Selasa, 24 November 2015

Real Story : Lovely baby chapter 1

Lovely baby


***
Bermula tepat pada lima tahun tujuh bulan yang lalu, aku hanya seorang wanita biasa. Sebagai karyawan biasa disuatu perusahaan swasta. Aku juga hidup dikeluarga yang sangat sederhana dengan ibuku dan ketiga orang adikku. Bukan karena aku tidak memiliki seorang ayah, namun kedua orangtuaku memilih untuk pisah demi kebaikan bersama.

Keseharianku dijalani seperti kebanyakan orang biasa. Mungkin lebih banyak tanggung jawab yang aku emban ketimbang hak yang mesti aku dapatkan. Semua itu memang kenikmatan dari Allah SWT untuk kehidupanku.

Jangan ditanya tentang kehidupan pertemanan dan asmaraku. Aku memang memiliki beberapa teman, ya hanya sebatas teman. Tidak ada teman dekat, mungkin karena kesibukanku atau memang mereka yang tidak mau berdekatan denganku karena suatu hal. Tapi itu tidak masalah bagiku, karena yang utama adalah keluargaku. Bagaimana caranya agar keluargaku hidup bahagia walaupun semua hanya dengan kata cukup, tidak lebih dan tidak kurang.

***

"Bagaimana bisa tiga orang sekaligus resign dari pekerjaannya dalam waktu bersamaan?" batinku berkata dan aku terlihat seperti orang yang lugu pada saat itu. Aku dan temanku yang saat itu masih awam dengan pekerjaan baru kami, kami yang masih berusia kira - kira 20 tahun.
"Kita hanya berdua, apa semuanya bisa kita handle?" rekan kerjaku yang bermata sipit itu bertanya dengan mengangkat kedua bahunya.
"Mudah - mudahan aja." jawabku.
"Nanti kita minta bantuan dari plant pabrik kita yang lain." sela dari atasanku.

Selang beberapa waktu, dia seorang laki - laki muda yang dikirim dari plant pabrik kami yang lain ditugaskan untuk membantu kami dalam waktu tiga bulan kedepan. Dia yang lebih muda satu tahun dariku, duduk berhadapan denganku. Waktu itu tidak ada sesuatu yang terasa didalam hati ini. Ya, hanya sebatas rekan kerja. Aku memang memiliki seorang kekasih yang jauh disana, tapi hubungan kami tidak begitu bagus kala itu.

Beberapa waktu kemudian, kami bertiga adalah satu tim marketing. Bersama - sama untuk mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan.

"Kamu selalu salah kirim sms ya?" disela pekerjaanku, aku bertanya padanya yang sedang terlihat longgar dengan pekerjaannya.
"Eh? Masa sih? Maaf ya mungkin karena huruf depannya sama." cengirnya polos.
"Hmm.. Begitu? Tapi kok hampir setiap hari ya?"
"Hehehee.. Maaf gak sengaja."
Aku hanya bingung pada saat itu, tapi jujur aku senang ber-sms ria dengannya setiap malam walaupun dimulai dengan salah sms. Dengan seorang laki - laki berwajah tampan, baby face dan ramah itu.

Tak lama hari lahirku datang, tepat pada tanggal 20 April. Saat itu tepat di hari Rabu, dia memberikan ucapan selamat untukku. Bukan, bukan dia saja tapi hampir semua orang dikantorku. Senang sudah pasti, tapi ada kekecewaan yang aku dapatkan kala itu. Kekasihku yang jauh disana hanya mengucapkan via sms dan telepon, tapi memang aku tidak memintanya lebih dari itu.
"Telepon dari si dia ya?" tanyanya ketika aku menaruh kembali ponselku dibelakang mejanya. Aku menumpang men-charge ponselku disana.
Aku balas tersenyum, "hehe, iya."
"Duh senengnya ya."
Aku hanya tersenyum.
"Dikasih apa sama dia?"
"Gak ada, cuma ucapan selamat aja."
"Loh kok? Emang kenapa?"
"Gak papa, emang begitu kok. Udah biasa."
"Oohhh..."
Pembicaraan kami berhenti disana.

***

Hari ini kami makan dua meja bertiga, berbincang dan bersenda gurau bersama. Aku tak canggung dengan mereka, karena mereka teman - temanku yang baik.
Suatu ketika, hari itu saat makan siang. Aku tertegun, dia yang berwajah baby face itu memberikan sebuah jeruk padaku. Entah aku yang merasa perasaan ini berlebihan atau memang ada maksud tertentu dari pemberiannya.

Setiap hari, jika ada waktu senggang disore hari kami sering berbincang dan bercerita satu sama lain. Mulai dari cerita ringan sampai cerita masalah pribadi, entah kenapa aku merasa nyaman bercerita dengannya. Seperti ada kesamaan kejadian dalam keseharian kami. Aku lupa kala itu tengah memiliki masalah dengan kekasihku, kekasihku yang egois dan keras kepala itu membuatku semakin tertekan dengan sikapnya. Mungkin dia merasa tidak menekanku, tapi dengan apa yang dia katakan dan apa yang aku lakukan padanya sangat berbanding terbalik bahkan aku merasa tindakan dan kasih sayangku tidak ada harganya.

Temanku bercerita tentang wanita yang telah menjadi mantannya itu, meminta untuk menjalin kasih dengannya kembali. Dia meminta pendapatku, "bagaimana ya?"
"Apanya bagaimana? Kamu diselingkuhin dua kali, terus kamu mau kembali padanya? Emangnya gak ada cewe lain didunia ini apa?"
"Tapi, masih ada dua cewe lain yang nembak saya juga." tukasnya.
"Lah? Siapa?"
"Mantannya sahabat saya dan teman SMP saya yang sekarang lagi diluar negeri."
"Hemmm.. Itu sih terserah kamu. Tapi kalau kata aku mending kamu cari cewe lain jangan mereka!"
"Kenapa?"
"Ya, kok tanya aku lagi sih. Kamu diselingkuhin sama pacar pertamamu, nanti kalau kamu diselingkuhin lagi gimana? Terus mantan pacar sahabatmu, apa kamu enak hati sama sahabatmu itu? Terus dengan cewe yang ada diluar negeri sana, emangnya kamu mau nunggu sampai kapan? Sampai dia balik ke indo?" aku gemes dengan sikapnya yang tidak tegas.
"Iya, kalau saya harus tunggu kenapa enggak?"
"Jadi kamu pilih cewe yang diluar negeri sana?"
Dia mengangguk.
"Issh kamu tuh, udah nanti aku kenalin sama adek aku aja. Gak kalah cantik kok. Emang sih masih sekolah SMK, tapi gak papa lah." keluhku sedikit kesal.
"Kok sama adekmu? Emang mau sama saya? Saya kan jelek."
Aku cemberut dengan sikapnya yang lugu itu, "udah percaya sama aku."

***

"Towi, kenapa ada foto dia dihandphone aku sih?" protesku dengan temanku bermata sipit itu.
Dia hanya tertawa terbahak - bahak, hobinya memang suka bercanda apalagi orang yang dijadikan bercandaannya itu aku.
"Gak papa, buat nemenin lu kalau misal dirumah lu kangen sama dia. Hahaa.." ejeknya lagi.
"Ishhh lu itu yah, usil banget sih. Awas ya kalau dia sampai tau." ancamku.
Dia hanya menampilkan cengiran dengan mata tertutupnya.
"Kenapa sih?" tanyanya orang yang fotonya di layar ponselku.
"Eh enggak ada apa - apa." cengirku sambil menyembunyikan ponsel dibelakangku.

Malam menjelang, entah ada tarikan apa aku ingin melihat fotonya diponselku. Sesekali aku tersenyum geli melihat posenya yang tidak diduganya itu.
"Kenapa Teh?" adikku datang dan tidur disebelahku. "Itu siapa Teh?" tanyanya setelah melirik gambar yang terpampang dilayar ponselku.
"Eh, ini temen kerja Teteh. Mau gak kenalan sama dia? Lumayan tau mukanya."
"Enggak ah, mukanya kayak bapak - bapak!" komplainnya.
"Ih ini mah cuma foto aja. Aslinya cakep kok."
"Enggak mau, buat Teteh aja sana." jawabnya kemudian bangun dari tidurnya.
"Ng.. Buat aku?" tanyaku sendiri.
"Iya kan Teteh sering sms-an sama dia kan?"
"Kan Teteh udah punya pacar."
"Yang disana? Udah lupain aja, orangnya bikin Teteh nangis mulu, ngapain diterusin."
"Eh.. Kok??"
"Udah ah, Mpi pengen nonton TV dulu."
Aku termenung dengan perkataan adikku itu, memang iya sih kebenarannya seperti itu.


"Hiks hiks, kamu kenapa sih ngomongnya jahat begitu!"
"Emang bener kan, kamu yang misahin saya sama ibu saya!" marahnya.
"Aku gak ada maksud begitu, aku cuma pengen kamu bisa kerja makanya aku cariin kamu kerjaan."
"Iya tapi kerjanya jauh dan itu yang bikin saya jauh dari ibu saya. Kamu perempuan yang gak punya hati ya, gak ngerti perasaan saya."
Aku menahan sesak yang tengah meledak - ledak didada ini. "Sekarang kamu maunya apa? Aku terus yang kamu salahin."
"Aku mau putus dari kamu!"
"Putus?" tanyaku semakin sesak.
"Iya, percuma kita lanjutin juga."
Aku terdiam dan tengah berpikir kala itu, "oke aku terima. Kita putus hari ini juga." dan pembicaraan itu selesai.


Sedih ya, sedih sekali saat itu tapi tidak lama kakak angkatku mengantarku kerumah dia yang berwajah baby face itu, tepatnya rumah saudaranya karena dia menumpang tinggal disana. Hari ini katanya ada acara dilaut, kebetulan rumahnya dekat laut. Namun ketika sudah sampai, acaranya tengah selesai alhasil kami hanya berbincang - bincang saja saat itu.

Malam menjelang,
"Halo halo, suaranya gak jelas. Lagi ramai disini, ada apa?" tanyanya diseberang.
"Eh kamu lagi diluar yah. Yaudah nanti aja kalau kamu udah pulang." aku menutup sambungan teleponku.
"Hufttt.. Kenapa aku mesti telepon dia ya?" gumamku.
Tidak lama, dia menelpon balik.
"Halo?"
"Iya halo, kamu udah pulang?"
"Iya udah habisnya kamu telepon takutnya penting."
"Mmm. Gak penting juga kok. Aku cuma pengen ngobrol aja."
"Eh kenapa kok suara sedih gitu?"
"Aku baru putus sama pacarku."
"Lah kenapa? Bukannya kamu udah pacaran lama ya?"
"Iya sekitar satu tahun lebih, tapi dia yang minta putus."
"Kenapa? Itupun kalau saya boleh tau."
"Aku gak punya hati, gak mikirin perasaannya dan lain - lain. Pokoknya dia ngomongnya jahat. Aku gak suka."
"Kamu masih sayang sama dia?"
"Ng.. Gak yakin masih atau enggak. Aku gak tau. Soalnya dia udah mutusin aku lima kali ini."
"Hah lima kali?"
"Iya, tapi akunya maksa buat terusin dan akhirnya dia mau terus. Tapi kali ini aku bilang iya 'kita putus'. Aku sedih dan nyesek banget kemarin."
"Kalau menurut saya, kalau kamu masih sayang pertahanin aja. Kan katanya mau nikah juga sama dia."
"Kok ngomongnya begitu sih? Aku cerita kekamu mau minta disemangatin bukan minta disupport buat balik lagi sama dia."
"Eh, maaf ya kalau saya salah ngomong."
"Enggak kok, aku yang salah kenapa mesti telepon kamu. Padahal ini kan masalah pribadi."
"Gak papa kok, kan kita teman. Cerita aja kalau itu bikin kamu lega."
"Yaudah udah malam aku tutup dulu ya teleponnya. Oh ya tadi terima kasih ya udah diijinin main ketempatmu."
"Oh iya sama - sama."

***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...