Selasa, 27 Desember 2016

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 11

IDOL SCHOOL

Chapter 11

Genre              : School life, Romance, Comedy

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10

**********_____________________***********


Yuko terlihat tersenyum jahat sejak bel istirahat tadi, seperti ada sesuatu yang ia lakukan kepada orang lain. Tanpa disadarinya Renal sudah menduduki kursinya.
“Renal, bagaimana apa kau akan ikut olimpiade matematika tersebut?” tanya Adrian segera memposisikan duduknya didepan meja Renal.
“Hem? Masih ku pikirkan permintaan walikelas kita.” Ucapnya dingin.
Adrian yang melihat ada kejanggalan diraut wajah Renal langsung bertanya, “Ada apa? Seperti ada yang dipikirkan?”
“Hn?”
“Ayolah Nal, masalah gadis itu?”
“Hah? Gadis yang mana?” tanya Yuko tiba – tiba berdiri disamping Adrian.
Kedua laki – laki itupun menoleh kesumber suara.
“Eh, ada Yuko. Mau duduk?” alih – alih Adrian berubah sikap didepan siswi tercantik diangkatannya itu.
“Enggak makasih.” Jawabnya jutek. “Tadi kamu bilang gadis. Siapa gadis yang kamu maksud Adrian?” tanyanya.
“Ah… itu gadis yang ada dipikiran Renal.. hahahaha..” godanya.
“Apaan sih!” seru Renal tidak suka.
“Tuh lihat Renal jadi kesal gara – gara ucapan bodohmu!” Yuko mengomeli Adrian.
“Lah, kok jadi aku yang salah?”
“Iyalah. Gadis apa? Mana ada gadis lain yang ada dipikiran Renal selain aku!” seru Yuko tak mau kalah.
“Ihh… segitu percaya dirinya..” jaawab Adrian bergidik geli.
“Ugghh.. apa – apaan ekspresimu itu.”
“Hey kalian berdua! Bisa tidak bertengkar ditempat lain, jangan didepanku.” Selak Renal dengan nada dingin khasnya.
Mereka berdua sontak terdiam.
“Dia duluan Nal, aku kan…” ucap Yuko dengan nada lembut.
“Apaan kamu duluan yang mulai.” Sela Adrian.
Yuko melirik tajam dan mengisyaratkan ‘Mau diam atau aku cakar mulutmu itu’. Adrian langsung membungkam mulutnya.
“Oke, aku kembali ketempat dudukku.” Adrian bangkit dari duduknya dan sedikit menjulurkan lidahnya kearah Yuko.
Kedua mata Yuko membelakak melihat tingkah Adrian barusan. Dan Renal hanya menghela nafasnya. Yuko memposisikan duduknya dihadapan Renal.
“Re, minggu depan temani aku yuk.” Ajaknya.
“Kemana?”
“Hem.. aku mau ketoko buku. Ada buku yang harus ku cari untuk referensi ujian nanti.” Jelasnya dengan wajah sumringah.
Renal terdiam sejenak. “Apa tidak ada teman wanitamu yang lain. Yang bisa kamu ajak pergi?”
Yuko menggelengkan kepalanya dan mengeryutkan bibirnya.
“Aku tidak bisa.”
“Apa kamu ada acara lain?”
“Tidak penting kamu tau atau tidak.” Jawabnya acuh. Mood Renal saat ini sedang tidak baik, mungkin akibat percakapannya dengan dua orang teman Rissa barusan.
Yuko tengah memutar otak. “Jangan begitu, kita sudah dekat lama. Masa kamu tidak mau memberitahuku.”
“Kamu rasa begitu?”
Yuko mengangguk manja.
‘Hah.. gadis ini!’ eluhnya dalam hati. Renal memajukan badannya kedepan tepat dengan batas dari mejanya. Menopang dagu dikedua telapak tangannya dan siap bersikap manis. “Yuko yang cantik. Tidak semua sesuatu yang berhubungan dengan teman dekat dapat diberitahu. Ada bagian pribadi dimana bagian itu sudah ada pembatasnya. Apa kamu paham?” tekannya dengan memberikan senyum manis palsunya itu.
Yuko terhenyak sebentar, namun dalam hatinya ada rasa kecewa disana. Ini jelas penolakan dari laki – laki pujaannya itu.

***

Dalam ruangan begitu gelap dan pengap, Rissa masih terkunci disana. Entah siapa yang melakukan hal itu padanya. Yang jelas dalam pikirannya saat ini, ia berharap ada yang menyelamatkannya dari situasi ini.
‘tok tok tok’. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rissa.
“Apa ada orang didalam?” tanya orang lain dari luar pintu.
Rissa sedikit mempercepat langkahnya mendekati pintu, “Ya ada. Tolong aku terkunci disini.”
“Oh, Rissa kamu didalam?”
“Seperti suara Inka?” lirihnya, “Iya betul, aku Rissa. Tolong aku.” Pintanya dengan suara sedikit gemetar.
“Tunggu, Sam sedang mengambilnya diruang guru.” Jawab Inka dari balik pintu. Ia nampak khawatir dan berjalan mondar mandir didepan pintu menunggu kedatangan Sam.
“Inka, ini kuncinya.. hosh.. hoshh..” Sam tiba dengan cepat, ia berlari dari ruang guru ke ruang persiapan di ujung lorong lantai atas. “Rissa benar ada didalam?” tanyanya sambal mengatur nafasnya.
Inka hanya mengangguk – angguk sembari mencoba membuka kenop pintu yang terkunci itu. – klik –. “Ah… akhirnya.”
Pintu terbuka, Rissa langsung memeluk Inka dan ia menangis tersedu – sedu.

Di ruang UKS,
“Siapa yang menyuruhmu keruang itu?” tanya Sam kesal.
Rissa yang tengah berbaring dikasur ruang UKS dan Inka yang duduk disampingnya menatap sendu kearah Rissa.
“Aku tidak tau. Mereka datang kekelas dan memberitahuku kalau aku dipanggil pak Sidik kesana. Aku menurut saja.” Jawab Rissa pelan. Kedua matanya masih terlihat sembab dan ia masih lemas.
“Kamu tidak mengenalnya?” kini gentian Inka yang bertanya.
Rissa menoleh kearahnya dan menggeleng pelan.
Inka menatap Sam, “Siapa ya kira – kira orang yang jahat melakukan hal itu. Tega – teganya mereka membuat orang lain menjadi seperti ini.”
“Berapa orang? Apa kamu tau ciri – ciri mereka?” tanya Sam selidik.
“Hem… ada dua orang. Yang satu berambut panjang dan yang satu pendek namun ikal.” Jawab Rissa lagi.
Sam nampak berpikir. Rissa terdiam dan menghela nafasnya.
“Hem… terima kasih ya kalian sudah menolongku. Kalau tidak, mungkin aku akan kehabisan nafas diruang yang hampir kedap udara itu.”
“Iya sama – sama Rissa.” Jawab Inka.
“Tapi darimana kalian tau kalau aku terkunci disana?”
“Ah.. itu. Tadi saat jam pelajaran dimulai kamu tidak ada dikelas dan ibu guru mencarimu. Lalu Dila bilang kalau kamu dipanggil pak Sidik ke ruang persiapan.” Jawab Inka.
“Tapi bu guru bilang kalau pak Sidik hari ini ijin tidak masuk. Jadi kami langsung ijin untuk menghampirimu.” Susul Sam.
“Oh.. begitu. Bagaimanapun aku sangat berterimakasih pada kalian berdua.”
“Iya Rissa.” Senyum Inka. “Ngomong – ngomong, kami juga ingin minta maaf padamu pasal kencan buta minggu lalu.”
“Iya Rissa, kami minta maaf ya.” Susul Sam dengan tatapan sendunya.
Rissa menatap mereka berdua dalam diam. Hal itu membuat pikiran Inka dan Sam bertanya – tanya. Apakah Rissa masih marah atau kesal kepada mereka.
“Awalnya aku ingin menyusul kalian yang terburu – buru keluar saat jam istirahat. Seolah – olah menghindariku. Aku ingin penjelasan dari kalian kenapa pasangan kencanku dia?. Dan jujur aku kesal kepada kalian berdua. Aku merasa dikerjai oleh kalian.” Omel pelan Rissa, lalu ia menghela nafasnya, “Tapi setelah kalian menolongku, anggap saja impas. Aku memaafkan ulah kalian.” Ucapnya tersenyum kecil.
“Ah… Rissa aku menyayangimu…” peluk Sam menindih tubuh Rissa yang tengah berbaring itu.
“Hmmmpppphhh…” Rissa terkejut dan mencoba menahan berat badan Sam.
“Hei, kamu bisa membuat Rissa sesak nafas tau!” Inka menyangkal lengan dan tubuh Sam dari tubuh Rissa. “Ughh.. kamu ini Sam!” protesnya.
“Hehehee.. maaf..” Sam menjulurkan lidahnya dan tersenyum gaje (?).
Inka mengalihkan pandangannya, “Sebenarnya, kami hanya ingin tau apakah kau memliki perasaan kepadanya. Karena kamu selalu menyembunyikannya. Awalnya kami hanya penasaran, tapi….” Ucapannya berhenti.”
“Sudah tidak usah dilanjutkan lagi. Rissa, aku katakan padamu untuk berhenti nge-fans sama laki - laki menyebalkan itu.” Sela Sam dengan menekuk wajahnya.
Tiba – tiba wajah Rissa memerah dan ia bangun dari tidurnya, “Eh, laki – laki mana?” tanyanya malu.
Inka sedikit terkejut dengan sikap Rissa, “Eh..”
“Siapa lagi kalau bukan Renal.” Sam menekankan.
“A…a…kuu tidak suka padanya kok.” Bohongnya dengan menyembunyikan rona merah dikedua pipinya.
“Eh… benarkah?” tanya goda Inka mendekati Rissa.
Rissa memalingkan wajahnya, namun telak Sam tengah menatapnya dengan tatapan menggoda. Rissa memalingkan wajahnya lagi dari Sam dan bertemu wajah Inka. Alhasil ia menundukkan wajahnya malu.
“Hahaa… Rissa Rissa.. kamu ini, pemalu banget sih anaknya. Tapi kamu juga terkadang aneh.” Ucap Sam terbahak – bahak.
Inka ikutan tertawa pelan, “Ssstt… ini di UKS. Jangan berisik. Takut kedengaran keruang sebelah.”
“Tau ih, Sam pelankan suaramu itu.” Kata Rissa yang wajahnya masih terlihat seperti kepiting rebus.             “Ehmm.. bukankah kalian yang mengidolakan dia? Kenapa jadi aku yang kalian kerjai. Kenapa bukan kalian saja yang kencan dengannya?” susulnya.
Tawa Sam terhenti dan melipat kedua tangan didepan dadanya, “Itu dulu! Detik ini sudah tidak lagi!” serunya.
Inka yang melihat sikap Sam terdiam.
“Hah? Ada apa?” tanya Rissa.
“Panjang ceritanya Rissa, nanti kami akan ceritakan padamu.” Jelas Inka. Disusul dengan anggukan Sam.

***

Rissa termenung didalam kamarnya, sejak kepulangannya dari sekolah tadi sore. Ia masih memikirkan siapa orang yang telah mengerjainya hari ini. Kalau saja sahabatnya tidak menolongnya, dipastikan ia akan kehabisan nafas didalam ruangan itu.
Sambal menggosokkan rambutnya yang basah dengan handuk mandi, “Kenapa belakangan ini aku sering dikerjai ya? Baik dari teman sendiri maupun dari orang lain. Huffftttt…” eluhnya.
-          Tok tok tok – suara ketukan pintu kamar Rissa.
“Masuk, tidak dikunci.” Ucapnya.
“Bibi masuk ya.”
“Ah iya Bi.” Jawabnya sambil menggeser duduknya ditepi tempat tidur.
“Begini, untuk 3 hari kedepan bibi dan paman akan pergi mengunjungi makam nenek didesa. Jadi bibi akan meninggalkanmu dengan Arya dirumah. Apa kamu tidak apa – apa?”
“Jadi bibi akan pergi ya.”
Bibinya mengangguk. “Kamu pasti khawatir kalau Arya akan mengerjaimu ya?” tanyanya.
Rissa menggangguk.
“Bibi pastikan dia tidak akan macam – macam denganmu.” Ucapnya dengan tersenyum. “Jika dia macam – macam, telepon bibi saja ya. Bibi akan marahi dia.”
“Tidak usah khawatir. Aku kan anak baik – baik Bu.” Selak Arya yang sejak tadi berdiri didepan pintu kamar Rissa. Sambil menyandar.
“Tuh, kayak hantu. Tiba – tiba muncul buat orang kaget saja!” cibir Rissa.
“Aih aih.. itu bibir manyun sampai berapa centi?” goda Arya menghampiri.
“Huh!” Rissa memalingkan wajahnya.
“Pffttt.. kalian ini seperti kakak adik betulan ya.” Tawa kecil Bibi Hanum, Ibu dari Arya.
“Tidak sudi Bi, punya kakak seperti dia.” Ketus Rissa.
“Hei, siapa pula yang mau memiliki adik manja dan ketus sepertimu.” Sangkal Arya tak mau kalah.
“Manja? Aku tidak manja tau!” serunya penuh dengan penekanan.
“Cihh anak manja tetap saja manja…”
“IIhhh… kamu ini….”
“Sudah sudah jangan bertengkar.” Lerai Bibi Hanum. “Kamu mengingatkan Bibi dengan Maya.” Ucapnya sambil menatap dan membelai kepala Rissa.
Rissa menjadi terharu melihat tatapan sendu Bibinya dan mengukir senyum diwajahnya, “Maaf ya Bi, kalau Rissa selalu membuat Bibi repot.”
“Tidak apa Rissa, bagaimanapun kamu juga anak Bibi kok.” Jawabnya sambil memeluk erat Rissa. Dan Rissapun balas memeluk Bibi Hanum.
Arya yang melihat pemandangan itu ikut terharu, sejenak iapun teringat adik tercintanya itu. Dia sangat mirip dengan Rissa. Dibalik dari kejahilannya terhadap Rissa, sebenarnya ia hanya ingin menyimpan kesedihan dan kerinduannya terhadap mendiang adiknya.
“Aduhh enaknya dipeluk begitu.” Celetuk Arya.
Mereka berdua melepas pelukannya.
“Apaan sih menganggu suasana saja tau!” seru Rissa.
“Kamu ini Arya, jangan usil dan jahil pada Rissa selama Ibu dan Ayahmu pergi ya.”
“Tuh dengerin.”
“Hhaaahh… iya iya Bu. Arya tidak akan usil dan jahil pada Rissa.” Akunya.
“Nah, kamu dengar sendiri dari mulut orangnya kan Rissa.” Kata Bibi Hanum.
Rissa mengangguk – angguk senyum.
“Tapi… tidak dengan menggodamu.. hahahahaaa…” ucapnya sambil berlalu dari kamar Rissa.
“Apaaaa????”

***

“Hem.. jadi Ayah tidak akan pulang lagi minggu ini?” tanya Renal dengan ponsel yang menempel ditelinga kirinya. Ia bersandar di balik pintu kamarnya.
“Ada urusan kantor yang mendadak harus diselesaikan disini Renal, jadi kepulangan Ayah kerumah sepertinya akan tertunda lagi.” Jawabnya dari seberang.
“Sampai kapan?”
“Tidak bisa diperkirakan waktunya.”
‘Hah.. selalu seperti itu!’ gumamnya dalam hati. “Baiklah Yah, selamat bekerja.”
Klik. Sambungan telepon itu diputusnya.
Renal menghampiri sebuah meja didepannya dan duduk dikursinya. Ia terdiam, wajahnya terlihat muram. Ada kekecewaan dan rasa kesal disana. “Dia selalu mendahulukan pekerjaannya dibanding anaknya sendiri.” eluhnya.
Renal merebahkan tubuhnya, ia menatap langit – langit kamar. Mengatur deru nafasnya yang sejak tadi terasa sulit. Sesak didada yang ia rasakan, amarah yang terkumpul dalam dirinya. Menciptakan rasa benci untuk ayahnya, yang selama ini ia perjuangkan untuk tidak terjadi dalam hidupnya.
“Untuk apa rumah mewah dan bisa memiliki apa saja, kalau kebahagiaan memiliki keluarga yang utuh bahkan rasa kasih sayang selayaknya orang tua untuk anaknya. Aku tidak pernah rasakan.” Ucapnya. “Kalau saja Ibu masih ada, mungkin aku bisa merasakan kasih sayangnya.” Kedua mata Renal terpenjam sejenak, sebulir air mata masih menetap disudut kedua matanya.

Beberapa jam kemudian, setelah Renal tertidur nyenyak. Ia beranjak dari tempat tidurnya, menuruni tangga rumahnya, menghampiri dapur untuk mengambil segelas air minum untuk menghilangkan dahaga. Ia kembali melangkahkan kakinya keruang keluarga, menduduki dirinya disofa yang cukup panjang itu. Pandangannya masih setengah sadar sampai ia melihat selembar bekas tiket disana. Tanpa ragu ia mengambilnya dan menatap tiket itu.
“Ini?” Renal mengingat – ingat, “Oh, ini tiket kewahana bermain minggu lalu dengan gadis aneh itu.” Ucapnya tanpa disadari senyumannya terukir dibibirnya.
“Didekatnya sangat menyenangkan, seolah – olah aku melupakan masalahku. Dia gadis aneh yang pertama aku temui sekaligus gadis yang menarik. Gadis yang mudah untuk dijahili. Ckck. Kenapa aku jadi membicarakannya? Kenapa aku jadi ingin bertemu dengannya ya?”

***

Tbc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...