Kamis, 23 November 2017

FF SEOKYU : Beetween Love Chapter 11





BETWEEN LOVE
Chapter XI

Tittle : Seokyu
Genre : Romance
Cast : Seo joo hyun, Cho Kyuhyun, Im Yoona, Lee Donghae, etc

Mian for typo..
Dont plagiat!!


Happy reading ^^

Previous Chap 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10


***

Suara burung kecil bernyanyi dekat jendela kamar Sulli pagi itu, ia merenggangkan kedua tangannya. “Ah pagi yang indah.” Sulli tersenyum lebar. “Terima kasih burung – burung kecil suara kalian begitu indah.” Sulli menapakkan kedua kakinya yang jenjang itu dilantai kamar tidurnya. Ia berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.

“Hn?” Sulli sontak berhenti mengunyah roti panggang buatannya dan mengambil ponselnya diatas meja. “Soo unnie? Ah dia ingin bertemu denganku siang ini.”

Di sebuah cafeteria pusat kota.
Sooyoung menundukkan kepalanya dengan maksud untuk menyembunyikan air mata yang akan segera keluar dari kedua matanya.
Sulli bangun dari duduknya dan menghampiri Sooyoung, memeluknya hingga erat. Isak tangis Sooyoung tak terbendung lagi dan membasahi sebagian baju yang dikenakan Sulli.
“Unnie kau pasti bisa menghadapinya.” Bisiknya.
“Terima kasih Sulli-ah” Sooyoung merenggangkan pelukan Sulli.
“Hem.. sama – sama unnie. Kapanpun kau membutuhkanku, aku pasti akan datang.”
Sooyoung mengangguk – angguk sambil mengusap pelan air matanya.
“Unnie..” lirihnya, “Apa kau yakin akan melupakan perasaanmu pada namja itu?”
“Ne, Sulli-ah.”
Sulli menatap nanar kakak yang disayanginya itu.

***

Yoona menyiapkan makan siang untuk mereka berdua dirumah, karena akhir pekan. Seohyun menuruni tangga dengan buku digenggamannya.
Yoona melirik kearah Seohyun tanpa berhenti kegiatan memasaknya, “Hyunie-ah, kau membaca buku sembari menuruni tangga. Nanti kau bisa jatuh.”
Seohyun menghentikan langkahnya dan melihat kearah unnienya, “Ah, mianhae Unnie.” Jawabnya dengan menutup buku dan menuruni tangganya dengan cepat.
“Aku memasak sup ayam kesukaanmu untuk menu siang ini.” Yoona tersenyum lebar.
“Benarkah? Wooaahhh aku rindu sup ayam buatanmu Unnie.” Seohyun dengan ekspresi gembiranya. Ia menghampiri unnienya dengan berlari kecil setelah menaruh buku diatas meja makan. “Hmmm sedap sekali baunya.”
“Tentu, siapa dulu yang membuat.” Bangga Yoona.
“Ne.. Nyonya Lee.” Seohyun terkekeh.
Yoona membulatkan kedua matanya dan mencubit pelan pinggang ramping Seohyun.
“Appo! Sakit Unnie.” Dielus – elus pinggangnya itu.
“Kau ini, sudah berani ya menggoda unniemu? Kajja, lebih baik kau bantu aku menggoreng tahu ini.” Pintanya.
Seohyun tersenyum gaje (?), “Ne, Unnie.” Ia mengambil alih tahu dengan tepung tempura dari tangan Yoona. Ia menggulingkan tahu tersebut ke dalam wadah berisi tepung.
Yoona bernyanyi kecil sembari mengaduk – aduk sup buatannya.
Seohyun melirik, “Hemm kau bahagia sekali hari ini Unnie?”
“Tentu saja. Siapa yang tidak bahagia jika namja yang aku cintai mengajakku menikah.”
Seohyun menggelengkan kepalanya, “Ck ck, tentu saja Donghae Oppa akan menikahimu Unnie. Dia sudah mengikatmu lama sekali. Coba saja jika kemarin aku tidak mengalami kecelakaan dan koma. Saat ini kau pasti sudah tinggal bersamanya dan menjadi nyonya Lee dirumahnya itu.”
“Hyunnie-ah, ini bukan salahmu kok. Kecelakaan itu bukan aku atau kau harapkan. Itu semua sudah terjadi, jadi tidak usah kau ingatkan lagi ya. Lebih baik kau fokus pada kuliahmu itu.” Yoona menaruh beberapa cup besar sup pada kedua mangkuk untuk dibawa kemeja makan.
“Ne, Unnie.” Ucap Seohyun. Ia menatap tempura yang berubah warna keemasan didalam minyak panas itu, ‘Kuliah ya? Aku memang harus fokus pada kuliahku yang tertinggal itu. Kenapa aku harus memikirkan namja itu.’ Gumamnya dalam hati.
Yoona melihat Seohyun melamun, “Hyunie-ah, tempuranya bisa gosong nanti. Ayo angkat!” serunya membuyarkan lamunan Seohyun.
“Ah, Ne Unnie.”

Mereka berdua makan dengan nikmatnya, diselingi dengan senda gurau ala adik dan kakak keluarga Seo itu.
“Aku sudah selesai. Ah Hyunie-ah kau harus habiskan sup itu ya.” Yoona beranjak dari kursinya dan pergi kedapur.
“Ah, iya.” Seohyun melihat semangkuk sedang sup didepannya, ‘Aku harus habiskan itu ya, padahal perutku sudah kenyang.’ Ucapnya dalam hati. Terlintas ucapan Kyu dalam pikirannya, kemudian Seohyun mengibas – ibaskan tangannya diatas kepalanya. “Ahni, ahni. Ini bukan saatnya memikirkan namja itu.”
“Hn? Namja?” Yoona sudah berada disamping Seohyun dengan irisan buah melon ditangannya.
“Yak Unnie!” seru Seohyun terkejut hingga sendoknya terpelanting.
“Bwahahahaa.. kenapa kau sampai terkejut seperti itu…” Yoona tertawa keras.
Seohyun cemberut. Ia mengambil sendoknya yang terpelanting jatuh itu. “Kau mengagetkanku saja Unnie.”
“Hem? Siapa namja yang kau maksudkan tadi?” sambungnya.
Tenggorokan Seohyun tercekat, segera ia mengambil segelas air minum dan diteguknya sampai habis. Yoona melihatnya dengan melongo. “Bukan siapa – siapa kok Unnie. Dia hanya…”
“Kyuhyun?”
“Hah?!” Kali ini Seohyun terlompat dari kursinya.
“Hahahaa.. kenapa kau ini Hyunie-ah..”
“Kau bisa membaca pikiranku Unnie?”
Yoona tersenyum nakal, “Heee… ada apa dengan namja itu?”
“Tidak ada Unnie.” Seohyun menyembunyikan wajah merahnya.
“Jujurlah padaku Hyunie-ah. Wajahmu terlihat merah seperti buah tomat.”
Seohyun menangkup kedua pipinya, “Ahniyo Unnie!”
Yoona melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap dingin kearah Seohyun.
Seohyun melirik Yoona dan menghela nafasnya pelan, “Baiklah, aku akan jujur pada Unnie.”
Yoona tersenyum dan merubah posisi duduknya.
“Begini, Kyu.. eh maksudku namja itu mengutarakan perasaannya padaku Unnie. Dia mengatakan padaku kalau dia jatuh cinta padaku. Dan terakhir ia memintaku untuk menjadi kekasihnya, tapi aku belum menjawabnya karena aku belum begitu yakin dengan perasaanku.”
Yoona mengangguk mengerti, ini sama dengan pernyataan Donghae waktu itu bahwa memang Kyuhyun ada perasaan tertentu pada dongsaengnya.
“Apa yang harus aku lakukan Unnie. Aku tidak bisa menjawabnya.”
“Hmmm… apa kau menyukainya?”
“Hmm.. mungkin, tapi sedikit. Karena dia namja yang tidak bisa ditebak.”
“Kenapa hanya sedikit? Kau ini kan sudah besar, kau tidak bisa mengukurnya sendiri?”
“Unnieee…..” Seohyun merajuk, “Aku.. aku belum begitu mengenalnya, dia datang tiba – tiba. Dan melakukan sesuatu semaunya. Terkadang dia terlihat dingin dan acuh, namun terkadang dia juga terlihat hangat. Aku tidak tau perasaan apa yang hinggap dihatiku Unnie.”
Yoona mengerucutkan bibirnya, “Kau harus memastikan perasaanmu dulu, sebelum kau memberinya jawaban.”
“Ne.. aku sedang mencobanya.”
“Jika namja itu terus berada dalam pikiran dan hatimu, tandanya kau juga cinta padanya.” Goda Yoona dengan kerlingan.
“Hah?!”

***

Sulli melangkah kakinya perlahan menuju gerbang kampus, ia masih membayangkan bagaimana sedihnya perasaanya unnienya. ‘Apakah perasaan cinta sesulit itu?’ tanya dalam hati. Tiba – tiba ia langkahnya berhenti, tatapan matanya bertemu dengan kedua mata namja yang dulu pernah hinggap di hatinya. “Minho?”
“Anneyoung Sulli-ah.” Sapa Minho dengan senyum hangat.
“Ah.. anneyoung. Kebetulan sekali ya kita bertemu lagi. Hee..” balas Sulli tersenyum gaje (?).

“Bagaimana kabarmu?” Minho bertanya pada Sulli yang kini sudah duduk disampingnya.
“Ah.. kabarku baik – baik saja. Bagaimana denganmu?”
Minho hanya tersenyum kemudian menghela nafasnya perlahan.
“Eh?? Ada apa? Apa kau tidak sehat?”
Minho menoleh kearah Sulli. “Ahni.”
“Lalu?”
“Apa kau pernah merasakan jatuh cinta pada seseorang dan seseorang itu ternyata mengkhianatimu?” tanya Minho berulang untuk kedua kalinya.
Sulli menghela nafasnya, “Apa ini mengenai Krystal?”
Minho menunduk dalam, “Sulit bagiku melupakannya Sulli-ah.”
‘Seperti aku yang dulu sulit melupakan perasaanku padamu.’ Hati Sulli bergumam. “Mianhae Minho-ya, lambat laun kau pasti akan menemukan yeoja lain yang lebih baik dari dirinya. Jadi jangan terlalu larut dalam kesedihanmu itu.”
“Tapi…”
Sulli menepuk bahu Minho kencang, “Yak! Kau ini kan laki – laki. Jangan lemah dengan hal yang seperti itu!” serunya.
Minho sedikit terkejut dengan ucapan dan tindakan Sulli barusan, “Ah, ya kau benar. Aku tidak boleh lemah.. haha”
“Fiuuhh.. mian aku terlalu bersemangat tadi. Apa bahumu tidak sakit?” tanyanya sembari memeriksa bahu Minho.
“Tidak.. aku kagum padamu.” Minho tersenyum.
“Eh,, apa maksudmu?” jelas wajah Sulli sedikit merona.
“Ahahahaaa.. aku kagum padamu. Kau tidak berubah sama sekali. Selalu bersemangat dan selalu mempunyai pikiran yang positif.”
“Ah.. itu.. hehehe”
“Jika ada namja yang menyukaimu, pasti dia akan beruntung sekali.”
“Eh. Soal itu…”
“Tapi kita masih tetap bisa berteman seperti dulu kan? Maaf aku terlihat seenaknya. Padahal kau dulu sering aku tinggalkan ketika aku bersama Krystal.”
“Ah.. berteman? Hahaa tentu saja.” Jawab Sulli kemudian roman wajah Sulli berubah sedikit sendu namun ia sembunyikan pada Minho.
“Ah, benarkah? Terima kasih Sulli-ah.”
“Ya. Sama – sama.” Jawabnya diiringi senyum kecil. ‘Ahni, jangan berharap lagi Sulli. Dia hanya ingin berteman denganmu tidak lebih dari itu. Camkan.’ Ucapnya dalam hati.
***

Donghae menyeruput teh buatannya, kemudian ia mendengar dering ponselnya berbunyi dan mengangkatnya segera.
“Yobseo.”
“Yobseo, Hyung apa kau ada diapartemen sekarang?” tanya Kyuhyun dari seberang.
“Ah, aku ada. Kebetulan tidak ada acara. Ada apa Kyu?”
“Jika kau tidak keberatan aku akan mengunjungimu Hyung. ada hal yang ingin aku minta padamu perihal masalah yang ada dikantor.”
“Kenapa tidak kita urus dikantor saja Kyu?”
“Tidak bisa Hyung, kecurigaanku mengacu kepada orang dalam diperusahaanmu Hyung. bisa saja dia mengetahui apa yang aku dan kau lakukan perihal masalah yang saat ini tengah kita hadapi.”
“Haaaa… baiklah. Aku tunggu kau.” Jawabnya.
“Baiklah Hyung. aku tutup teleponnya.”
“Hem.” Donghae menaruh ponselnya diatas meja dan lanjut meminum tehnya. “Apa Kyuhyun telah menemukan siapa dalang dibalik semua ini?” tanyanya pada diri sendiri.

Beberapa menit kemudian,
Ting tong, suara bel pintu apartemen Donghae berbunyi. Donghae segera membuka pintu dan mengajak Kyuhyun untuk masuk.
“Cepatnya kau datang Kyu.”
“Kebetulan jalanan tidak macet Hyung. boleh aku duduk disini?” Kyuhyun memilih duduk disofa panjang menghadap televisi itu.
“Ne. duduklah. Kau mau minum apa Kyu?” tawarnya berjalan kearah dapur.
“Apa saja Hyung.”
“Oke.”
Tak lama Donghae kembali dan menyajikan teh hangat untuk Kyuhyun.
“Jadi apa yang kau ingin bicaraka padaku?” tanya Donghae.
“Hyung, apa sebelumnya aku boleh menanyakan hal ini padamu. Perihal ayahmu Hyung?”
“Hah? Apa maksudmu? Apa ini berkaitan dengan ayahku?”
“Lebih tepatnya masa kepemimpinannya.”
“Hn?”
“Hyung aku butuh sebuah data yang hanya kau yang tahu.”
Donghae terdiam namun tetap menatap Kyuhyun sembari memikirkan sesuatu diotaknya.
***

Sooyoung tengah berada disebuah kafe dipinggiran kota. Yuri teman kantornya meminta untuk bertemu. Beberapa kali ia melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia pun menoleh beberapa kali kea rah pintu kafe namun Yuri belum juga datang.
“Haaahhh.. yeoja itu memang sudah biasa sekali terlambat.” Gumamnya.
Tak berapa lama seorang yeoja yang ditunggu Sooyoung dan dibelakangnya seorang namja tampan dan gagah mengekori Yuri.
“Hai Sooyoung-ah.. mianhae aku terlambat.” Ucap Yuri seketika menghampiri Sooyoung dimeja.
Sooyoung memutar kedua bola matanya kesal, “Sudah biasa sekali. Kau terlambat hampir satu jam?”
“Mwo? Satu jam?” tanyanya yang kemudian melihat jam dipergelangan tangannya, “Ah, iya.. ini semua karena ulahmu. Changmin!” tuduhnya pada namja itu.
“Hah? Aku? Kau sendiri yang terlalu lama berdandan dikamarmu.” Bela namja yang bernama Changmin itu, ya dia adalah sepupu dari Yuri.
“Heeuhhh..” kesal Yuri, kembali menatap Sooyoung.“Ahahaa..maafkan aku. Kalau begitu            hari ini akan aku traktir.”

“Jadi kalian saudara sepupu?” tanya Sooyoung setelah menyeruput kopinya.
“Hem..” angguk Yuri disusul dengan menyikut lengan Changmin.
Changmin sedikit tersentak dengan lirikan tajam yang diberikan oleh Yuri, dia menghela nafasnya, “Ah, perkenalkan namaku Shim Changmin sepupu dari wanita rakus disebelahku ini.” Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya.
Sooyoung menyambutnya dengan menjabatnya,  “Aku Choi Sooyoung, panggil saja Sooyoung.”.
“Senang berkenalan denganmu.” Ucap Changmin tersenyum kemudian melepas jabatan itu.
“Aku juga.”
“Nah, jadi mulai sekarang kalian akan berkomunikasi satu sama lain oke.” Selak Yuri yang tengah mengunyah sepotong kue coklat disendoknya.
“Hah?” Sooyoung terlihat bingung.
“Kenapa?” tanya balik Yuri.
“Dia bilang, kau mau mencari teman untuk berkencan dan aku diminta untuk menemanimu.” Changmin dengan polosnya.
“Mwo?” kedua bola mata Sooyoung membelakak, “Apa – apaan ini Kwon Yuri!” serunya.
Yuri tersenyum gaje (?). “Aku hanya ingin membantumu kok.”
“Aku kan tidak pernah bilang begitu, kau ini selalu saja seenaknya.” Omelnya sembari menimpali bahu Yuri dengan telapak tangannya dengan gemas.
“Aww, appo! Hentikan Young-ah….” Pinta Yuri.
Changmin menyeruput kopinya dan tidak memperdulikan pertengkaran yang terjadi diantara mereka.
***

Sulli mengembangkan senyumannya, perihal skripsinya telah selesai dikoreksi dan diapproved oleh dosen pembimbingnya. Setelah perjuangannya mengganti – ganti judul dan tak sedikit juga berlembar- lembar kertas terbuang percuma karena selalu dicorat – coret oleh dosennya.
“Wuuuhuuuu… aku bahagia sekali hari ini. Langitnya cerah sekali… ahhh…” ucapnya berjalan riang.
“Sulli-ah..” panggil Seohyun dari belakang.
Sulli berhenti dan menoleh kebelakang, “Seohyun?”


“Selamat ya. Akhirnya kau diluluskan juga oleh dosen killer itu.” ucap Seohyun sembari mengenggam sekaleng soft drink.
Sulli menanggapinya dengan senyum kecil.
Merasa aneh dengan sikap Sulli, Seohyun bertanya - tanya. "Ada apa Sulli-ah?"
Sulli menoleh kearah Seohyun dan menatapnya, "Seohyun ada hal yang ingin aku katakan padamu. Perihal unnieku dan namja yang dicintainya."
Seohyun mengernyitkan dahinya.
"Sooyoung unnie jatuh cinta pada seorang namja sejak ia berusia remaja. Namun rasa cintanya itu tak terungkapkan sampai ia berpisah dengan namja itu. Ia kira seiring berjalannya waktu perasaannya akan pudar namun ketika ia bertemu dengannya kembali rasa cintanya itu masih utuh. Soo unnie berharap namja itu ingat padanya, namun diluar dari perkiraan bahwa ternyata namja itu melupakan Soo unnie. Jangankan mengucapkan kata halo, menoleh kearahnya pun tidak. Sikap hangatnya dulu pada Soo unnie berubah sangat dingin. Namun karena Soo unnie adalah orang yang berpendirian keras, ia tetap dengan keputusannya untuk membuat namja itu memaafkan tindakannya dulu dan mencintai dirinya."
"Memaafkan tindakan unniemu dulu? Memangnya Soo unnie melakukan apa?" tanya Seohyun memotong.
"Karena pekerjaan appa. Jadi mereka pindah rumah. Di saat hari terakhirnya dirumah, Soo unnie tidak mengatakan apapun pada namja itu. Dengan kata lain ia meninggalkan namja itu dalam diam. Padahal yang kudengar Soo unnie adalah satu - satunya teman terdekat namja itu."
Seohyun mengangguk pelan, "Lalu bagaimana hubungan mereka sekarang?"
"Aku sangat sedih melihat unnie saat ini. Ia memutuskan untuk melupakan cintanya. Sejak ia tau bahwa ada seorang yeoja lain yang dicintai namja itu." Tatapan mata Sulli sedikit sendu dan Seohyun yang melihatnya pun ikut bersedih.
Sulli menghela nafasnya panjang, "Kau tau siapa namja yang ku maksud itu?" tanyanya pada Seohyun.
Seohyun menggeleng kepalanya pelan.
"Cho Kyuhyun. Kita pernah bertemunya sekali ditempat unnieku bekerja. Dan dia adalah namja yang belakangan hadir dalam pikiranmu kan Seohyun-ah."
Tenggorokan Seohyun tercekat, 'Apa?'
Sulli menyunggingkan senyumnya, "Aku tau reaksimu pasti akan seperti ini."
"Mi..mianhae Sulli-ah...aku..."
"Bukan salahmu. Kau tak perlu meminta maaf padaku ataupun unnieku."
"Tapi..."
"Pertama memang semua salah unnieku dan namja itupun berhak mengambil sikapnya seperti apa terhadap unnieku. Dan diapun berhak mencintai siapa saja."
Seohyun terdiam, entah sepatah katapun tidak bisa keluar dari mulutnya. Dia terlalu shock mendengar semua cerita Sulli.
"Aku tidak ada maksud untuk menyakiti atau menyinggung perasaanmu Seo-ah. Aku hanya ingin melepas semua yang terganjal dalam hatiku ini. Rasanya sangat sesak jika aku menyimpannya sendiri. Walaupun aku sudah berusaha."
Seohyun perlahan menghampiri Sulli dan memeluknya, "Aku minta maaf.. Padamu dan kakakmu."
"Bodoh! Sudah kubilang ini bukan salahmu." seru Sulli.
"Tetap saja, aku tidak peka terhadap sahabatku sendiri." ucap Seohyun melepas pelukannya dan mengukir senyum untuk Sulli.
Sulli membalasnya.

***

Yoona meminta Taeyeon untuk menemaninya memilih gaun pernikahannya nanti. Ia bertemu disebuah butik pakaian pengantin.
"Kau sudah memilihnya?" tanya Taeyeon.
Yoona yang masih sibuk memilih dengan dua gaun dikedua tangannya, "Menurutmu aku lebih cocok pakai yang mana? Kiri atau kanan?"
Taeyeon melihatnya dengan seksama, gadis bertubuh mungil nan tegas itu menunjuk gaun disebelah tangan kanan Yoona.
"Kau yakin?"
"Kau tanya aku kan?"
"Apakah ini tidak terlalu terbuka?"
"Ah.. Ya sudah yang satu lagi saja."
"Ini?"
"Ya."
"Apakah ini tidak terlalu pendek? Lihatlah bagian depannya terlihat pendek sekali walaupun belakang gaunnya panjang."
Taeyeon memutar bola matanya dan menghela nafas, "Jadi?"
"Aku akan memilihnya kembali." ucap Yoona tersenyum gaje (?).
"Haisshhh .." keluh Taeyeon.


Beberapa lama kemudian mereka berdua berpindah tempat,
"Lain kali kalau kau meminta bantuanmu memilihkan baju, aku akan menolaknya mentah - mentah!" seru Taeyeon kemudian dengan segera dia menghabiskan minumannya.
Yoona melongo, "Ah..hahaha... Mian, aku terlalu merepotkanmu ya hari ini."
Delik mata tajam Taeyeon, "Jika kau bukan sahabatku, sudah kutenggelamkan kau kedasar laut."
Yoona bergidik ngeri, "Hey, itu seram sekali. Aku jadi merinding.."
"Hah.. Kenapa tidak fitting baju dengan calon suamimu saja sih?"
"Ah, dia tiba - tiba tidak bisa hari ini karena ada urusan mendadak mengenai pekerjaannya."
"Gila kerja sekali."
"Ya sedikit mirip denganmu. 'Gila kerja'" Yoona mengutip dua jari pada kedua tangannya disamping kepalanya.
Taeyeon membulatkan kedua matanya, "Hah? Awas ya kau Seo Yoona!" 

***

Seohyun datang ke tempat kerjanya untuk bertemu dengan sang pemilik. Ia mengundurkan diri dari kerja paruh waktu demi fokus pada kuliahnya kali ini.
Seohyun sudah berjanji pada dirinya bahwa ia tidak akan membuat kakaknya kecewa dan membuktikan ia akan lulus cepat dalam 2 tahun ini.

'Klontang' pintu kedai kopi itu terbuka. Seohyun menarik nafas panjang. "Satu persatu harus kuselesaikan... Termasuk urusan dengan namja yang bernama Kyuhyun itu." gumamnya.
"Kau memanggilku?" tanya suara yang sangat familiar ditelinga Seohyun.
Seohyun menoleh kesumber suara, "Kau.."
Kyuhyun menyunggingkan senyumnya pada yeoja yang dicintainya itu.

Saat ini mereka berdua tengah duduk berhadapan didalam kedai tempat Seohyun bekerja.
"Apa kau mengikutiku?" selidik Seohyun.
"Ck. Memangnya aku tidak ada kerjaan mengikutimu." balas Kyuhyun cuek.
"Cih.." cibir Seohyun kesal.
"Hanya kebetulan lewat sini dan aku ingin mampir minum kopi disini. Namun malah bertemu denganmu dan kebetulan kau menyebutkan namaku kan?"
Seohyun mendelik tajam tak suka.
"Hem.. Kau merindukanku ya?"
"Mwo? Ahni. Siapa juga yang merindukanmu."
Kyu tersenyum jahil, "Apa jawabanmu?"
Seohyun terkejut dengan pertanyaan yang tiba - tiba terlontar dari Kyuhyun. "A..aku..." Seohyun teringat cerita Sulli barusan mengenai hubungan Kyuhyun dan kakaknya Sulli. "Aku menolakmu." jawabnya tegas.
Kyuhyun terdiam, "Kau yakin?"
Seohyun mengangguk pasti.
"Apa alasanmu menolakku?"
"Hah? Haruskah ada alasannya?"
"Ya."
Seohyun menghela nafasnya, "Sudah jelas karena aku tidak punya perasaan apapun padamu."
"Aku tidak percaya."
"Mwo?"
"Jawablah dengan jujur."
"Haaahhh..... Baiklah. Sebenarnya... Aku... Aku tidak tahu. Pokoknya aku menolakmu!" seru Seohyun.
Kyuhyun mengernyitkan dahinya, "Hey, jawaban macam apa itu."
"Kenapa kau memaksa sih. Memangnya begini ya sikapmu. Selalu seenaknya, tak melihat sisi orang lain hah? Selalu mengabaikan bahkan tidak mau tahu hah?!"
"Kau ini bicara apa sih?"
"Hey Tuan Cho! Jawabanku sudah bulat. Bahwa aku tidak punya perasaan apapun padamu. Lebih baik kau cari wanita lain saja atau kau coba kembali pada wanita yang mencintaimu."
"Hn? Wanita yang mencintaiku? Siapa?"
"Kau tak tahu? Teman kerjamu sendiri bahkan teman terdekatmu dulu. Choi Sooyoung unnie."
"Sooyoung?"
Seohyun terperangah, ia kelepasan bicara dan menyebut nama yeoja itu didepan Kyuhyun.
"Kau kenal dengannya? Darimana kau tau kalau dia mencintaiku?"
"Dia.. Dia kakak sahabatku. Aku tau darimana itu bukan urusanmu. Dan sekarang lebih baik kau tidak bersikap egois Tuan Cho." Seohyun beranjak pergi dari tempat duduknya sebelum ditahan oleh Kyuhyun, "Apa lagi?"
"Kau bilang aku egois?"
"Tentu saja. Kau bersikap acuh seolah kau tidak mengenalnya. Kau bahkan tidak ingin tahu alasan dia meninggalkanmu. Kau menganggapnya tidak ada begitu juga perasaannya padamu. Apa itu bukan egois namanya?"
"Jika kau tidak tahu titik permasalahannya dimana? Jangan berasumsi sendiri." tukas Kyuhyun sembari melepas tangan Seohyun. "Perasaanku padamu tidak ada hubungannya dengan dia. Aku akan menunggu jawaban aslimu." ujarnya kemudian berlalu meninggalkan Seohyun lebih dulu.
Seohyun termangu dan duduk kembali dikursinya.

***
Tbc

Selasa, 14 November 2017

FF V-Eunha (BTSxGFriend shipper) : HUG ME


Hug Me


Type : Oneshoot
Tittle : FF Kim Taehyung (V BTS) - Jung Eun-bi (Eunha Gfriend)
Genre : Drama, Romance

Story real made me.. And dont plagiat.
Happy reading ^^

***

"Maafkan aku Oppa. Lebih baik hubungan kita sudahi sampai disini. Dan jangan mencariku, selamat tinggal."

Suara lembut nan tegas itu masih terngiang jelas ditelingaku sampai saat ini. Aku tak bisa mengendalikan kesedihan hatiku, aku bertahan di malam gelap dan tak tidur.
Tanpa melihatkan keputusasaanku, pagi yang mau tak mau membangunkanku.
Luka hati yang masih membakarku, sakit hati yang semakin dalam, malam yang tak terhitung untuk mencoba membencimu bagaikan neraka untukku.
Aku ingin tetap tinggalah disampingku, tetaplah denganku,
jangan lepaskan aku.
Jika kau pergi selangkah menjauh seperti ini, aku hanya bisa mengambil selangkah lagi dan itu sudahlah cukup.
Ribuan kali dalam satu hari yang kuulangi untuk mengingat rupamu. Kata yang kau katakan padaku tak termaafkan, serta tatapan dan ekspresi yang dingin.
Jangan seperti ini padaku, ini sungguh menyiksaku.

***

Februari 2015,
"Taehyung Oppa!" panggil gadis mungil yang saat ini resmi menjadi kekasihku. Ia berlari kecil menghampiriku ditepi sungai Han.
Aku berdiri menyambut kedatangannya, "Jangan berlari nanti kau jatuh."
Dia tersenyum kecil, "Tidak akan. Mianhae aku terlambat datang." nafasnya yang masih tersengal disusul senyum kecil dibibirnya.
"Tidak apa." aku mengelus lembut kepalanya. Rambutnya yang panjang yang sangat kusukai. "Hn? Apa itu?"
"Oh. Ini untukmu Oppa." kantung plastik putih yang dijinjingnya diberikan untukku.
Aku menerima dan membuka isinya, "Apa ini? Cake?"
"Selamat ulang tahun Oppa. Walaupun sudah lewat dua bulan lalu, tapi aku sudah berniat jika gaji pertamaku akan kubelikan kau cake dan hadiah ulang tahun. Kau ingat?" ucapnya.
"Ah... Ya aku ingat. Ya ampun kau ini.." aku tertawa geli. "Gomapta."
"Ne." ia merogoh tas kecilnya, "Dan ini untukmu lagi Oppa."
"Hn?"
"Ini adalah sarung tangan untuk menghangatkanmu ketika musim dingin. Aku sering lihat kau selalu mengabaikan kedua tanganmu saat itu." celotehnya sembari memberikan sepasang sarung tangan bermotif bintang kecil berwarna navy.
"Ah.. Terima kasih. Ini bagus sekali, pasti nanti akan aku pakai."
"Ya kau harus pakai. Hehehe." tawanya. Ia mendudukan diri dikursi yang menghadap kearah sungai.
Hari memang sudah gelap, namun cahaya bulan yang menyinari malam saat itu tak memudarkan kecantikan gadis yang aku cintai sejak setahun lalu ini. Aku tersenyum melihatnya.
"Bagaimana kabarmu Oppa?" tanyanya.
"Kau lihat sendiri, aku sangat sehat."
"Ah.. Maksudku kuliahmu Oppa dan kerja magangmu."
"Oh.. Itu..." aku menggaruk kepalaku yang tak gatal itu.
Dia melihat kearahku, "Oppa jangan kau sia - siakan apa yang sudah orangtuamu perjuangkan hingga kau bisa kuliah seperti ini. Oke."
Aku mengangguk - angguk, "Bagaimana pekerjaan ditempatmu. Nyamankah?" aku mengalihkan.
"Hemm. Kau mencoba mengalihkan ya Oppa." sindirnya terkekeh.
"Ketahuan ya. Hehehe."
Dia masih terkekeh geli, "Aku sangat kerasan disana Oppa. Pemilik cafenya sangat baik padaku dan semua karyawannya."
"Syukurlah."
"Aku harap suatu saat aku bisa meneruskan sekolahku ke perguruan tinggi seperti Oppa. Tapi sebelumnya aku harus membantu ibuku mengurus semua biaya pengobatan adikku." ucapnya kemudian sendu.
Aku memeluknya, berharap keberadaanku saat ini sedikit membantunya. Membuatnya tenang dan akulah satu - satunya sandara semua keluh kesahnya. "Mianhae aku tidak bisa membantu banyak."
Dia melepas pelukanku, "Tidak Oppa. Kau tidak perlu repot - repot memikirkannya. Kau ada disampingku saja, aku sudah bahagia."
Aku tersenyum padanya, dia memang gadis sederhana yang pantas untuk dicintai.


Mei 2015,
Aku bergegas pergi, setelah aku menyelesaikan tugas akhirku. Aku berencana akan lulus ditahun ini, aku mengambil tahun sarjana lebih cepat.
Tepat hari ini, tanggal 30 mei adalah hari ulang tahun Jung Eunbi, gadis yang kucintai. Ya, aku berencana membuat kejutan untuknya dengan datang tanpa sepengetahuannya di cafe tempatnya bekerja.
"Sekarang pukul 9, satu jam lagi jam kerjanya selesai." ucapku setelah melihat jam dipergelangan tanganku. 
Aku tak kuasa menahan rasa bahagiaku. Aku penasaran bagaimana reaksinya saat ini dan saat dimana aku memberikan hadiah untuknya. Aku memang sengaja sudah beberapa hari lalu tidak menghubunginya dan menolak menerima setiap panggilan darinya. 
Mungkin wajah cemberutnya menghiasi dihari spesialnya ini. Aku terkekeh geli, aku menutup kepalaku dengan sebuah topi dan memakai kacamata tak lupa aku memakai coat panjang berkerah. Sengaja aku menutup sebagian wajahku dengan kerah coat yang kupakai, ya aku menyamar.
Aku memasuki cafe tersebut, mencari tempat agak jauh dari penglihatannya.
"Ini menunya. Silahkan." seorang waiter memberi selembar kertas menu padaku.
"Ah aku pesan kopi saja."
"Ah baiklah. Mohon ditunggu."
Aku mengangguk, dari kejauhan aku melihatnya tengah melayani pelanggan. Ah dia masih bisa tersenyum rupanya, apakah itu asli. Lagi lagi aku terkekeh dibalik kerah coatku.
"Ini kopinya tuan. Silahkan dinikmati." 
"Hem. Kamsahamida."
Waiter itu mengangguk dan pergi.

Satu jam berlalu,
Eunbi terlihat berpamitan dengan teman kerjanya. Ia mendorong pintunya perlahan, ada kelelahan yang terlihat dari bahasa tubuhnya.
Aku sudah menunggunya diluar cafe.
Dia berjalan melewatiku sambil bergerutu.
"Apa - apaan Taehyung oppa. Dari beberapa hari lalu susah dihubungi. Ditelepon selalu saja direject. Apa sesibuk itu hufftt..." ia menendang kerikil kecil didepannya dengan kesal. "Bahkan dia tidak ingat hari ini adalah hari ulang tahunku. Kalau bertemu aku akan buat perhitungan dengannya. Awas saja kau.." desisnya.
Aku berlari kecil kearahnya dan aku memeluknya dari belakang.
"Kyaaa... Siapa kau.." berontaknya.
"Appo!!" aku meringis kesakitan pasalnya ia menyikut perutku dengan kencang.
Dia tengah mengambil ancang - ancang ingin melawan, "Heh, siapa kau? Beraninya padaku!"
Aku berdiri masih dengan memegang perutku dan segera aku membuka topi dan kacamataku.
Dia memposisikan dirinya seperti biasa, "Oppa?" lirihnya.
Aku tersenyum padanya, "Reflekmu bagus juga."
Dia mengerucutkan bibirnya dan membalikkan tubuhnya membelakangiku. "Untuk apa kau disini, bukannya kau sibuk. Kau selalu menolak panggilan teleponku."
Aku terdiam dan mengerti bahwa dia akan merajuk seperti ini, "Bukankah kau bilang akan membuat perhitungan denganku saat bertemu?"
Dia terdiam.
"Maaf.. Aku datang menemuimu untuk mengucapkan selamat hari ulang tahun eunbi-ku sayang.. Maaf sekali lagi jika aku sengaja mengabaikanmu akhir - akhir ini karena memang itu rencanaku. Kekekkee.." aku menunggu reaksinya tapi dia hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
"Benar, aku akan membuat perhitungan denganmu Oppa!" ia membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat kearahku dengan kepalan tangan serta wajahnya yang memerah kesal.
Aku pasrah dan menyambut kemarahannya namun.
'Grep' dia memelukku erat dan isak tangisnya pecah dipelukanku. Aku membalas pelukannya.
"Kupikir kau benar - benar melupakanku Oppa. Hiks.."
"Aku tidak mungkin lupa. Ini kan hari spesialmu."
Dia melepas pelukannya, "Lain kali akan kuhajar habis - habisan kau Oppa." ucapnya disusul dengan senyum kecilnya.
"Hehehe.." kuhapus air matanya dan membelai kepalanya. Kukesampingkan beberapa helai rambut yang keluar dari ikat rambutnya, "Semoga ditahun ini kau mendapatkan apa yang kau harapkan."
Dia tersenyum, "Ne Oppa. Semoga semua yang ku harapkan bisa terkabul." 
Aku menatap kedua bola matanya yang indah, "Aku akan selalu ada untukmu karena aku sangat menyayangimu."
"Ne, aku tau itu Oppa. Aku juga sayang padamu."
"Ah. Hampir lupa. Tunggu sebentar." aku merogoh saku coatku dan memberikan kotak kecil untuknya.
"Ini apa?"
"Bukalah. Mudah - mudahan kau suka."
Dia membulatkan matanya, "Ah kalung ini kan?"
Aku mengangguk.
"Ini kalung yang waktu itu aku incar untuk dibeli."
"Ne. Aku sengaja membelinya untukmu."
"Ah gomawo Oppa." ia sangat senang sekali.
"Mari aku pakaikan." tawarku.
Dia membalikkan badannya dan mengangkat rambutnya sedikit keatas.
"Sudah."
"Wah cantiknya. Ini benar - benar bagus Oppa. Gomawoyo.." ucapnya kemudian memelukku kembali.
"Sama - sama. Untukmu apapun itu akan kuberikan." 
Dia melepas pelukannya dan tersenyum padaku. Aku membalas tersenyum padanya, menatap intens pada kedua matanya. Perlahan aku mendekatkan wajahku kearahnya, dia memejamkan mata dan 'chu~' aku menciumnya dengan lembut.

***

Januari 2016,
Suasana berkabung menyelimuti kediaman rumah Jung Eunbi. Tak disangkan adiknya yang menderita penyakit leukimia telah dipanggil ke sisi-Nya.
Aku menatapi gadis itu, gadis yang berupaya untuk terlihat kuat dihadapan ibunya namun hatinya hancur berkeping - keping. Aku ingin memeluknya erat, memberikan semua yang kupunya sebagai sandaran hidupnya.
Dia berjalan kearahku, "Oppa.. Kau sudah lama disini. Apa kau tidak lelah?" tanyanya.
Aku menggeleng, "Aku akan menemanimu hingga acara pemakamannya selesai."
Dia menunduk dan menyandarkan kepalanya didadaku. Bahunya terlihat naik turun, dia menahan tangisnya sejak tadi. Aku menepuk bahunya memberikan kekuatan. 
"Uljima..."
"Aku bukan kakak yang baik Oppa. Aku menyesal kenapa aku tidak bisa membantu kesulitannya. Kenapa bukan aku saja yang menderita penyakit itu.. Kenapa Oppa?"
Dia terus saja menyalahi dirinya sendiri.

Pertengahan Maret 2016,
Aku meminta Eunbi untuk bertemu disebuah restoran dekat tempat kerjaku. Ada hal yang harus aku sampaikan padanya.
"Oppa ada apa kau memintaku untuk bertemu disini?" tanyanya.
Aku mengigit bibir bawahku, menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan.
"Oppa.. Jangan membuatku khawatir, ada apa? Sesuatu terjadi padamu?" ucapnya menepuk bahuku.
"Tidak. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu."
"Ya?"
"Eunbi-ah... Beberapa bulan kedepan aku ditugaskan ke Busan oleh atasanku. Ia memintaku mengawasi proyek yang berjalan disana. Aku harus ikut karena status sebagai karyawan magang masih tertera padaku. Jadi..."
"Huffff... Kukira ada sesuatu hal buruk terjadi." ia terlihat lega.
"Eh, tapi nanti kau akan sendiri disini."
"Tenang saja Oppa, kau tak khawatir. Aku kan bersama ibuku dan teman - teman disekililingku. Jadi jangan khawatirkan aku." ucapnya mencoba menenangkanku.
"Benarkah kau tak apa?"
"Tentu saja." ia tersenyum, "Asal kau tetap setia padaku."
"Itu sudah pasti." aku mengacak - acak rambutnya gemas.
"Isshhh Oppa rambutku jadi berantakan kan!" omelnya.

Awalnya berjalan lancar, komunikasi antara aku dan Eunbi tak ada masalah. Sampai suatu ketika aku mendapati banyak misscall darinya. Saat itu ponselku tertinggal dimeja kerja, aku mencoba menghubunginya kembali namun tidak tersambung. Mungkin karena sinyal sedang bermasalah.
Saat aku mencoba keluar ruangan mencari sinyal tiba - tiba ponsel yang kupegang tersenggol seseorang dan terpelanting jauh hingga akhirnya tertindih oleh tumpukan dus berisi material - material berat.
"Ah. Haissshhh..." gerutuku.

"Bagaimana apa ponselku bisa diperbaiki?" tanyaku pada pemilik toko ponsel.
Ia mengeceknya, "Bisa tapi saya butuh waktu agak lama. Karena terlihat kerusakannya lumayan berat." jawabnya.
Aku mengernyitkan dahi, bukan pada kerusakan ponselku tapi kepada keadaan Eunbi. Tidak biasanya ia menelpon sebanyak itu diwaktu yang sama.
"Bagaimana?"
"Baiklah. Butuh berapa lama?"
"Satu minggu."
"Satu minggu?!"
"Ya."
"Ah..  Baiklah. Nanti aku akan mengambilnya minggu depan kesini."

Aku berjalan gontai ditepi jalan, pikiranku selalu terbayang dengan Eunbi. Bodohnya aku tak hafal nomor ponselnya. Apa sesuatu terjadi padanya?

***

Mungkin saat itu adalah hari kesialan untukku. Ponselku memang sudah diperbaiki tapi memori dan data kontak diponsel semua terformat.
Aku memukul pintu kamar sewaku, kesal yang aku rasa. Aku harus bagaimana? Aku belum bisa kembali ke Seoul saat ini. Masih beberapa bulan lagi, aku berharap Eunbi akan menghubungiku kembali.

Aku menunggu telepon masuk darinya, sejak sebulan lalu aku menerima misscall darinya. Rasa gelisah terus melanda pikiranku, lagi - lagi aku hanya bisa terdiam.

Agustus 2016,
Aku kembali ke Seoul setelah hampir 5 bulan aku ditugaskan di Busan. Aku berencana pergi mengunjungi Eunbi dirumahnya namun yang kutemui bukan Eunbi.
"Maaf anak muda, tapi nyonya Jung dan anaknya sudah pindah dari sini dua bulan yang lalu."
Aku terkejut mendengarnya, "Ah bibi tau dimana alamatnya?"
"Ah aku dengar kalau tidak salah mereka pindah ke Itaewon."
"Itaewon?"
"Ya. Tapi tepatnya dimana aku tidak tau. Ah, mungkin didekat tempat perbelanjaan. Ya ya aku sedikit mendengar pembicaraan mereka. Sepertinya mereka ingin membuka usaha disana. Mungkin saja."
"Ah terima kasih bibi."
"Ne."

Aku mengambil cutiku selama satu minggu dan berencana pergi ke Itaewon mencarinya. Selama dua hari aku berkeliling ke Itaewon tepat didaerah perbelanjaan tapi aku tidak menemukan gadis yang kucintai itu.
Sebelumnya aku pergi ke cafe tempatnya bekerja dan ada satu berita yang pertama kudengar dari manajernya. Ibu Eunbi mengalami kecelakaan serta mengalami kebutaan permanen dan rumah milik ibunya dijual untuk biaya pengobatan dirumah sakit. Eunbi mengundurkan diri dan mengatakan bahwa ia akan pindah ke kota lain. Nomor ponsel Eunbi yang kudapat dari teman kerjanya sudah tidak aktif.
"Ah... Lelahnya.. Aku beli air minum dulu. Kebetulan ada minimarket diseberang jalan." aku bergegas kesana.
"Terima kasih atas kunjungannya, semoga datang kembali." aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku. 
Aku perlahan menghampiri gadis dikasih itu dan ternyata, "Eunbi... Jung Eunbi."
Dia menoleh dan terkejut melihatku, "Taehyung Oppa?"


Kami saling diam dan canggung. Bahkan bibirku terasa kaku didepannya.
"Mianhae Oppa."
Aku menoleh kearahnya, "Kau..."
"Aku tak memberitahumu sebelumnya. Bahwa aku pindah kekota ini. Dan nomor ponselku aku ubah."
Aku menunduk, "Aku juga minta maaf saat kau menelponku waktu itu, aku tidak tau apa yang terjadi padamu. Tapi sungguh waktu itu aku menelponmu balik tapi sinyalnya sedang susah disana apalagi ponselku mengalami kerusakan jatuh dan tertindih benda berat dan..."
"Sudah tidak apa Oppa. Aku mengerti." potongnya.
"Eunbi, maafkan aku.."
"Tidak perlu minta maaf Oppa. Sekarang aku dan ibuku sudah baik - baik saja. Jangan khawatir."
"Tapi Eunbi kau tau aku selalu gelisah memikirkan keadaanmu. Apakah kau baik - baik saja? Selama berbulan - bulan tanpa kabar darimu dan aku tidak bisa mengingat nomormu..."
"Oppa.. Sudahlah jangan menyalahkan dirimu lagi. Kubilang aku mengerti.. Sebenarnya aku juga sudah menunggumu untuk mengatakan hal ini."
Aku menatap kedua matanya, wajah sendu yang ia sembunyikan dibalik ketegarannya dan kata - kata yang tak aku bayangkan sebelumnya. Terdengar menyakitkan ke dalam hatiku.
"Maafkan aku Oppa. Lebih baik hubungan kita sudahi sampai disini. Dan jangan mencariku, selamat tinggal." lalu ia pergi begitu saja tanpa menghiraukanku.

***

Desember 2016,
Kembali saat dimana aku masih selalu teringat kenangan kita. Saat aku menjadi kakak kelasmu, kau gadis kecil dan bertubuh mungil berani melawan preman sekolah. Saat kau membantu temanmu saat ia dibully oleh kakak kelas karena penampilannya yang buruk. Kau selalu terlihat istimewa dihadapanku, gadis kuat nan tangguh yang patut untuk disukai semua orang. Kau yang telah membuat Kim Taehyung pemuda yang awalnya tidak peka dengan seorang gadis, jatuh cinta padamu.

Aku pergi kesebuah cafe untuk menenangkan pikiranku.
"Ah kau bukannya Kim Taehyung kan?" seseorang menyapaku.
Aku mendongakkan kepalaku. "Ah ya."
"Aku Yerin, teman kerjanya Eunbi. Bagaimana kabarnya apakah dia baik - baik saja?"
Aku terdiam, "Ah.. Aku..."
"Kalau kau bertemu dengannya aku menitipkan ini."
"Apa ini?"
"Ini album yang mau ia beli. Waktu itu kehabisan, kebetulan sepupunya membeli lebih dari satu dan aku memintanya untuk Eunbi. Terakhir kali aku bertemu Eunbi saat ponselnya jatuh kesungai dihari terakhirnya bekerja. Rencananya akan kuberikan saat ulang tahunnya, tapi karena masih terlalu lama dan dia keburu pindah jadi kuputuskan untuk memberikannya. Namun karena kecerobohanku aku lupa bawa album ini."
Aku masih terdiam,
"Hey, kau mendengarku tidak?"
"Ah ya. Aku dengar kok."
"Minggu lalu aku mendapat telepon darinya melalui pak Manager. Kemudian dia memberikan nomor ponselnya padaku. Hmmm aku turut berduka ya atas dirinya."
"Hem? Ada apa?"
"Kau tak tau?"
Aku menggeleng.
"Jangan bilang kalau Eunbi menyembunyikannya darimu."
"Sembunyikan apa?"
Dia terdiam..


- tok tok -
"Tunggu sebentar.." suara yang tak asing bagiku terdengar dari dalam rumah.
Pintu terbuka dan wajah setengah baya yang kukenal itu nampak kaget melihatku, "Kau Kim Taehyung?"
"Halo Nyonya Jung. Apa kabar?" aku menyapa dan menundukkan tubuhku didepannya. 'Hn? Ada yang janggal. Bukankah ibunya buta?'

Nyonya Jung membukakan pintunya untukku masuk, perlahan ia memundurkan dirinya dan membiarkan aku bertemu dengan anak semata wayangnya itu.
Dia gadis yang aku cintai sampai saat ini, duduk manis dibalkon kamarnya sembari mendengarkan musik disebelah telinganya.
Dia menyadari kehadiranku, "Eomma apa itu kau?" tanyanya. Ia membalikkan tubuhnya, memegang sebuah tongkat kayu. Ia berjalan sambil mengetuk - ngetuk lantai kamarnya dan sebelah tangannya merambat didinding.
Tak terasa air mataku memaksa keluar tak terbendung kembali. Aku berjalan mendekatinya dan memeluknya. Kurasakan tubuhnya terkejut akan perlakuanku.

"Eunbi yang merencanakan semuanya, ia mendonorkan kedua matanya untukku. Ia menyembunyikan identitas pendonor matanya padaku. Awalnya aku bahagia akhirnya aku bisa melihat kembali dan apalagi aku bisa melihat wajah cantik Eunbi, namun apa yang kudapat? Ternyata Eunbi melakukan itu sebagai penebus dosa dari meninggalnya Mijin, adiknya. Dan dia rela meninggalkan cahaya hidupnya hanya untukku." ucap Nyonya Jung.

Aku memeluknya erat, isak tangis yang tak ingin aku tunjukkan padanya akhirnya pecah.
"Kau bukan eomma. Tapi Taehyung Oppa." ucapnya datar.
Aku melepas pelukanku, "Jika ini alasanmu memutuskan hubungan kita secara sepihak, aku tidak akan pernah terima. Kau pikir aku mencintaimu hanya dari penampilanmu? Kau salah besar hey Jung Eunbi! Aku mencintaimu karena itu adalah kamu Jung Eunbi, bukan yang lain." tekanku.
Eunbi terdiam, pandangan kosong terlihat dari kedua matanya. Ya Eunbi sekarang telah buta. "Maafkan aku Oppa. Aku tidak pernah menilaimu seperti itu, tapi.."
"Kau pikir aku akan menderita mempunyai orang yang kucintai dengan kondisi seperti ini?"
Dia mengangguk.
"Kau salah. Ini bukan penghalang besar untukku. Asalkan hatimu tak berubah untukku."
"Oppa.. Mianhaeyo..." Eunbi menangis dan aku memelukku kembali.
"Jangan pernah pergi atau menyuruhku pergi meninggalkanmu lagi. Arrashi!"
Dia mengangguk dan membalas pelukanku, "Aku masih mencintaimu Oppa. Saranghaeyo."
"Aku tau, Nado saranghae."
Aku mencintai gadis ini sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun.

End

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...