lihat didepan itu, ada laki –
laki yang aku sukai. Sangat aku sukai. Aku menyukainya melebihi siapapun.”
Jawabnya dengan mata berbinar – binar.
Mina mengikuti arah tatapan mata
sahabatnya itu, “Hooooo…. Pantas saja. Itukan idolamu.”
“Bukan sekedar idola Na, dia laki –
laki pertama yang membuat hatiku merasa hangat dan tidak karuan.” Ungkapnya
dengan terus melihat Renal yang tengah bermain basket dengan teman – temannya.
“Huuuu.. iya deh iya.” Kalah Mina.
Seorang siswi berlari kecil kearah
Yuko dan Mina.
“Hn? Ada apa kamu kesini?” tanya
Mina yang sadar dengan kedatangan anak perempuan itu.
Siswi itu berbisik ketelinga Mina
dan diperhatikan oleh Yuko. Mina membulatkan kedua matanya.
“Kamu yakin?” tanyanya memastikan.
“Ada apa sih?” tanya Yuko penasaran.
Mina menoleh sebentar kearah Yuko
kemudia beralih kembali pada siswi berambut pendek itu, “Tapi apakah ada yang
tau masalah ini?”
“Tidak. Seperti masalahnya tidak
diperpanjang.” Jawabnya.
“Baguslah kalau begitu. Oke terima
kasih atas informasinya.”
Siswi itu mengangguk dan
meninggalkan mereka berdua.
“Ada apa sih Mina? Katakan padaku.”
Paksa Yuko.
Mina mendekatkan bibirnya ketelinga
Yuko dan membisikkan sesuatu disana.
“Iishh.. gagal ternyata.” Yuko
mengepal tangannya.
***
Sam meruntuki nasibnya hari ini,
pasalnya ia dan Inka terlambat datang kesekolah membuat mereka menerima
hukuman yaitu membersihkan kamar mandi dan tidak mengikuti jam pelajaran
pertama dan keduanya.
Inka mengeluh panjang dan
menyandarkannya punggungnya disisi dinding kamar mandi bersebrangan dengan
tempat Sam bersandar.
“Hahhh.. ini semua karena kamu
Inka!” protes Sam.
“Hah? Kok aku sih?” Inka menunjukkan
wajahnya dengan telunjuknya.
“Iya, coba kalau tadi kita tidak
terlambat lebih dari 15 menit. Pasti hukumannya tidak seperti ini.” Sam menekuk
wajahnya.
“Ishh kamu ini, pura – pura lupa ya?
Siapa yang bangun kesiangan dan memintaku untuk menunggumu dihalte?” kesalnya
dengan melempar gumpalan tissue yang berada didekatnya.
“Aduh, apa sih itu kan kotor!” seru
Sam geram. “Rasakan ini” Sam melempar sepercik air bekas mengepel lantai kamar
mandi.
“Aahhhh… Sam kamu ini jorok banget
sih.” Reflex Inka menutup sebagian tubuhnya dari percikan air itu. “Kamu ini
udah salah, tidak mau minta maaf dan menyalahkan orang lain lagi. Dan sekarang
malah membuat masalah denganku.”
“Hoooo… lalu siapa yang menelponku
semalaman untuk mendengar curhatannya?” Sam kembali mengejek Inka.
Inka geram dan mengepal kedua
tangannya, “Iiihh.. tapi kan kamu yang menelponku duluan Sam, kenapa jadi aku
yang salah sih.”
“Aku hanya ingin memberitahumu, tapi
malah kamu panjang lebar cerita ini dan itu.” Ucapnya tanpa peduli.
“Iiikkhh.. kamu itu dari SMP tidak
pernah berubah, selalu menyalahkan orang lain dasar!” Inka menghentakan
kakinya.
“Hoooo.. miss Inka marah rupanya. Harusnya
aku yang marah padamu tau.” Susulnya tak mau kalah.
“Issh.. dasar bule kampung!”
“Apa? Bule kampung?” geramnya, Sam
mengambil secup air bekas pel dikedua tangannya dan disiramnya kearah Inka. “Bwahahahhaaa…”
“Kyaaaaa…..” jerit Inka melengking
dan sedikit tergagap karena wajahnya tersiram. “Ih kamu ini Sam!” Inka mencari –
cari benda untuk membalas perbuatan Sam. Ia membuka kotak sampah disampingnya
dan mengambil beberapa disana dan melempar kearah Sam. “Rasakan pembalasanku!”
“Apa ini? Ini kan bekas… eerrghhhh
kamu cari masalah denganku…” Sam menghampiri Inka dengan gagang pelnya.
Inka menahannya, “Kamu mau
berbuat apa Sam?”
“Aku akan memukulmu, karena kau
melempar tissue bekas itu padaku!”
“Kamu duluan sih yang mulai…”
belanya dengan masih menahan sergapan Sam.
“Karena memang semua salahmuu…”
“Kamu.”
“Kamu.”
“Kamu.”
“Ka…”
“Ya ampun, apa – apaan ini! Kalian berdua
sedang apa?!” seru Ibu Mira, guru BP yang tadi pagi memberi hukuman kepada Sam
dan Inka. Ia menggelengkan kepalanya, “Kalian berdua akan dihukum dengan
hukuman tambahan!” serunya dengan gaya bertulak pinggang dan wajah yang geram.
“Haaahhhhh….” Eluh panjang mereka
berdua.
***
Arya menekan beberapa tombol angka
diponselnya saat jam makan siang.
“Halo.” Sapa dari seberang.
“Ah, halo Maruka.”
“Ya ada apa Arya?”
“Apa hari ini kamu ada waktu, aku
ingin kita bertemu. Ada hal yang ingin aku tanyakan.”
“Hmm? Sepertinya hari ini aku free
setelah pulang kerja. Baiklah kita bertemu dimana?”
“Di café tempat biasa bertemu. Oke?”
“Baiklah, sampai bertemu nanti ya.
Bye.”
“Bye.”
Klik. Arya menutup pembicaraannya
dengan Maruka. Ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan pada Maruka, salah
satunya mengenai masalah kekasihnya itu dengan adiknya.
Arya melanjutkan lagi makan siang
yang sedikit tertunda itu, sambil terus mengunyah ia memikirkan sesuatu, “Hemm..
jadi dia satu sekolah dengan Rissa ya? Apa mereka saling kenal?”
***
Tbc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar