Selasa, 27 Desember 2016

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 11

IDOL SCHOOL

Chapter 11

Genre              : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10

**********_____________________***********


Yuko terlihat tersenyum jahat sejak bel istirahat tadi, seperti ada sesuatu yang ia lakukan kepada orang lain. Tanpa disadarinya Renal sudah menduduki kursinya.
“Renal, bagaimana apa kau akan ikut olimpiade matematika tersebut?” tanya Adrian segera memposisikan duduknya didepan meja Renal.
“Hem? Masih ku pikirkan permintaan walikelas kita.” Ucapnya dingin.
Adrian yang melihat ada kejanggalan diraut wajah Renal langsung bertanya, “Ada apa? Seperti ada yang dipikirkan?”
“Hn?”
“Ayolah Nal, masalah gadis itu?”
“Hah? Gadis yang mana?” tanya Yuko tiba – tiba berdiri disamping Adrian.
Kedua laki – laki itupun menoleh kesumber suara.
“Eh, ada Yuko. Mau duduk?” alih – alih Adrian berubah sikap didepan siswi tercantik diangkatannya itu.
“Enggak makasih.” Jawabnya jutek. “Tadi kamu bilang gadis. Siapa gadis yang kamu maksud Adrian?” tanyanya.
“Ah… itu gadis yang ada dipikiran Renal.. hahahaha..” godanya.
“Apaan sih!” seru Renal tidak suka.
“Tuh lihat Renal jadi kesal gara – gara ucapan bodohmu!” Yuko mengomeli Adrian.
“Lah, kok jadi aku yang salah?”
“Iyalah. Gadis apa? Mana ada gadis lain yang ada dipikiran Renal selain aku!” seru Yuko tak mau kalah.
“Ihh… segitu percaya dirinya..” jaawab Adrian bergidik geli.
“Ugghh.. apa – apaan ekspresimu itu.”
“Hey kalian berdua! Bisa tidak bertengkar ditempat lain, jangan didepanku.” Selak Renal dengan nada dingin khasnya.
Mereka berdua sontak terdiam.
“Dia duluan Nal, aku kan…” ucap Yuko dengan nada lembut.
“Apaan kamu duluan yang mulai.” Sela Adrian.
Yuko melirik tajam dan mengisyaratkan ‘Mau diam atau aku cakar mulutmu itu’. Adrian langsung membungkam mulutnya.
“Oke, aku kembali ketempat dudukku.” Adrian bangkit dari duduknya dan sedikit menjulurkan lidahnya kearah Yuko.
Kedua mata Yuko membelakak melihat tingkah Adrian barusan. Dan Renal hanya menghela nafasnya. Yuko memposisikan duduknya dihadapan Renal.
“Re, minggu depan temani aku yuk.” Ajaknya.
“Kemana?”
“Hem.. aku mau ketoko buku. Ada buku yang harus ku cari untuk referensi ujian nanti.” Jelasnya dengan wajah sumringah.
Renal terdiam sejenak. “Apa tidak ada teman wanitamu yang lain. Yang bisa kamu ajak pergi?”
Yuko menggelengkan kepalanya dan mengeryutkan bibirnya.
“Aku tidak bisa.”
“Apa kamu ada acara lain?”
“Tidak penting kamu tau atau tidak.” Jawabnya acuh. Mood Renal saat ini sedang tidak baik, mungkin akibat percakapannya dengan dua orang teman Rissa barusan.
Yuko tengah memutar otak. “Jangan begitu, kita sudah dekat lama. Masa kamu tidak mau memberitahuku.”
“Kamu rasa begitu?”
Yuko mengangguk manja.
‘Hah.. gadis ini!’ eluhnya dalam hati. Renal memajukan badannya kedepan tepat dengan batas dari mejanya. Menopang dagu dikedua telapak tangannya dan siap bersikap manis. “Yuko yang cantik. Tidak semua sesuatu yang berhubungan dengan teman dekat dapat diberitahu. Ada bagian pribadi dimana bagian itu sudah ada pembatasnya. Apa kamu paham?” tekannya dengan memberikan senyum manis palsunya itu.
Yuko terhenyak sebentar, namun dalam hatinya ada rasa kecewa disana. Ini jelas penolakan dari laki – laki pujaannya itu.

***

Dalam ruangan begitu gelap dan pengap, Rissa masih terkunci disana. Entah siapa yang melakukan hal itu padanya. Yang jelas dalam pikirannya saat ini, ia berharap ada yang menyelamatkannya dari situasi ini.
‘tok tok tok’. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rissa.
“Apa ada orang didalam?” tanya orang lain dari luar pintu.
Rissa sedikit mempercepat langkahnya mendekati pintu, “Ya ada. Tolong aku terkunci disini.”
“Oh, Rissa kamu didalam?”
“Seperti suara Inka?” lirihnya, “Iya betul, aku Rissa. Tolong aku.” Pintanya dengan suara sedikit gemetar.
“Tunggu, Sam sedang mengambilnya diruang guru.” Jawab Inka dari balik pintu. Ia nampak khawatir dan berjalan mondar mandir didepan pintu menunggu kedatangan Sam.
“Inka, ini kuncinya.. hosh.. hoshh..” Sam tiba dengan cepat, ia berlari dari ruang guru ke ruang persiapan di ujung lorong lantai atas. “Rissa benar ada didalam?” tanyanya sambal mengatur nafasnya.
Inka hanya mengangguk – angguk sembari mencoba membuka kenop pintu yang terkunci itu. – klik –. “Ah… akhirnya.”
Pintu terbuka, Rissa langsung memeluk Inka dan ia menangis tersedu – sedu.

Di ruang UKS,
“Siapa yang menyuruhmu keruang itu?” tanya Sam kesal.
Rissa yang tengah berbaring dikasur ruang UKS dan Inka yang duduk disampingnya menatap sendu kearah Rissa.
“Aku tidak tau. Mereka datang kekelas dan memberitahuku kalau aku dipanggil pak Sidik kesana. Aku menurut saja.” Jawab Rissa pelan. Kedua matanya masih terlihat sembab dan ia masih lemas.
“Kamu tidak mengenalnya?” kini gentian Inka yang bertanya.
Rissa menoleh kearahnya dan menggeleng pelan.
Inka menatap Sam, “Siapa ya kira – kira orang yang jahat melakukan hal itu. Tega – teganya mereka membuat orang lain menjadi seperti ini.”
“Berapa orang? Apa kamu tau ciri – ciri mereka?” tanya Sam selidik.
“Hem… ada dua orang. Yang satu berambut panjang dan yang satu pendek namun ikal.” Jawab Rissa lagi.
Sam nampak berpikir. Rissa terdiam dan menghela nafasnya.
“Hem… terima kasih ya kalian sudah menolongku. Kalau tidak, mungkin aku akan kehabisan nafas diruang yang hampir kedap udara itu.”
“Iya sama – sama Rissa.” Jawab Inka.
“Tapi darimana kalian tau kalau aku terkunci disana?”
“Ah.. itu. Tadi saat jam pelajaran dimulai kamu tidak ada dikelas dan ibu guru mencarimu. Lalu Dila bilang kalau kamu dipanggil pak Sidik ke ruang persiapan.” Jawab Inka.
“Tapi bu guru bilang kalau pak Sidik hari ini ijin tidak masuk. Jadi kami langsung ijin untuk menghampirimu.” Susul Sam.
“Oh.. begitu. Bagaimanapun aku sangat berterimakasih pada kalian berdua.”
“Iya Rissa.” Senyum Inka. “Ngomong – ngomong, kami juga ingin minta maaf padamu pasal kencan buta minggu lalu.”
“Iya Rissa, kami minta maaf ya.” Susul Sam dengan tatapan sendunya.
Rissa menatap mereka berdua dalam diam. Hal itu membuat pikiran Inka dan Sam bertanya – tanya. Apakah Rissa masih marah atau kesal kepada mereka.
“Awalnya aku ingin menyusul kalian yang terburu – buru keluar saat jam istirahat. Seolah – olah menghindariku. Aku ingin penjelasan dari kalian kenapa pasangan kencanku dia?. Dan jujur aku kesal kepada kalian berdua. Aku merasa dikerjai oleh kalian.” Omel pelan Rissa, lalu ia menghela nafasnya, “Tapi setelah kalian menolongku, anggap saja impas. Aku memaafkan ulah kalian.” Ucapnya tersenyum kecil.
“Ah… Rissa aku menyayangimu…” peluk Sam menindih tubuh Rissa yang tengah berbaring itu.
“Hmmmpppphhh…” Rissa terkejut dan mencoba menahan berat badan Sam.
“Hei, kamu bisa membuat Rissa sesak nafas tau!” Inka menyangkal lengan dan tubuh Sam dari tubuh Rissa. “Ughh.. kamu ini Sam!” protesnya.
“Hehehee.. maaf..” Sam menjulurkan lidahnya dan tersenyum gaje (?).
Inka mengalihkan pandangannya, “Sebenarnya, kami hanya ingin tau apakah kau memliki perasaan kepadanya. Karena kamu selalu menyembunyikannya. Awalnya kami hanya penasaran, tapi….” Ucapannya berhenti.”
“Sudah tidak usah dilanjutkan lagi. Rissa, aku katakan padamu untuk berhenti nge-fans sama laki - laki menyebalkan itu.” Sela Sam dengan menekuk wajahnya.
Tiba – tiba wajah Rissa memerah dan ia bangun dari tidurnya, “Eh, laki – laki mana?” tanyanya malu.
Inka sedikit terkejut dengan sikap Rissa, “Eh..”
“Siapa lagi kalau bukan Renal.” Sam menekankan.
“A…a…kuu tidak suka padanya kok.” Bohongnya dengan menyembunyikan rona merah dikedua pipinya.
“Eh… benarkah?” tanya goda Inka mendekati Rissa.
Rissa memalingkan wajahnya, namun telak Sam tengah menatapnya dengan tatapan menggoda. Rissa memalingkan wajahnya lagi dari Sam dan bertemu wajah Inka. Alhasil ia menundukkan wajahnya malu.
“Hahaa… Rissa Rissa.. kamu ini, pemalu banget sih anaknya. Tapi kamu juga terkadang aneh.” Ucap Sam terbahak – bahak.
Inka ikutan tertawa pelan, “Ssstt… ini di UKS. Jangan berisik. Takut kedengaran keruang sebelah.”
“Tau ih, Sam pelankan suaramu itu.” Kata Rissa yang wajahnya masih terlihat seperti kepiting rebus.             “Ehmm.. bukankah kalian yang mengidolakan dia? Kenapa jadi aku yang kalian kerjai. Kenapa bukan kalian saja yang kencan dengannya?” susulnya.
Tawa Sam terhenti dan melipat kedua tangan didepan dadanya, “Itu dulu! Detik ini sudah tidak lagi!” serunya.
Inka yang melihat sikap Sam terdiam.
“Hah? Ada apa?” tanya Rissa.
“Panjang ceritanya Rissa, nanti kami akan ceritakan padamu.” Jelas Inka. Disusul dengan anggukan Sam.

***

Rissa termenung didalam kamarnya, sejak kepulangannya dari sekolah tadi sore. Ia masih memikirkan siapa orang yang telah mengerjainya hari ini. Kalau saja sahabatnya tidak menolongnya, dipastikan ia akan kehabisan nafas didalam ruangan itu.
Sambal menggosokkan rambutnya yang basah dengan handuk mandi, “Kenapa belakangan ini aku sering dikerjai ya? Baik dari teman sendiri maupun dari orang lain. Huffftttt…” eluhnya.
-          Tok tok tok – suara ketukan pintu kamar Rissa.
“Masuk, tidak dikunci.” Ucapnya.
“Bibi masuk ya.”
“Ah iya Bi.” Jawabnya sambil menggeser duduknya ditepi tempat tidur.
“Begini, untuk 3 hari kedepan bibi dan paman akan pergi mengunjungi makam nenek didesa. Jadi bibi akan meninggalkanmu dengan Arya dirumah. Apa kamu tidak apa – apa?”
“Jadi bibi akan pergi ya.”
Bibinya mengangguk. “Kamu pasti khawatir kalau Arya akan mengerjaimu ya?” tanyanya.
Rissa menggangguk.
“Bibi pastikan dia tidak akan macam – macam denganmu.” Ucapnya dengan tersenyum. “Jika dia macam – macam, telepon bibi saja ya. Bibi akan marahi dia.”
“Tidak usah khawatir. Aku kan anak baik – baik Bu.” Selak Arya yang sejak tadi berdiri didepan pintu kamar Rissa. Sambil menyandar.
“Tuh, kayak hantu. Tiba – tiba muncul buat orang kaget saja!” cibir Rissa.
“Aih aih.. itu bibir manyun sampai berapa centi?” goda Arya menghampiri.
“Huh!” Rissa memalingkan wajahnya.
“Pffttt.. kalian ini seperti kakak adik betulan ya.” Tawa kecil Bibi Hanum, Ibu dari Arya.
“Tidak sudi Bi, punya kakak seperti dia.” Ketus Rissa.
“Hei, siapa pula yang mau memiliki adik manja dan ketus sepertimu.” Sangkal Arya tak mau kalah.
“Manja? Aku tidak manja tau!” serunya penuh dengan penekanan.
“Cihh anak manja tetap saja manja…”
“IIhhh… kamu ini….”
“Sudah sudah jangan bertengkar.” Lerai Bibi Hanum. “Kamu mengingatkan Bibi dengan Maya.” Ucapnya sambil menatap dan membelai kepala Rissa.
Rissa menjadi terharu melihat tatapan sendu Bibinya dan mengukir senyum diwajahnya, “Maaf ya Bi, kalau Rissa selalu membuat Bibi repot.”
“Tidak apa Rissa, bagaimanapun kamu juga anak Bibi kok.” Jawabnya sambil memeluk erat Rissa. Dan Rissapun balas memeluk Bibi Hanum.
Arya yang melihat pemandangan itu ikut terharu, sejenak iapun teringat adik tercintanya itu. Dia sangat mirip dengan Rissa. Dibalik dari kejahilannya terhadap Rissa, sebenarnya ia hanya ingin menyimpan kesedihan dan kerinduannya terhadap mendiang adiknya.
“Aduhh enaknya dipeluk begitu.” Celetuk Arya.
Mereka berdua melepas pelukannya.
“Apaan sih menganggu suasana saja tau!” seru Rissa.
“Kamu ini Arya, jangan usil dan jahil pada Rissa selama Ibu dan Ayahmu pergi ya.”
“Tuh dengerin.”
“Hhaaahh… iya iya Bu. Arya tidak akan usil dan jahil pada Rissa.” Akunya.
“Nah, kamu dengar sendiri dari mulut orangnya kan Rissa.” Kata Bibi Hanum.
Rissa mengangguk – angguk senyum.
“Tapi… tidak dengan menggodamu.. hahahahaaa…” ucapnya sambil berlalu dari kamar Rissa.
“Apaaaa????”

***

“Hem.. jadi Ayah tidak akan pulang lagi minggu ini?” tanya Renal dengan ponsel yang menempel ditelinga kirinya. Ia bersandar di balik pintu kamarnya.
“Ada urusan kantor yang mendadak harus diselesaikan disini Renal, jadi kepulangan Ayah kerumah sepertinya akan tertunda lagi.” Jawabnya dari seberang.
“Sampai kapan?”
“Tidak bisa diperkirakan waktunya.”
‘Hah.. selalu seperti itu!’ gumamnya dalam hati. “Baiklah Yah, selamat bekerja.”
Klik. Sambungan telepon itu diputusnya.
Renal menghampiri sebuah meja didepannya dan duduk dikursinya. Ia terdiam, wajahnya terlihat muram. Ada kekecewaan dan rasa kesal disana. “Dia selalu mendahulukan pekerjaannya dibanding anaknya sendiri.” eluhnya.
Renal merebahkan tubuhnya, ia menatap langit – langit kamar. Mengatur deru nafasnya yang sejak tadi terasa sulit. Sesak didada yang ia rasakan, amarah yang terkumpul dalam dirinya. Menciptakan rasa benci untuk ayahnya, yang selama ini ia perjuangkan untuk tidak terjadi dalam hidupnya.
“Untuk apa rumah mewah dan bisa memiliki apa saja, kalau kebahagiaan memiliki keluarga yang utuh bahkan rasa kasih sayang selayaknya orang tua untuk anaknya. Aku tidak pernah rasakan.” Ucapnya. “Kalau saja Ibu masih ada, mungkin aku bisa merasakan kasih sayangnya.” Kedua mata Renal terpenjam sejenak, sebulir air mata masih menetap disudut kedua matanya.

Beberapa jam kemudian, setelah Renal tertidur nyenyak. Ia beranjak dari tempat tidurnya, menuruni tangga rumahnya, menghampiri dapur untuk mengambil segelas air minum untuk menghilangkan dahaga. Ia kembali melangkahkan kakinya keruang keluarga, menduduki dirinya disofa yang cukup panjang itu. Pandangannya masih setengah sadar sampai ia melihat selembar bekas tiket disana. Tanpa ragu ia mengambilnya dan menatap tiket itu.
“Ini?” Renal mengingat – ingat, “Oh, ini tiket kewahana bermain minggu lalu dengan gadis aneh itu.” Ucapnya tanpa disadari senyumannya terukir dibibirnya.
“Didekatnya sangat menyenangkan, seolah – olah aku melupakan masalahku. Dia gadis aneh yang pertama aku temui sekaligus gadis yang menarik. Gadis yang mudah untuk dijahili. Ckck. Kenapa aku jadi membicarakannya? Kenapa aku jadi ingin bertemu dengannya ya?”

***

Tbc

Minggu, 04 Desember 2016

FF Seokyu : Between Love Chapter 9



BETWEEN LOVE
Chapter IX

Tittle : Seokyu
Genre : Romance
Cast : Seo joo hyun, Cho Kyuhyun, Im Yoona, Lee Donghae, etc

Mian for typo..
Dont plagiat!!


Happy reading ^^

Previous Chap 1-2-3-4-5-6-7-8

Kyuhyun bersama dengan sekertaris Park memeriksa semua berkas yang telah disiapkan. Lembar per lembar Kyuhyun menelitinya. Benar adanya perkataan dari Donghae bahwa ada kejanggalan dari laporan keuangan proyek.
“Sekertaris Park, apakah sebelumnya ada informasi pembelian material untuk market item ini.” Kyuhyun menutup berkas dan menaruhnya dimeja.
"Biar ku ingat." Sekertaris Park tengah berpikir sejenak dan menjetikkan jarinya. "Ah. Manajer keuangan pernah memberitahuku bahwa ada bagian purchasing membeli material yang jumlahnya cukup besar."
"Kenapa kau tidak memeriksanya Sekertaris Park?"
"Ah, saat itu aku sedang tidak dikantor. Aku ditugaskan oleh presdir ketempat lain dalam beberapa hari."
Kyuhyun terdiam sebentar. "Kalau begitu bisakah kau memanggil manajer keuangan?"
"Ah, baiklah." Sekertaris Park segera memencet tombol pada telepon didekat meja kerjanya. "Nona Jung, tolong panggilkan manajer keuangan keruanganku.”
Kyuhyun menyeruput teh yang telah disediakan sebelumnya sambil menunggu kedatangan orang yang dimaksud.
Tok Tok Tok,
“Masuk.” Ucap Sekertaris Park.
“Sekertaris Park memanggil saya?” ucap Manajer Keuangan ketika masuk kedalam ruangannya.
“Ah, duduklah.” Sekertaris Park mempersilahkan Manajer Keuangan untuk duduk disamping Kyuhyun. “Dan perkenalkan, beliau adalah Sekertaris Cho. Beliau utusan dari presdir dikantor pusat.” Susulnya.
Kyuhyun membungkukkan kepalanya dan menjabat tangan manajer keuangan. “Langsung saja. Ada hal yang ingin aku tanyakan pada anda.”
“Ah, baiklah.”
“Terlihat dilaporan ini bahwa ada permintaan pembelian material yang jumlahnya cukup besar. Yang aku tau pembelian material ini seharusnya bisa dibeli dengan jumlah hanya setengahnya dan cukup untuk satu semester saja. Dilihat dari laporan pengeluaranmu, dalam jangka waktu satu semester kau membelinya dengan dua kali transaksi. Bisa bantu dijelaskan?”
“Pembelian material kami mendapatkan pengajuan dari bagian purchasing untuk hal tersebut. Sebelumnya kami juga merasa ada hal yang aneh. Kami kira ada kenaikan market item tersebut dipasaran. Namun setelah tutup buku, tidak ada kenaikan dalam keuntungan yang signifikan di bulan yang sama atau bulan berikutnya bahkan dalam waktu satu tahun.”
“Jadi kau sudah menyadarinya?”
“Benar. Saya sudah memeriksa semua laporan pengajuan pembelian material di bagian purchasing saat meeting bulanan. Saat itu mereka hanya mengatakan semua permintaan berasal dari bagian marketing.”
Kyuhyun terdiam. “Bisakah kau memanggil direktur marketing kesini, Sekertaris Park?”
“Ah, baiklah.”

Selang beberapa menit. Pertemuan antara mereka yang tengah membahas masalah yang ada diperusahaan telah menemukan titik temu.
“Hem.. jadi ada competitor yang bermain curang?” Tanya Kyuhyun.
“Ku dengar dari sebagian sales yang memasarkan bahwa ada sebagian produk kita yang diplagiat oleh mereka bahkan yang lebih parahnya mereka melisensikan produk tersebut keluaran dari perusahaan mereka.” Jawab Direktur Marketing.
“Jadi dengan kata lain, semua produk yang kita buat dan dipasarkan ditarik kembali untuk menghindari pencemaran nama baik perusahaan?” terka Kyuhyun.
“Benar. Kami tim marketing bersepakat untuk melakukan hal itu. Dengan memikirkan solusi bagaimana mencari inovasi baru untuk produk yang sama namun berbeda. Semua bahan yang dipakaipun komposisinya menjadi bertambah dua kali lipat. Bahkan bahan baku dari produk sebelumnya pun masih menjadi stok digudang, saat ini kami tengah berusaha untuk tetap menghabiskan sisa stok tersebut.”
Kyuhyun mengangguk mengerti, “Hem.. baiklah. Kalau begitu dengan ini aku akan membuat laporan untuk presdir. Tolong semua bagian dapat bertanggung jawab pada masalah masing – masing. Dikhawatirkan jika masalah ini terus berlanjut, perusahaan akan mengalami kerugian.”
Manager Keuangan dan Direktur Marketing menganggukkan kepalanya.
Kyuhyun dan diikuti Sekertaris Park berdiri dari duduknya untuk mengakhiri meeting singkat hari ini.
***
Taeyeon mengajak Yoona makan bersama dikantin kantornya.
“Tumben kau mengajakku Tae-ah.”
“Ah, aku hanya ingin ada yang menemani saja. Belakangan pekerjaan dikantor sangat membuatku lelah.” Keluhnya sambal menyeruput segelas cappuccino.
Yoona yang memesan segelas orange juice hanya memberikan anggukan sebagai tanggapan.
“Ah, jadi kapan kau akan menikah?” tanya Taeyeon yang tiba – tiba.
“Mwo? Kenapa kau jadi menanyakan hal itu.”
“Hey, kau ini sudah bertunangan dengannya. Berpacaran juga sudah beberapa tahun. Jadi mau sampai kapan?”
“Hemm.. ahniyo.”
“Hn? Kenapa kau tidak tau.”
“Donghae Oppa terlalu sibuk dengan urusannya dikantor. Jadi aku tidak sempat menanyakan hal itu padanya.” ada gurat kesedihan disana.
“Bagaimana jika kau menanyakannya kembali. Mungkin hanya untuk memastikan saja.” Saran Taeyeon.
Yoona mengangguk, “Akan kucoba.”
Taeyeon ikut menganggukkan kepala.
“Hem.. tapi jika aku menikah. Bagaimana dengan Seohyun?”
“Kau ini, Seohyun kan sudah dewasa. Kau harus percaya kalau ia bisa melakukan semuanya sendiri.”
“Tapi.. aku tetap mengkhawatirkannya.”
“Yoona-ah. Jika kau sudah menikah dengan presdir muda itu, maka kau akan menjadi nyonya besar diistananya. Tidak memungkinkan kau akan melakukan tindakan sesuai yang kau mau. Pikirkanlah itu.” Jelas Taeyeon. “Lagipula, ini sudah saatnya kau membiarkan Seohyun untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Yah walaupun sekarang ia masih menyelesaikan kuliahnya.” Susulnya.
Yoona nampak berpikir. Sebenarnya hal itulah yang terus menerus melayang dipikiran Yoona, namun dalam hatinya ia tidak tega meninggalkan Seohyun dalam kondisi sendirian. Walaupun sebenarnya Seohyun bisa melakukan semuanya sendiri.
“Apa yang kau pikirkan?” Taeyeon memecahkan lamunan Yoona.
Yoona menghela nafas panjang. “Aku akan pikirkan baik – baik dan matang untuk hal itu Tae-ah.”
“Baguslah kalau begitu.”
“Tapi kenapa kau tiba – tiba menanyakan dan berbicara seperti itu padaku?”
“Aku hanya tidak ingin keegoisan yang kau miliki mengakar kuat dalam dirimu. Apalagi itu mengenai adik kesayanganmu.”
“Yak! Kau Tae-ah..” Yoona memanyunkan bibirnya. Ia tidak terima Taeyeon mengejeknya.
***
Choi Sulli berjalan dengan lunglai, sepanjang perjalanan ia tengah memikirkan apa yang baru saja Seohyun ceritakan padanya mengenai namja yang dimaksud. Namja yang sama – sama dimaksud oleh kakaknya dan sahabatnya itu.
Ia menghela nafasnya dan menghentikan langkahnya tepat didepan mesin minuman otomatis. Ia rogoh saku mantel tebalnya itu dan memasukkan koin disana. Satu kaleng kopi dingin ia genggam dan diminumnya ketika ia berada disebuah bangku taman disana.
“Haahhhh…. Aku ini benar – benar bodoh. Cuaca malam sedingin ini, aku malah membeli kopi dingin. Paboya!” serunya pada dirinya sendiri.
“Jadi kesimpulannya namja yang bernama Cho Kyuhyun itu menyukai Seohyun dan itu berarti cinta yang telah unnie pendam sejak lama akan bertepuk sebelah tangan?” Sulli meneguk kembali minumannya. “Hah.. kenapa jadi seperti ini yah. Kenapa jadi saling berkaitan seperti ini. Dia adalah masa lalu unnieku yang sampai sekarang masih dicintainya, namun aku sebagai adiknya tidak bisa berkata ataupun melakukan apa – apa untuk unnieku. Disatu sisi, Seohyun adalah sahabat baikku, tidak mungkin aku tidak mendukungnya.” Ia menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan, sengaja untuk membuat pikirannya tenang dan rileks.
“Kau, Choi Sulli?” tanya seseorang dari arah samping.
Sulli menoleh kearahnya dan saat itupun Sulli langsung membulatkan kedua matanya.


Setibanya Seohyun dirumah,
Seohyun terdiam, menopang dagunya dengan tangan kanan menghadap kejendela yang dibiarkannya terbuka.
“Kenapa namja itu tidak muncul dihadapanku belakangan ini?” tanyanya.
Seohyun tersentak, “Ahni! Kenapa aku memikirkan namja itu. Paboya Seohyun!!” ia memukul pelan wajahnya. Kemudian ia mengambil ponsel disaku tasnya dan menekan nomor sahabatnya disana.
“Haish.. kenapa Sulli tidak mengangkat teleponku. Apakah dia sudah tidur?” omel Seohyun. Ia menoleh kearah jam dinding kamarnya, “Ah sudah hampir jam sebelas malam, mungkin dia sudah tertidur. Baiklah besok saja aku bertemu dikampus.”
Seohyun menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur, nafasnya terlihat naik turun. Kedua matanya yang indah tengah menerawang ke langit – langit. “Cho Kyuhyun. Kyuhyun hah!”
                                                                                                                                               
Wajah Sulli terlihat memerah, entah karena cuaca dingin atau karena seorang namja duduk disebelahnya. Namja yang pernah singgah didalam hati Sulli, namun perlahan ia lupakan karena perasaannya yang tak terbalas. “Jadi kenapa kau ada disini?”
Namja yang bernama Choi Minho itu tersenyum getir, “Aniyo.”
“Hah..” Sulli menghela nafasnya, “Jadi hanya kebetulan ya.”
“Ne.”
Sekilas Sulli melihat raut wajah Minho, ada guratan kekecewaan disana. “Hey, apa kau baik – baik saja?”           
Minho terdiam bahkan ia menundukkan kepalanya.
“Sudah lama kita tidak saling bertemu apalagi bicara. Jadi rasanya sangat canggung bagiku. Tapi jika kau ada masalah, mungkin aku bisa jadi pendengar yang baik atau mungkin aku bisa membantumu.”
Kali ini Minho menolehkan wajahnya dihadapan Sulli, “Memangnya aku terlihat seperti orang yang punya masalah saat ini?”
“Tentu saja. Kau diam dan wajahmu terlihat seperti orang yang sangat kecewa. Ada apa sebenarnya.”
Minho menghela nafasnya, “Mungkin aku bukanlah namja yang baik untuknya dan itu membuatnya memilih jalan lain untuk meninggalkanku.”
Dahi Sulli mengerenyit, “Maksudmu?” “Tunggu dulu, apa ini ada hubungannya dengan kekasihmu itu?”
Minho mengangguk, “Apa menurutmu aku ini bukan namja yang baik?”
“Hn?” Sulli tidak bisa menjawab, “Ah, a..aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Lagipula penilaian terhadapmu tidak bisa dilihat dari satu sisi. Semua orang punya opini yang berbeda dengan yang lainnya. Jadi kurasa pendapatku bukanlah satu – satunya yang bisa dianggap benar.” Jelasnya.
Minho mengeryitkan dahinya.
“Ah, maksudku jika kau bertanya padaku, apakah kau baik atau tidak tentu dari sudut pandangku bernilai baik. Dan jika kau bertanya kepada orang lain selain aku, mungkin jawabannya akan berbeda. Apa kau mengerti apa yang ku maksud?”
Minho terdiam.
Sulli menghela nafasnya, “Mian, jika jawabanku membuatmu bingung. Hanya saja aku tidak tahu jawaban apa yang tepat atas masalahmu itu.”
Minho mengalihkan pandangannya kedepan, “Seharusnya aku yang minta maaf, karena begitu tiba – tiba aku mengatakannya padamu. Padahal kau tidak tau apa – apa.”
“Ehh.. jangan begitu. Bagaimanapun kita ini teman kan?”
Minho menyinggungkan senyumannya, “Benar, kita ini teman.”
Sulli tersenyum kaku atas jawaban Minho, “Ya benar hanya teman.” Raut wajahnya berubah sendu. Ia teringat akan pilihan Minho kepada Krystal isbanding dirinya. “Memangnya apa yang dilakukan Krystal padamu?”
Minho tersentak atas pertanyaan Sulli, “Krystal memutuskan hubungannya denganku dan ternyata dia sudah berpacaran dengan namja lain selain aku. Dia bilang aku tidak terlalu peka terhadapnya dan aku ini sangat tidak menyenangkan.”
“Hah? Jadi maksudmu dia berselingkuh? Lalu kau diam saja dan pasrah!”
“Yah mau bagaimana lagi?”
“Paboya!! Jika kau masih mencintainya coba kau kejar dia dulu. Selesaikan masalahmu dengannya dan berusahalah sebaik mungkin.”
“Tapi dia sudah punya namja lain, Sulli-ah.”
“Tidak masalah. Karena kau pacarnya pertamanya kan.”
“Sudahlah aku tidak mau memperpanjang masalah ini, aku hanya tidak ingin membuatnya tidak bahagia disampingku.”
“Oh.. jadi maksudmu. Dia tidak bahagia denganmu dan lebih bahagia dengannya. Dan kau bahagia kalau melihat dia bahagia?”
“Kurang lebih seperti itu.”
“Hah.. klasik sekali ya.”
“Sulli-ah, maaf apa kau bisa menjaga rahasia ini.?”
“Hn?”
“Aku tidak ingin citra buruk menghampiri Krytal karena masalah ini.”
“Minho-ya…”
“Please ku mohon.”
“Baiklah, aku akan jaga rahasia ini.”
“Terima kasih Sulli-ah, kau memang teman terbaik yang pernah aku miliki.”
Sulli mengangguk, ‘Minho-ah, asal kau tau kalau aku masih menyimpan rasa terhadapmu. Tapi entah apakah rasa itu akan tetap sama seperti sebelumnya. Jika saat ini kau sudah memilih untuk sendiri dan mencoba melepas kekasihmu itu.’


***

tbc

I'm back setelah menghilang sekian lama.


Assalamualaikum wr.wb.

Para riders 😊 yang kebanyakan menjadi silent riders.. Upss.. Gak papa kok, asal tidak ada yang mem-plagiat karya asli dari saya.

Mau komentar atau tidak itu adalah hak kalian semua guys. Tapi kalau bisa bantu support penulis amatir ini dengan komentarmu ya guys.. #kode

Setelah sekian lama hiatus beberapa bulan terakhir dikarenakan sedang hamil tua dan melahirkan sikecil dedek Azwa...
Foto lucunya ada dibawah ini,, lucu kan? #versimamahnya


Mohon maaf bagi yang menunggu kelanjutan cerita dari FF seokyu dan cerbung lainnya... (PD!! Kayak ada yang nunggu aja.. Hahahahahh)
Ada rasa malas pada saat kemarin, mungkin bawaan dari bayi di dalem perut #hanyaalasan..
Dan saat ini sedang repot2nya ngurus sikecil sekaligus jadi ibu rumah tangga tentunya.

Tapi tenang di akhir tahun ini saya akan menebus kemalasan saya beberapa bulan lalu. Sudah disiapkan kelanjutan dari FF seokyu dan cerita lainnya.. Tapi jujur ya mau bikin cerita dengan alur bagus dan menarik itu syuusaaahhh sekaaalliiiiiieeee...

Tapi saya harap sebagai pembaca, apapun bentuk dan alur cerita yang sangat tidak menarik ini harap dihargai... #mengharap.
Karena butuh putar otak dan membutuhkan imajinasi untuk membuat suatu cerita fiksi..

Yasutrah lah dari pada membaca tulisan gaje(?) ini. Lebih baik saya selaku penulis amatir harus cepat cepat release..

Okelah segitu saja ya.. Thank you udah membaca permohonan maaf saya.. ✌

Wassalam.

Selasa, 21 Juni 2016

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 10

IDOL SCHOOL

Chapter 10

Genre              : Schoollife, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7-8-9

*************_______________***************


Pagi disekolah,
Rissa tengah duduk Sambil membaca sebuah buku digenggaman tangannya. Semilir angin dari Samping jendelanya tak mengindahkan kegiatannya sejak ia tiba dikelas.
“Hoooo.... rajin sekali, pagi - pagi sudah duduk manis membaca buku.” Sam yang datang tiba - tiba mendekat tepat dihadapan Rissa. “Hemm.. berat sekali yah. Rumus Matematika.” 
Rissa menutup bukunya dan menatap tajam kearah Sam.
Sam bergidik ngeri akan tatapan Rissa yang tak biasanya. “Eh ada apa” tanyanya pura - pura tidak tahu apa yang terjadi.
“Apa maksudnya dari kencan buta kemarin Sam?” Rissa mendelik tajam.
“Eh.. hehehe.. apa maksudnya ya?” Sam mengalihkan pandangannya.
“Jawab pertanyaanku Sam? Kenapa pasanganku orang itu?”
“I..ii.tu hanya kebetulan saja kok. Memangnya kamu tidak suka ya?” ucap Sam tanpa dosa.
Air muka Rissa berubah drastis menjadi merah padam dan mencoba menyembunyikannya. “Apa maksudmu bicara seperti itu?”
“Pagiii… apa kabar Sam, Rissa?” sapa Inka yang menyeruak diantara jarak Sam dan Rissa.
‘Untunglah Inka datang’. Batin Sam Sambal mengelus dadanya dan sedikit menghela nafas.
“Kenapa kau terlihat lega sekali Sam, ada apa?” tanya Inka
Sam memberi isyarat pada Inka dengan tatapan matanya. Seakan Inka mengerti kejadian kemarin atas ide gila mereka terhadap Rissa. Inka hampir saja lupa dengan kencan buta yang mereka rencanakan untuk Rissa. “Aaahhh.. aku merasakan ada aura kegelapan disini ya. Dan terasa dingin menyeramkan..”
Rissa melirik kearah Inka.
“Aku belum sarapan, ayo kita kekantin!” Inka mengambil langkah perlahan dan sembari menaruh tas dimejanya. Diikuti dengan Sam yang ikut – ikutan bangkit dari kursinya.
Tatapan tajam dan menyeramkan Rissa tak putus dengan dua makhluk hidup itu.
“Ah, Rissa kami kekantin dulu ya.. daaahh..” seru Sam dan Inka meninggalkan Rissa ditempat.
“Haaahh…” keluh Rissa. Wajahnya kembali normal, “Apa – apaan mereka. Mau menghindari pertanyaanku ya?!” 


“Hey, apa yang akan kita jelaskan pada Rissa?” tanya Inka pada Sam yang sedang menyeruput susu stroberinya.
“Entahlah..” jawab ala kadarnya Sam.
“Kamu ini, selalu saja seperti itu. Ide gila ini kan berasal dari pemikiranmu!”
Sam menghentikan kegiatannya, “Hey, tolong diralat yah. Ini ide gila kita berdua.” Sam menghela nafas, “Bukankah kita hanya ingin tau bagaimana perasaan Rissa pada Renal? Kenapa kita tidak mengatakan hal itu saja padanya.”
Inka tengah berpikir dan mengangguk – angguk pernyataan Sam berusan. “Kurasa itu adalah hal yang benar.”
“Karena dia terlalu tertutup mengenai perasaannya membuatku gemas.”
“Lalu bagaimana dengan Renal sendiri?”
Sam terdiam sejenak. “Apa kita mesti minta keterangan darinya?”
“Kurasa. Karena hal ini begitu mengganjal pikiranku sejak kemarin.”
“Hn? Kenapa?”
“Coba kamu pikir, kenapa Renal tidak melakukan apa yang kita tulis pada kertas yang kita berikan?”
“Terlalu banyak.”
“Dasar bodoh!” genggaman tangan kanan Inka mendarat mulus dikepala Sam.
“Uuhhh.. sakit tau..” Sam meringis mengelus puncak kepalanya.
Inka mengalihkan pandangannya keminuman yang ia pesan sejak tadi dan menyeruputnya disana. “Kamu ini kadang pintar terkadang juga bodoh.”
“Lalu apa yang membuatmu mengganjal Inka yang pintarr…” cibir Sam kesal.
“Aku rasa Renal mempunyai niat tertentu pada Rissa.”
Sam hanya mengangguk – angguk. “Bisa jadi.”
“Atau Renal punya perasaan pada Rissa?”
“Apa? Itu tidak mungkin. Kamu tau kan Yuko selalu menempel padanya. Dan Yuko lebih cantik dibanding Rissa, jadi tidak mungkin Renal berpaling dari Yuko.”
“Tapi Yuko bukan pacarnya Renal. Dia hanya seorang penggemar autis yang tergila – gila pada Renal.”
“Kamu ini, bicara seperti itu jangan kencang – kencang. Nanti ada yang dengar, bisa bahaya.”
“Ups..!” Inka membungkam mulutnya dan melihat sekeliling kantin, khawatir ada yang mendengar pembicaraannya.
“Jadi nanti pada jam istirahat, kita harus coba berbicara pada Renal.”
“Ya kurasa harus begitu.”
“Ya sudah, habiskan susumu itu. Kita kembali kekelas.”
Inka mengangguk – angguk. Dan meneguk cepat susu digelasnya.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang mendengar percakapan mereka dengan senyum sinisnya.
***

“Kamu pasti tidak mengira Yuko dengan informasi yang baru aku dapatkan pagi ini.” Ucap Mina mengambil posisi duduk dihadapan Yuko.
Yuko menutup buku yang ia baca barusan, “Informasi apa?”
“Kamu pasti tidak akan menyangka.”
“Apa maksudmu, sudah jelaskanlah. Jangan berbelit – belit seperti itu.”
“Aku mendengar sesuatu mengenai Renal dengan gadis aneh itu.”
“Apa?”
Mina mengangguk, “Yang aku dengar sepertinya Renal ada perasaan pada gadis itu dan bahkan sebaliknya.”
Yuko memalingkan wajahnya yang merah padam, “Tidak mungkin.”
“Tapi aku mendengarkan hal itu dari informan yang sangat akurat. Kedua temannya sepertinya membuat ide khusus untuk mendekatkan gadis itu dengan Renal.”
Yuko menggeretakkan giginya.
“Lalu apa kamu akan diam saja Yuko.”
“Tentu saja tidak Mina. Tapi yang jelas aku tidak akan bermain kasar, aku akan bermain dengan halus. Kamu lihat saja nanti.”

Renal tengah berdiam diri dipinggir pembatas tembok lantai 2 kelasnya. Ia tengah memikirkan kejadian kemarin dengan Rissa. Terkadang ia menyunggingkan senyumannya. Lamunannya buyar ketika salah satu temannya menepuk bahunya dari belakang.
“Hoyy.. pagi – pagi sudah senyum – senyum sendiri. Ada apa?” tanya Adrian.
“Oh.. tidak apa – apa kok.”
“Hemm.. sedang memikirkan seseorang yah..” pojoknya.
“Apa sih.”
“Kamu sedang memikirkan Yuko?” selidiknya.
Renal menoleh kearah Adrian, “Yuko? Apa maksudmu?”
“Bukankah Yuko selalu ada disampingmu setiap kamu berada.”
“Hn? Kamu terlalu berlebihan.”
“Apa kamu tidak ada perasaan padanya?”
“Perasaan apa? Kami hanya sekedar teman.”
“Kamu menganggapnya seperti itu? Padahal kalau dilihat Yuko selalu mencoba mengambil perhatianmu.”
“Kamu menganggapnya seperti itu heh?”
Adrian mengangguk pasti.
“Hahaaaa… yang jelas aku tidak punya perasaan apa – apa padanya. Kami hanya berteman saja.”
“Hati – hati dengan ucapanmu itu, bisa saja kamu akan jatuh cinta padanya.”
“Kenapa kamu begitu yakin?”
“Ya.. karena Yuko memang gadis cantik disekolah kita dan dia adalah indo jepang pula.”
“Hey, masalah hati itu tidak cukup dengan paras cantik saja. Tapi lebih kepada apa yang kita rasakan. Lagipula sudah ada gadis lain yang mencuri perhatianku.”
“Hah? Kamu sudah mulai naksir seseorang?”
“Hanya tertarik tidak lebih.”
“Kamu ini. Terlalu jual mahal.”
“Biar saja. Aku hanya ingin mencari yang benar – benar cocok denganku saja kok. Ah… sudahlah bicara apa sih kamu ini, ayo masuk kelas jam pelajaran akan segera dimulai.”
Adrian terdiam dan mengikuti ajakan Renal.
***

“Kamu yang bernama Rissa?” tanya kedua orang siswi tepat berada didepan pintu kelas Rissa. Saat Rissa akan keluar kelas ketika terdengar suara bel istirahat berbunyi. Rissa berniat menyusul kedua temannya yang lebih dulu keluar terburu – buru.
“Iya, aku Rissa. Ada apa ya?”
“Kamu dipanggil Pak Sidik diruangan persiapan.” Jawab siswi berambut panjang itu.
“Pak Sidik?”
“Iya guru olahraga.”
“Iya aku tau, tapi ada apa ya?”
“Kami tidak tau, tadi kami hanya disuruh menyampaikan saja.”
“Oh, baiklah aku akan kesana. Terima kasih ya.”
“Oke. Sama – Sama.” Kedua siswi itu berlalu dari kelas Rissa.
Rissa berjalan menuju ruang persiapan yang berada dilantai 3 tepat berada diujung lorong. “Ada apa ya Pak Sidik memanggilku? Tumben sekali.”
“Rissa!!” seseorang memanggil dari arah belakang.
Rissa menoleh kesumber suara, “Ah, Dila ada apa?”
“Apa kamu melihat Sonia?” tanya Dila teman sekelasnya yang kebetulan bertemu dengan Rissa dilantai 3.
“Aku tidak melihatnya, memangnya ada apa?”
“Walikelas kita memanggilnya, tadi ada yang melihat dia kelantai 3 mengambil flashdisk yang tertinggal Jumat lalu diruang komputer.”
Rissa menggelengkan kepalanya.
“Hem.. begitu ya. Eh, kamu mau kemana?”
“Aku dipanggil Pak Sidik keruang persiapan.”
“Ke ruang persiapan yang diujung lorong sana?”
“Iya.”
“Ada apa memangnya?”
“Aku juga tidak tau, makanya aku harus kesana.”
“Oh, kalau begitu aku duluan yah.” Pamit Dila.
Rissa mengangguk dan melanjutkan langkahnya kembali. Setelah Sampai didepan ruang persiapan, ia setengah ragu untuk masuk kedalamnya. Pasalnya ruangan itu sangat gelap dan banyak barang – barang tak terpakai didalamnya. Membuat suasana ruangan itu menjadi menyeramkan.
Rissa memegang kenop pintu yang tidak terkunci itu, “Ah tidak terkunci, mungkin Pak Sidik ada didalam.” Kemudian ia masuk kedalam dan tiba – tiba, ‘blam’ pintu tertutup dari luar. “Ah,, kok pintunya tertutup. Tolong dibuka, disini sangat gelap.. tolong dibuka. Hey siapa yang mengunci pintunya!” Rissa mengedor – gedor pintunya dengan sekuat tenaga, namun nihil tak seorangpun yang mendengar suara teriakan Rissa. Karena ruangan tersebut berada sangat diujung lorong lantai 3 dan tak mungkin terdengar di ruangan lain.
“Ada apa ini? Kenapa tidak ada siapapun disini. Tidak ada Pak Sidik disini. Aku dikerjai oleh seseorang.” Ucapnya sedikit gemetar.
Rissa mencoba mengedor – gedor pintunya kembali berharap ada yang menolongnya.
***

“Ada apa kalian memanggilku disini?” tanya Renal yang sudah berada ditaman belakang sekolah.
“Begini, kami ingin menanyakan sesuatu padamu.” Jawab Inka.
“Langsung saja, kemarin waktu kamu melakukan kencan buta dengan Rissa. Kamu tidak melakukan sesuatu sesuai list yang kami buat. Apa kamu punya rencana sendiri.” Ucap Sam.
“Tentu saja tidak. Aku hanya malas, terlalu banyak dan terlalu berbelit – belit kegiatan kencan buta kalian. Jadi tidak menarik buatku.”
“Hn?”
“Jadi setelah kamu mengajak Rissa ke arena bermain, apa yang kamu lakukan?” tanya Inka.
“Ia meminta untuk pulang kerumah. Dan setelah itu aku antar dia kerumah.”
“Hanya itu?”
Renal mengangguk.
“Kami tidak percaya.”
“Apa aku terlihat menyembunyikan sesuatu?”
Inka dan Sam memperhatikan mimik wajah Renal dengan sekSama.
“Apa kamu tidak menanyakan perasaannya?” tanya Sam.
“Hemm.. kurasa sempat ketika aku antar dia pulang.”
“Lalu apa jawabannya.” Sam antusias ingin mendengar jawaban Renal.
“Dia tidak menjawab.”
“Hah?”
“Hanya saja, wajahnya memerah pada saat aku bertanya ‘bagaimana perasaanmu kencan denganku?’ kurasa itu tandanya ia malu mengatakan bahwa ia senang.”
“Bukan itu yang kami maksud!” seru Inka kecewa.
“Lalu?”
“Maksudnya perasaannya padamu, apakah benar ia menyukaimu atau tidak?” jelas Inka.
“Oh… tidak.. karena bagiku itu tidak begitu penting.”
“Ihh.. kamu ini, katanya ingin membantu kami untuk mengetahui perasaannya padamu.” Protes Sam.
“Awalnya seperti itu, tapi kurasa itu terlalu vulgar untuk ditanyakan. Biarkanlah perlahan ia menyadari perasaannya padaku. Itupun jika memang benar.”
“Kamu ini memang mempunyai rencana tersendiri!” delik Sam.
“Hahahhaa.. apa – apaan sih kalian. Ini berjalan mengalir begitu saja kok..”
Inka menghela nafasnya, “Lalu apa yang mesti kita jelaskan kepada Rissa, Sam?”
Sam masih kesal dengan tingkah cuek dari Renal tersebut, “Kita katakan saja sejujurnya.” Ucapnya. “Aku merasakan aura iblis disini, tak kusangka seseorang dihadapanku ini tidak menghargai perasaan orang lain. Terlebih lagi mungkin karena ia merasa kalau ia itu tampan dan pintar sehingga dengan sombongnya ia melakukan ini kepada kita dan teman kita. Kurasa ini hanya kesenangan semata untuknya, hanya untuk mencari kesibukan dari hari – hari sibuknya menjadi orang yang populer.” Sinisnya Sambal memandang kesal kearah Renal.
Renal hanya mengangkat kedua alisnya.
“Kamu ini bicara apa sih?”
“Sudahlah Ka, kita buang – buang waktu saja. Ayo kita cari Rissa dan mengatakan padanya kalau ia sudah salah menyukai seseorang.” Sam merangkul Inka untuk pergi dari sana.
Renal terlihat bingung dengan tingkah Sam barusan. Ada sebuah penolakan dari pernyataan Renal yang sebenarnya untuk Rissa.

***

tbc

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...