Minggu, 29 November 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 8


IDOL SCHOOL

Chapter 8

Genre              : Romance, Komedi

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7

**********************______________________________***********************


Suasana pagi yang begitu hangat namun tidak sehangat kondisi hati Yuko, gadis blasteran jepang yang saat itu tengah duduk sendirian. Sejak kedatangannya dikelas pagi tadi, ia sudah menekuk wajahnya. Menampung separuh pipi ditangan kanannya. Pandangannya hanya terarah ke meja dimana Renal duduk.
“Hei, Yuko.” Mina duduk berhadapan dengan Yuko. “Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?”
“Hah.. entahlah.” Helanya dan memposisikan wajahnya menghadap Mina. “Hei Mina, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Wajah Yuko terlihat begitu serius.
“Hem.. apa itu?”
“Perhatikan wajahku, apa aku ini tidak menarik?” Yuko memajukan wajahnya terlalu dekat dengan wajah Mina.
Mina terkejut tiba – tiba dengan tindakan Yuko , “EH… hehehee..” cengirnya.
“Yak! Kenapa reaksimu seperti itu.” Yuko memundurkan wajahnya dan memalingkan wajahnya dengan menggembungkan kedua pipinya.
“Ah.. haha.. tidak kok Yuko.” Jawab Mina canggung, ia menggaruk belakang kepalanya dan tertawa garing (?).
“Hem? Maksudmu tidak? Apa aku tidak menarik?” Yuko mendelik tajam.
Mina sontak menjadi takut dengan tatapan tajam yang seakan menusuknya itu, “Ehhh.. bukan itu maksudku. Wajahmu menarik kok, buktinya banyak juga fans-mu disekolah ini kan.. ahahahahha..”
Yuko menghela nafasnya kasar, “Apa benar? Tapi kenapa Renal tidak melihat itu.” Ucapnya kemudian ia menunduk sedih.
‘Ah, Yuko kamu ini terkadang manja dan sangat egois, tapi saat ini kamu terlihat sangat sedih hanya karena cintamu tidak terbalas. Aku jadi tidak tega.’ Gumam Mina dalam hatinya ketika melihat temannya itu terlihat sedih.

***

Banyak murid – murid yang meluangkan waktu setelah pulang sekolah pergi ke perpustakaan untuk belajar disana. Termasuk juga dengan Rissa yang saat itu sedang berusaha mencatat semua rumus Matematika untuk ujiannya nanti, baginya sekarang waktunya untuk belajar agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Walaupun Ibunya telah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu dan saat ini ia harus jauh dari keberadaan Ayahnya, namun semangat yang ada dalam dirinya tidak akan pernah pudar. Dia memang gadis yang mandiri dan sedikit pemalu, namun dia adalah anak terbaik yang dimiliki oleh Ayahnya.
“Ehhh.. kamu ada disini juga ya Rissa?” Tanya Renal yang saat itu tidak sengaja melihat Rissa setelah ia mengambil buku terjemahan bahasa inggris.
Rissa sontak terkejut dengan suara yang ia kenal itu dan ketika berbalik Renal tengah berdiri dibelakangnya, “Eh.. Iya.” Jawabnya kaku.
Renal sekilas melihat buku yang telah terbuka setengah halaman dimeja, “Ohh.. kamu masih berusaha untuk belajar rumus Matematika ya.”
Rissa terlihat sangat malu dan wajahnya menjadi merona, “Ahh.. iya.. aku sedang berusaha untuk menghafal rumusnya. Hehe..” cengirnya.
“Hem.. baiklah kalau begitu semangat.” Renal tersenyum kecil kepadanya dan melangkah pergi dari sana.
Rissa masih tercengang dengan yang dikatakan Renal padanya, “Apa tadi dia menyemangatiku?” wajahnya saat ini sangat jelas seperti buah tomat. “Apa ini? Kenapa pipiku menjadi hangat.” Ia memenggang kedua pipinya malu.


“Haaa.. jadi Rissa ada diperpustakaan?” Tanya Inka memakan snacknya didepan kelas.
Sam mengangguk, “Sepertinya ia berusaha keras dalam ujian akhir ini.”
“Huf… Matematikanya sangat lemah yah.. kasian..” hela Inka menggelengkan kepalanya seolah – olah ia lebih pintar dari Rissa.
“Bodoh! Kelemahan Rissa hanya Matematika saja, kalau kita hampir semuanya tahu!” kepalan tangan Sam mendarat mulus dikepala Inka. Inka cemberut sambil mengelus – elus kepalanya itu.
“Kamu ini kasar sekali!!” teriaknya tanpa sadar menyemburkan sisa snack yang berkumpul didalam mulutnya.
“Yaaa… kamu ini jorok sekali Inka!!” Sam tak kalah berteriak didepan Inka dan alhasil dua sekawan ini malah bertengkar didepan kelas dan mereka menjadi tontonan murid – murid disana.

***

Beberapa hari telah berlalu,
Sinar mentari masuk kedalam sela – sela jendela kamar Rissa. Rissa masih tertidur pulas ditempat tidur, wajahnya terlihat lelah akibat dari semalam ia tidur terlalu larut. Ia harus direpotkan oleh ulah kakak sepupunya itu. Arya memintanya membantu menyalin proposal kedalam laptop karena harus dibawa seminar minggu pagi ini dengan imbalan Rissa tidak akan dapat gangguan darinya hingga akhir minggu depan.

Rissa terbangun dengan sentuhan cahaya didekat matanya, ia terduduk dan kemudian merenggangkan kedua tangan. Matanya masih setengah terpejam dan sesekali tertutup. Ia menggampai jam weker dimeja kecil itu, dilihatnya dengan sekesama. Kedua matanya membelakak lebar, “Apa? Sudah hampir jam Sembilan? Aku kan hari ini ada janji ketemu dengan seseorang! Gawat.. Argghhhh…” Rissa melompat dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.

“Kenapa kamu terburu – buru sekali Rissa?” Tanya Ibu dari kakak sepupunya itu saat Rissa turun dari tangga dengan tergesa – gesa.
“Ah, anu Bi.. aku ada janji dan aku bangun kesiangan.” Jawab Rissa yang masih merapikan rambutnya yang terurai itu.
“Hemm?? Kamu yakin akan pergi dengan berpakaian seperti itu?” Bibinya menunjukkan sesuatu yang dipakai Rissa.
Rissa masih memakai baju tidurnya selepas ia mandi dan memakai bedak tipis serta lipglossnya.
“Hah? Aku salah kostum gawat!!!!” Rissa berlari menaiki tangga dan masuk kekamarnya lagi.
Ia membuka lemari dan dengan singkat ia mengambil celana jeans panjang berwarna gelap dan kaos panjang polos berwarna peach itu. Ia mengganti pakaiannya dengan cepat dan sekilas ia melihat cermin, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan tadi. Ketika ia memegang kenop pintu ia kembali lagi kedepan cermin besarnya dan ia mengikat rambutnya keatas. “Aku rasa seperti ini saja. Hah! Sangat simple sekali. Ini kan kencan butaku yang pertama. Haisss.. sudahlah tidak ada waktu.” Rissa bergegas keluar kamar dan berpamitan dengan Bibinya itu.
Ia berlari menuju halte bus dan menunggu kedatangan bus berikutnya datang.

Sementara itu ditaman kota Inka dan Sam sudah berada disana, mereka memastikan bahwa rencana mereka akan berjalan.
“Bagaimana apakah mereka akan datang?” Tanya Inka celingukkan mencari keberadaan Rissa dan Renal.
“Tunggu saja, aku yakin mereka akan datang kok. Bukankah Renal sudah janji akan membantu kita?” jawab Sam mengunyah permen karet dan berdiri disudut pertokoan disana.
“Haaisss… Rissa itu kenapa merepotkan seperti ini sih. Kalau saja ia mau mengakui perasaannya?” eluh Inka.
“Yang repot itu kamu tahu! Terlalu ingin tahu perasaan orang lain.”
Inka terkejut akan ucapan Sam barusan, “Eh, apa aku ini terlalu ingin tahu kehidupan orang lainkah?” polosnya.
Sam mengangguk – angguk dengan mata terpenjam dan masih mengunyah permen karetnya.
“Heee.. bukankah kamu juga begitu Sam.” Delik Inka dengan mendekatkan diri kesamping Sam dan berbisik ditelinganya. Sam tersentak, ‘Kenapa dia tahu!’ umpatnya dalam hati dan tak sengaja ia menelan permen karetnya.
Sam terbatuk – batuk, “Tolong Aku.. Uhuk uhuk uhuk.. permennya menyangkut ditenggorokanku! Uhuk uhuk..”
Inka kebingungan dengan kondisi Sam, “Ah, Sam kamu tidak apa – apa?” ia menepuk – nepuk punggung Sam namun bukannya membantu malah menambah parah kondisi Sam yang saat itu tengah berusaha menelan permennya atau mengeluarkan permennya dari dalam mulutnya. Inka berlari mencari toko untuk membeli sebotol air, namun karena panik Inka malah membeli soft drink dan segera diminum oleh Sam yang kala itu tidak tau minuman yang diminumnya.
“Eh, kok dingin?” Sam merasa aneh. “Yaaa.. ini soft drink!! Aku butuh air.. Inka bodoh!!!” Sam berteriak ketika sadar Inka memberikannya soft drink berperisa jeruk itu bukan air. Inka hanya menunduk – nunduk meminta maaf pada Sam dan mereka pun menjadi tontonan orang – orang lagi saat itu.
***

Rissa tengah berlari dari halte pemberhentian bus di taman kota dan mencari – cari cafe yang disebutkan oleh Sam dan Inka kemarin. “Hosh hosh… dimana ya cafe itu?” Ia menoleh kesegala arah dan tepat diujung jalan sana, nama cafe itu terpampang jelas. “Ah, itu tempatnya.” Tunjuknya. Rissa mengatur nafas yang tersengal – sengal tadi dan merapikan baju agar penampilannya tidak terlalu buruk hari ini.

Sesampainya di cafe itu, Rissa masuk dan mencari siapa pasangan kencan butanya hari ini. “Hmm? Cafe ini masih sepi?”
“Ada yang bisa kami bantu nona?” Tanya seorang pramuniaga yang melihat Rissa hanya berdiri didepan pintu cafe mereka.
“Ah.. maaf apa sudah ada laki – laki yang datang ke cafe ini sebelum saya?” tanyanya dengan halus kepada pramuniaga itu.
“Kebetulan nona adalah tamu yang pertama datang.” Jawabnya dengan senyum.
“Ah..” Rissa mengangguk – angguk. “Apa mungkin dia belum datang ya. Hem.. kalau begitu aku tunggu saja dipojok meja sana.” Gumamku.
“Anda mengatakan sesuatu nona?”
“Ah… tidak – tidak.. kalau begitu saya duduk disana saja.” Tunjuknya malu.
“Baiklah silahkan.” Ajak pramuniaga itu mengantar Rissa kemeja pilihannya.
Rissa duduk dan segera memesan minum kemudian pramuniaga itu pergi setelah mencatat pesanan Rissa. “Huft… aku kira, aku datang terlambat.” Helanya sambil melihat jam ditangannya, “Hmm.. masih jam sepuluh kurang ternyata. Baiklah aku tunggu saja disini kalau begitu.”

Sam sudah membututi Rissa sejak dia datang dan masuk ke cafe yang telah ditentukannya itu, dibelakangnya Inka dan Renal tengah memperhatikan petunjuk atau arahan dari Sam.
“Rissa sudah duduk dimeja paling pojok menghadap kolam ikan di cafe itu.” Ucap Sam.
“Benarkah?” Tanya Inka dan dijawab anggukan dari Sam.
“Apa aku sudah boleh menemuinya sekarang?” Tanya Renal dengan gaya dinginnya itu.
“Hem.. kamu sudah boleh aku ijinkan menemuinya di cafe itu.” Sam memberikan jalan kepada Renal.
Renal hanya menghela nafasnya pelan, “Baiklah” dan dia berjalan menghampiri Rissa di cafe itu.
“Apa rencana kita akan berhasil?” Inka mendekatkan diri kesamping Sam.
“Pasti, walaupun kita harus merelakan dia berjalan bersama idola kita. Hiks hiks.” Kedua mata Sam mulai berair.
Inka memperhatikan wajah Sam yang terlihat sangat menyedihkan, “Hooii.. kamu ini berlebihan sekali! Ternyata lebih parah dariku ya. Percuma saja, kita ini bukan tipe Renal tahu!”
Sam mendelik tajam, “Kau ini jahat sekali Inka.”
“Ya memang itu kenyataannya.” Inka mengangkat kedua bahunya dan pergi meninggalkan Sam yang terlihat menyedihkan itu.
“Hoi kamu mau kemana Inka, jangan tinggalkan aku.” Sam kemudian mengejar Inka.
“Aku mau menguntit kegiatan mereka berdua.” Ucapnya.


Renal membuka kenop pintu cafe tersebut dan menemukan Rissa dipojok meja sana, ia menghampirinya tanpa Rissa tahu karena ia sedang asyik memperhatikan kolam ikan disampingnya yang hanya dibatasi jendela kaca saja.
“Hei, selamat pagi Rissa.” Sapa Renal yang sudah duduk berhadapan satu meja dengan Rissa.
Rissa menoleh kesumber suara dan ia membelakak dengan kedua bola mata yang membulat sempurna, wajahnya merona. “Renal? Kenapa kamu ada disini?” Tanya Rissa yang kala itu tengah bingung dengan kehadiran Renal.
Renal hanya menyungging senyumnya, “Apa ini sambutan untuk pasangan kencanmu?” godanya.
“Ah, apa?” Rissa tercengang dengan ucapan Renal yang menyatakan bahwa pasangan kencannya hari ini adalah idolanya. “Apa kamu bercanda?”
Renal menggelangkan kepala dan ia memajukan tubuhnya, menopang dagu ditangan kanannya. “Kamu pesan apa?”
Rissa menunduk malu dengan sikap Renal, ia memalingkan wajahnya kearah kolam. “Aku baru pesan minum saja.”
“Ah, kalau begitu aku juga akan memesan minum yang sama denganmu.” Renal memanggil pramuniaga disana dan memesan minuman yang sama dengan Rissa.
‘Bagaimana ini? Apakah ini kebetulan atau sudah direncanakan oleh Sam dan Inka? Tapi mana mungkin mereka bisa merencanakan kalau pasangan kencan butaku hari ini adalah Renal?’ hati Rissa bertanya – Tanya.
“Ada apa Rissa? Kamu terlihat aneh.”
“Ahh… tidak – tidak kok.. aku hanya kaget saja.” Rissa menenggakkan wajahnya kembali dan kemudian ia melihat ikan yang ada dikolam untuk menyembunyikan wajahnya yang seperti kepiting rebus itu.
“Apa kamu tidak senang bertemu denganku? Apa kamu tidak senang kalau aku pasangan kencanmu?’
Rissa menoleh, dia terdiam dan menatap kedua mata Renal yang kala itu terlihat hangat dari biasanya. “Maaf yah kalau sikapku menyinggungmu. Aku tidak ada maksud seperti itu.” Rissa menundukkan wajahnya lagi, “Aku.. aku.. hanya.. aku hanya tidak menyangka bisa berkencan denganmu dan sejujurnya aku sangat senang sekali.”
‘Perasaan apa ini? Kenapa dengan ucapannya aku merasa berbeda. Kenapa terasa berdebar – debar.’ Renal terdiam setelah ia sedikit terkejut dengan ucapan Rissa barusan. Renal tersenyum, “Hah.. syukurlah kalau begitu. Kalau kamu bisa menerimaku sebagai pasangan kencan buta kita pada hari ini.”
Rissa terdiam merasakan jantungnya yang berdetak sangat cepat itu, “Bagaimana denganmu? Apa kamu tidak kecewa setelah melihat siapa pasangan kencanmu hari ini.”
“Tentu saja tidak. Jika itu dirimu aku akan terima.” Jawabnya disertai senyum kecilnya.
‘Jadi dia menerimaku menjadi pasangan kencannya hari ini? Apakah aku bermimpi?’ Rissa berkata dalam hatinya, rasanya ia ingin berteriak dengan kegembiraannya saat ini. “Terima kasih ya.” Ucapnya tersenyum manis.
“Hem..” jawabnya sambil menyeruput minuman dihadapannya.
Rissa mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca itu, melihat berbagai macam ikan hias disana dan tersenyum, ‘Apakah hari ini akan menyenangkan? Selanjutnya kami akan melakukan apa ya? Ikan – ikan, apa kalian tau kalau hari ini aku merasa bahagia?’ ungkapnya dalam hati.

***

To be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...