Sabtu, 17 Februari 2018

CERBUNG : REVERSE Chapter 9.3

REVERSE



Genre : Schoolife, Drama, Fantasy
Chapter 9.3

Prev Prolog123456789.19.2


***

Sejak kejadian hari itu, aku belum bertemu dengannya. Setiap aku melewati kelasnya, ia tidak ada disana. Aku menghela nafasku pelan, 'Ahh.. Pasti dia berpikir aku sudah gila!'.
'Bruk', Andika mendudukan dirinya dihadapanku membuatku sedikit tersingkap.
"Ah.. Kau!" kulihat wajahnya lesu, "Ada apa?"
Andika menoleh kearahku dengan tatapan sendunya, "Aku ditolak."
"Eh?"
"Aku nekat menembaknya tadi, dan jawabannya tidak bisa. Kau tau kenapa?"
"Kenapa?" walaupun sebenarnya aku tidak ingin tau.
Andika melirik kearah seseorang yang duduk dipojok depan kelas, "Tuh!" tunjuknya dengan isyarat mata.
Aku mengikuti arah matanya, "Ahh... Dia penggemarnya?" ucapku asal. Ya, dia adalah orang nomor satu disekolah dalam segala bidang prestasi, karena itu dia sangat sibuk mengikuti ajang perlombaan antar sekolah. Dia juga ketua kelas ini, namun semua tanggung jawabnya dialihkan padaku karena kesibukkanya.
"Bukan.. Dia pacarnya." lirihnya.
"Apa?" aku tidak percaya.
"Sari bilang padaku untuk tidak mengatakannya pada siapapun disekolah. Mungkin mereka menyembunyikannya, dia dan Sari satu SMP. Dan mereka sudah berpacaran sejak kelas 1. Tanpa sepengetahuanku..." jelasnya dengan raut wajah sedih.
Aku sedikit iba melihatnya, 'Ahh.. Jadi maksudnya dia ya? Orang yang dikenalnya dikelasku tempo hari.'

Andika sudah lebih dulu keluar kelas karena ada pertemuan antar anggota basket. Aku berjalan sendiri dan tak sengaja bertemu dengan Sari.
"Sari." panggilku.
Ia menoleh, "Eh ya Dimas. Ada apa?"
"Hm.. Aku tidak melihat Lyan belakangan ini. Apa kau tau dia dimana sekarang?"
"Hn? Kau tak tau?"
Aku menggeleng.
"Sudah tiga hari dia tidak masuk karena sakit."
"Sakit?"

Satu jam kemudian,
Aku berdiri didepan gerbang rumahnya sejak 5 menit yang lalu tanpa bergeming. 'Aku sedang apa disini?' gumamku.
Aku meminta alamat rumah Lyan pada Sari dan ia memberikannya.
"Sudah sampai sini Dimas, kau mau apa?" tanyaku sendiri. "Dasar bodoh!"
'Cklek' suara pintu akan terbuka. Aku terkejut melihat siapa yang keluar dari rumah itu dan kami bertatapan tanpa suara.

"Ini tehnya, silahkan diminum." tawarnya.
"Terima kasih." aku meliriknya, ia duduk agak jauh dariku. "Hem.. Kudengar kau sedang sakit?"
"Ah.. Sudah mendingan kok."
"Oh.. "
"Tau dari Sari ya?"
"Hn? Ah ya..." jawabku agak canggung. "Rumahmu sepi sekali."
"Iya... Ibuku sedang menjemput adikku ditempat les. Ayahku sedang kerja keluar kota." jawabnya. Wajahnya sejak tadi tidak menatapku.
"Maaf..."
Dia menoleh, "Hn? Maaf untuk?"
"Hal itu..."
Dia terdiam, "Tidak apa. Lagipula kau kan sudah menjadi pacarku sejak itu."

***

Sudah sebulan statusku berubah. 'Sekarang kau adalah pacarku!', ucapan yang begitu spontan itu keluar dari mulutku setelah aku menciumnya. Dan sampai saat ini aku tidak tau harus melakukan apa ketika sudah menyandang status itu.
Lyan-pun bersikap sama denganku, kami hanya menyapa seadanya jika berpapasan. Kami hanya berbalas pesan singkat yang tidak penting.
Aku menghela nafasku panjang entah sudah berapa kali, Andika menyadari itu.
"Hey.... Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Sejak tadi hanya menghela nafas saja." celetuknya.
"Tidak tau." jawabku.

Bel istirahat berbunyi, Aku berniat menuju kantin dengan Andika namun langkahku berhenti seketika.
Kuhampiri dia disana,
"Ada apa?" tanyaku pada Lyan.
Kedua manusia itu menoleh padaku, ya Lyan dan Eka.
Eka melirikku sekilas, "Tidak ada urusannya denganmu."
Aku terdiam sesaat, "Aku pacarnya." tukasku.
Ia terlihat terkejut, "Benarkah?" tanyanya padaku, "Benarkah itu Lyan?" beralih padanya.
Lyan hanya mengangguk - angguk. Aku melihat raut wajah tak suka disana.
"Ah..hahaa... Jadi ini alasannya kau menolakku?" lirihnya.
Lyan mengangkat wajahnya, "Iya. Sudah kubilang bukan? Ada orang lain yang aku suka, tapi kau malah melakukan hal memalukan itu." ucapnya pelan.
Oh, aku tau sebabnya kenapa Lyan terlihat tidak suka dengan situasi ini. Andika disampingku hanya melihat percakapan kami bertiga.
"Aku minta maaf..." ucap Eka kesekian kali.
"Sudah kumaafkan kok. Aku harus ketempat Sari. Permisi." ujar Lyan sambil berlalu.
Eka hendak memanggilnya namun bahunya kutahan, dia menoleh tajam kearahku.
"Kau tidak lihat ekspresi wajah tidak sukanya padamu. Jadi jangan menganggunya lagi. Atau kau akan  berurusan denganku." bisikku didekat telinganya.
Ia hanya mengernyitkan dahinya tak terima.

Hari sudah hampir senja, karena tugas tambahan dari guru fisika, aku harus menyelesaikan secepatnya hingga sore hari. Langkah kakiku berhenti ketika melihat sesosok gadis berdiri dekat kelasku.
"Sedang apa?" tanyaku menghampirinya.
Dia terkesiap, "Ah.. Anu.. Aku hanya ingin bilang terima kasih untuk yang tadi." ucapnya sedikit gugup.
Kulihat wajahnya memerah, tanpa sadar aku memegang dahinya, "Kau sakit? Agak panas."
Dia menundukkan wajahnya, "Tidak. Sudah dulu ya. Aku duluan." jawabnya membalikkan tubuhnya. Namun aku menarik tangannya. "Eh?"
"Ayo pulang bersama." ucapku.
Dia mengangguk.

***

Kala itu Lyan berlari kecil kearahku, "Dimas.."
"Hem?"
"Hari ini kau bisa temani aku ke..."
"Maaf aku tidak bisa, aku harus merangkum buku ini diperpus. Lain kali ya." selakku.
"Ah ya..." lirihnya

Hari berikutnya, jam olahraga,
"Ahh... Bolanya menggelinding..." ucap Andika hendak berlari mengambilnya.
"Biar aku saja.." ucapku.
"Oh oke."
Aku berlari menghampiri bola itu.
"Ini." Lyan menyerahkan bola itu padaku.
"Terima kasih." jawabku dingin dan berlalu begitu saja.

Hari berikutnya, jam istirahat,
"Dimas.." panggilnya menghampiriku.
"Ya."
"Apa hari ini kau ada waktu kosong?"
"Tidak."
"Ah begitu ya..." ada raut kecewa diwajahnya.
"Kenapa?"
"Aahh.. Tidak ada apa - apa kok. Aku kekelas dulu. Dah." ucapnya sambil berlalu.
Aku terdiam sesaat memperhatikan tubuhnya dari belakang, "Hari ini sampai jam 4 Sore. Setelahnya tidak ada acara apa - apa." lanjutku.
Dia berhenti dan menoleh kearahku, "Ah.. Baiklah aku akan menunggumu di bangku dekat lapangan." jawabnya tersenyum.
"Oke."

Pukul 17.30 Wib, satu jam lebih lambat dari waktu yang ku katakan padanya. Aku hampir lupa karena terlalu serius belajar diperpus tadi. Aku berlari menuju lapangan tempat dia menunggu. 'Ku harap dia sudah tidak menunggu. Jika tidak....' aku mengatur nafasku yang tersengal - sengal dan berhenti berlari ketika melihat ia tertidur disana.

"Seharusnya kau pulang saja. Jika sudah menunggu selama itu." ucapku ketika kami sudah berada dibus.
"Ah.. Aku ketiduran tadi...hehee.." jawabnya.
Aku meliriknya sekilas, "Dasar. Kau membuatku khawatir!" seruku.
Dia tertegun, "Maaf."
Aku menatapnya, "Lain kali jika aku tidak menepati seperti itu. Kau pulang saja." ucapku kemudian mengalihkan pandanganku kearah lain, "Hah... Menyusahkan.." lirihku.
Saat itu aku tidak tau bahwa ia mendengar perkataanku yang terakhir dan salah mengartikannya. Yang ku tau belakang bahwa hatinya merasa sakit mendengarnya.

Hari demi hari berlalu begitu saja, Lyan tidak lagi menemuiku seperti sebelumnya bahkan ia-pun tidak mengirim pesan singkat padaku.
Awalnya aku biasa saja, namun entah kenapa aku terus memikirkannya.
'Brak' pintu kelas mendentum keras. Andika menghampiriku dengan wajah cemasnya.
"Hey ada apa?"
"Kau harus ikut denganku. Cepat aku mendapat sms dari Sari penting!"
Aku mengernyitkan dahiku sampai ia memperlihatkan sms itu dari layar ponselnya. Tanpa pikir panjang aku berlari menuju tempat yang disebutkan oleh Sari.

From : Sari
To      : Me

Tolong sampaikan pada Dimas. Lyan sedang dalam bahaya, ku lihat ia dibawa pergi paksa oleh seorang siswa dan kelompoknya. Dan aku mengikutinya sampai dibelakang sekolah. Aku tunggu! Cepatlah!

----
Sesampainya ditempat kejadian, terlihat Lyan terduduk lemas dibawah, sedangkan Eka dan Reihan berkelahi dengan sekelompok siswa yang tidak kukenal. Aku dan Andika menghampiri mereka, "Hey!!!"
Andika membantu melerai mereka, aku dengan sigap menghampiri Lyan dan mengangkat tubuh lemasnya ke tempat yang aman.
"Kau terluka?" tanyaku cemas.
Dia terdiam, yang kudengar hanya isak tangis dari bibirnya. Jujur saja hatiku terasa sakit dan amarah mulai menyelimuti diriku. Ketika aku hendak berdiri, tanganku ditahan olehnya, "Hn?"
Dia menatapku sendu dengan kondisi sudut bibirnya mengeluarkan darah beku dan kedua mata yang masih basah itu. Dia menggelengkan kepalanya, bahwa aku tidak perlu terlibat perkelahian itu. Aku mengcengkram kuat kedua tanganku kesal karena tidak bisa berbuat apa - apa.
Tiba - tiba Sari berlari diikuti oleh seorang Guru BK.
"Ayo Pak. Disana! Lihat Pak!" teriak Sari.
"Hey berhenti dan diam ditempat.!" serunya.

Saat ini kami semua berada diruang kepala sekolah, kulirik Sari tengah menenangkan Lyan.
"Erhem.." Kepala Sekolah, "Apa yang terjadi?" tanyanya tegas.
"Hanya perkelahian biasa saja Pak." ucap salah seorang siswa berambut cepak itu.
"Diam kau! Bapak kepala sekolah tidak bertanya padamu!" seru Guru BK padanya.
Kulirik Lyan mengangkat wajahnya, "Dia menarik paksa saya untuk ikut dengannya. Dan dia menampar pipi saya sebanyak dua kali. Ketika dia ingin meninju wajah saya, dua teman sekelas saya datang menghadang namun mereka malah terlibat perkelahian. Satu orang dari kelas lain datang mencoba melerai mereka dan yang satunya membantu saya untuk berpindah tempat yang lebih aman. Begitulah cerita yang sebenarnya." jelas Lyan tanpa ragu.
Tatapan kedua mata kepala sekolah terlihat tajam. "Hem.. Pak kemari sebentar." ujarnya pada Guru BK, dan ia berbisik padanya.
"Kalian semua ikut saya keruang BK." ucap Guru BK setelahnya.

"Kalian bertujuh akan mendapatkan surat skorsing dari sekolah. Kalian, Eka dan Reihan dari kelas 2B walaupun niat kalian menolong namun terlibat perkelahian adalah salah satu tindakan tidak baik, jadi kepala sekolah memutuskan kalian mendapatkan surat skorsing selama 3 hari." tegasnya pada Eka dan Reihan. "Dan kalian, Gendra, Jaya, Andri, Jenos dan Hari kalian akan mendapatkan surat skorsing selama 2 minggu karena kalian melakukan tindak kekerasan kepada orang lain." lanjutnya. "Dan satu lagi, kau Hari! Kau akan dinonaktifkan sebagai tim inti sepak bola sekolah selama masa skorsing. Sudah jelas semua?" tanyanya.
Semua menunduk dan terdiam hanya siswa yang bernama Hari itu tetap menegakkan wajahnya tanpa rasa sesal.
"Kalau sudah jelas sekarang bubar dan kembali kekelas. Ayo!" serunya.
Kami semua berhambur keluar dari ruangan BK. Hari dan teman - temannya itu berlalu begitu saja tanpa minta maaf.
Lyan berjalan dibantu oleh Sari. "Apa masih terasa sakit? Ayo kuantar kau ke ruang UKS." ajaknya.
"Tunggu sebentar." lirih Lyan meringis.
"Eka, Reihan... Terima kasih ya telah menolongku." ucap Lyan.
"Iya sama - sama." jawab Reihan.
"Maaf gara - gara aku kalian kena skors."
"Tidak apa kok. Yang penting kau tidak apa - apa." jawab Reihan.
"Tidak usah berterima kasih Lyan. Anggap saja kita impas." ucap Eka tiba - tiba.
Lyan tertegun, "Hem.."
"Sudahlah obati lukamu dulu sana." ujarnya kembali.
Lyan mengangguk kemudian menatap Andika, "Terima kasih juga padamu."
"Ah ya. Sama - sama." jawab Andika.
Lyan menatapku, "Terima kasih ya dan maaf kalau aku jadi menyusahkanmu lagi."
Aku tertohok, suaraku tercekat ditenggorokan. Apa ini?.
"Ayo Lyan aku obati lukamu." ajak Sari.
"Iya."
Aku terus menatapnya, menatap tubuhnya yang lemas itu.
"Hey, jika kau tidak bisa menjaganya lagi. Aku tidak akan segan - segan mengambilnya darimu." ancam Eka padaku dan berlalu pergi.
Aku terdiam tidak bisa berkata apapun.
"Kau tidak apa - apa? Dia seperti mengancammu?" tanya Andika khawatir.

***

Aku seperti orang bodoh belakang ini, memikirkan perkataan Eka tempo hari. Aku merasa ada yang mengganjal, aku tidak menerimanya tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun.
"Sebenarnya kau menyukai Lyan atau tidak?" tanya tiba - tiba dari Andika.
Aku terkesiap dari lamunanku, "Eh?"
"Kau pacaran dengannya tapi tidak terlihat seperti itu."
"Memangnya aku harus apa?"
"Haaa... Tuan pintar satu ini, kau kalah romantis dengannya..." tunjuknya kearah Oki yang sedang duduk membaca buku dikursinya. "Dia yang begitu acuhnya masih bisa romantis dengan pacarnya. Yah walaupun aku tau semua cerita itu dari Sari. Sakit mendengarnya tapi jika Sari bahagia kenapa tidak?" susulnya.
Aku tengah berpikir selama ini aku sudah melakukan apa dengan Lyan. "Ah.. Aku kan sudah menciumnya waktu itu."
"Hee.... Memang itu saja cukup?! Haduh... Kau itu terlalu acuh dan agak dingin padanya."
"Hn?"
"Aku tidak pernah melihatmu bicara mesra berdua dengannya?"
"Hah? Apa itu perlu?"
"Oke skip. Tidak perlu. Itu hanya akan menambah penderitaanku menjadi jomblo." ungkapnya, "Hemm.. Begini, berilah perhatian dan pengertianmu padanya. Ajaklah ia kencan diakhir pekan ini akan membuat hubunganmu dengannya bertahan lama."
"Akhir pekan? Ah tidak bisa. Aku ada les tambahan."
"Haiissh... Pindah jadwal saja. Lagian kau sudah pintar kenapa harus les tambahan segala sih. Les apa?"
"Les bahasa asing."
"Eh? Bukankah kau bisa bahasa inggris?"
"Aku les bahasa jepang dan jerman."
"Haaahhhh... Yasudah bagaimana jika hari biasa disekolah. Ajak ia kekantin bersama?" ujarnya dengan sumringah.
"Hem?? Ah... Itu akan menjadi pusat perhatian. Aku tidak begitu suka." jawabku, sebab aku pernah melihat orang berpacaran dikantin dan itu sangat menggelikan.
"Mati saja kau!" Andika merajuk.
"Hah? Bicara apa kau ini!"
"Kalau kau bersikeras seperti itu, kuharap kau tidak akan menyesal jika pacarmu direbut orang lain." kesalnya.
"Heh? Kau bilang apa barusan? Direbut? Siapa yang akan merebutnya dariku?" tekanku kesal.
"Kau tidak mau dia direbut orang lain?"
"Tentu saja!."
"Ck. Kau egois sekali sih. Kusarankan kau harus mencoba bicara berdua dengannya sekali saja sejak kejadian kemarin kau belum bertemu dengannya lagi kan?"
Aku melemah mendengar ucapanya Andika.

Aku mengirimkan pesan singkat ke nomor ponselnya. Aku menunggu kedatangannya setelah pulang sekolah di taman belakang.
Aku menatap langit yang berwarna biru cerah hari ini, tidak terlalu terang dan cuaca yang begitu hangat seakan seirama.
"Dimas..." Lyan berlari kecil kearahku.
Aku menatapnya, 'Dia manis.'
"Maaf tadi aku mengumpulkan tugas keruang guru. Lama menunggu?" tanyanya mendudukkan diri disampingku.
"Tidak." aku mengubah posisi dudukku menghadapnya dan itu membuat ia sedikit terkejut.
"Ada apa?"
"Apa kau menyukaiku?" 
"Eh kenapa tiba - tiba?" wajahnya memerah.
"Jawab saja."
"Hemm.. Ya.." gugupnya.
Aku mengubah kembali dudukku menghadap samping, menghirup udara sebanyak - banyaknya dan menghembuskannya perlahan.
"Apa kau merasa bahagia pacaran denganku?"
"Eh?... Ehmmm..."
"Tidak ya?"
Ia tertegun, "Bukan... Bukan begitu."
Aku menoleh dan menatapnya. Ia menengadahkan wajahnya menatap langit. Rimbunnya pohon membuat bayangan yang menutupi sebagian wajahnya yang terkena sinar matahari itu. Aku tertegun, ada rasa berdebar dihatiku ketika melihatnya.
"Aku saja yang serakah... Kau sudah menembakku saja itu sudah membuatku terkejut sekaligus senang. Sebenarnya sebelum kau berbohong pada kakak sepupumu, kurasa aku sedikit menyukaimu. Tapi aku tidak berani mengakuinya, karena aku tau tidak pantas bagiku berharap lebih." jedanya, "Waktu aku mendengar kau mengatakan 'menyusahkan' aku mulai berpikir, selama ini mungkin aku menyusahkanmu, memintamu ini dan itu, menganggu waktumu hanya untuk kepentinganku saja."
"Ah.. Itu...." aku merasa tidak enak hati.
Dia menoleh kearahku dan tersenyum, "Aku tidak apa kok, kau tidak perlu berubah hanya untukku. Kau sudah mengakui aku sebagai pacarmu saja aku sudah senang."
Aku tidak percaya ini, ia yang ku perlakukan dengan biasa, dengan sikap acuhku, sikap dinginku dan bahkan aku tidak mengelak bahwa aku sempat berpikir pacaran itu sangat merepotkan. Tapi dengan sesederhana itu ia ungkapkan, membuat hatiku terenyuh.
"Aku... Menyukaimu..." ucapku.
Ia membulatkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang kukatakan, "Terima kasih." jawabnya disusul dengan senyuman manisnya.
Aku membalasnya dengan senyuman dan tanpa sadar aku mendekatkan wajahku kearahnya, 'chu~'. Lagi, aku menciumnya untuk kedua kali.

Flashback off

***

Lyan merengut dan menyipitkan kedua matanya.
"Kenapa denganmu?" tanya Dimas aneh.
"Kau bercerita hanya dari sisimu saja. Mana aku tau keseluruhan ceritanya.. Bagaimana dengan keluargaku?"
"Hehhh.. Kau tidak pernah menceritakan keluargamu tau. Jadi kuanggap kondisi keluargamu baik - baik saja. Lagi pula Ibumu itu periang, jika aku kesana dia selalu heboh dengan memberiku banyak makanan."
"Apa? Begitu ya? Hemm.. Seperti bukan ibuku saja... Biasanya kan agak pelit ya.." terka lyan.
"Ck. Sudahlah. Aku lapar, kau mau makan tidak." selakku.
"Tentu saja." sahutnya.
"Kalau begitu ayo!" seru Dimas menggandeng tangan Lyan.
"Eh tapi tunggu, jadi waktu aku menanyakan perihal Hari dan kau terlihat tidak suka karena hal itu ya?"
"Hm." Dimas mengiyakan.
"Tapi waktu itu kenapa ya dia menarikku dan menamparku?"
"Mana kutau." jawabnya asal.
"Hah? Makanya kalau cerita yang jelas dong jangan sepotong - sepotong begitu!" serunya kesal dan melepas pegangan tangannya.
"Hey, kalau mau protes ke authornya saja sana!" Dimas tambah kesal. "Kau ini kenapa sekarang jadi cerewet sekali sih."
"Memangnya aku dulu tidak begini?"
"Tidak. Kau dulu pendiam tapi pemberani. Sekarang kau ini cerewet sekali."
"Kau tidak suka? Kalau tidak suka ya sudah, pergi sana. Memangnya aku yang mau jadi seperti ini. Hilang ingatan lalu berubah sikap. Memangnya siapa yang mau susah - susah seperti ini. Apa aku terlihat berpura - pura?" ungkapnya.
Dimas terdiam seolah sedang memutar otaknya untuk menghadapi gadis yang dicintainya itu. Dimas menarik tangan Lyan kembali dan menggenggamnya erat.
"Maaf... Kau yang dulu ataupun sekarang adalah Lyan yang kusukai. Ah ralat... Aku cintai, jadi mau pendiam atau cerewet sekalipun itu tidak berpengaruh apapun bagiku." jawabnya dengan memberikan senyuman maut miliknya yang tak diperlihatkan oleh siapapun kecuali pada Lyan.
Wajah Lyan merona, "Apa sih. Tidak jelas.." alihnya sambil melangkah pergi, menyembunyikan rasa malu dengan berjalan mendahului Dimas.
"Eh..." Dimas hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum geli.


***
Chapter 9 End.

Selasa, 06 Februari 2018

FF V-Eunha (BTS X GFriend Shipper) - FRIEND X LOVE Chapter 2 End



FRIEND X LOVE
Chapter 2

Title    : FF two shoot
Genre : Romance
Cast     : Eunha (Jung Eunbi) Gfriend
               V (Kim Taehyung) BTS
               Cha Eunwoo Astro
Other cast : Jung Yerin Gfriend, etc.

Chapter sebelumnya, 1

Happy Reading 😊

***

Eunha Pov,
Aku berjalan gontai seusai kerja lembur hari ini. Sesekali menghela nafasku kasar, mungkin saat ini tampilanku sedikit berantakan. "Ahhhh...lelahnya... Aku ingin berendam diair panas sepertinya enak.." khayalku. "Eh itu kan?" tak sengaja aku melihat Eunwoo dan Yerin didepan gerbang rumah Eunwoo.
Yerin tersenyum manis dihadapan Eunwoo yang membelakangiku dan ia mendekatkan wajahnya pada Eunwoo. Spontan aku membalikkan tubuhku, mencengkram kuat jemariku yang terasa sangat dingin itu. Nafasku terasa sesak dan ada sebuncah rasa ingin berteriak didalam diriku.
"Hn? Eunha? Sedang apa kau berdiri disana?" suara yang kukenal itu tiba - tiba menyadari kehadiranku. Aku berbalik dan tersenyum gaje (?). Kudapati tidak ada Yerin disana, sepertinya sudah pulang.
"Ah..hmm.. Aku hanya.." jawabku terbata - bata mencari alasan.
Eunwoo berjalan mendekatiku, "Kudengar dari Yerin, beberapa hari ini kau ditugaskan pergi keluar kota? Bagaimana keadaanmu apa kau sehat?" tanyanya.
Aku menatapnya, 'Dia masih mengkhawatirkanku?'.
Eunwoo melambaikan telapak tangannya dihadapanku, "Kau mendengarku tidak?"
"Eh.. Ya begitulah... Aku.. Baru saja pulang kemarin." jawabku cepat.
"Hemm..." gumamnya mengangguk.
"Hm, apa tadi Yerin kerumahmu?"
Eunwoo tersentak dan kembali normal, "Ah ya. Dia menjengukku."
"Eh menjenguk? Apa kau sakit?" 
"Hanya demam biasa. Sekarang sudah baikan kok."
"Oh begitu ya. Kalau begitu aku masuk dulu. Sampai nanti." aku berlalu.
"Ya. Selamat beristirahat." ucapnya.

Sudah pukul 2 pagi, aku tak bisa memejamkan kedua mataku. Kuhampiri jendela balkon kamarku, ku hirup udara dingin malam yang hampir pagi itu.
'Tuk' "Awww..sshhh.." aku mengelus kepalaku karena terkena lemparan bulatan kertas. "Hn? Bulatan kertas?" aku melirik kearah jendela kamar disamping rumahku.
"Hey, kau yang melempar ini?" tanyaku marah pada seorang namja usil diseberang rumahku.
Dia tersenyum jahil dan mengedipkan sebelah matanya, membuatku bergidik ngeri.
"Hari hampir pagi, kau tak tidur?" tanyanya sambil menopang tubuhnya didinding balkon kamarnya.
"Tidak mengantuk. Kau sendiri?"
"Ah.. Aku baru saja menyelesaikan proposal yang harus dipresentasikan besok. Huaaa..." jawabnya sembari menguap
"Hemm.." aku mengiyakan dan kembali dalam lamunanku.
"Hey, akhir pekan kau ada acara?" tanyanya.
Aku menoleh, "Ahni. Ada apa?"
"Bagaimana kalau kita pergi makan es krim. Akan kutraktir sesukamu."
"Jinja?" aku senang mendengarnya, jarang sekali Taehyung mentraktirku.
"Ne."
"Oke!"

***

Aku menyipitkan kedua mataku, menatap tajam kearah namja yang ada dihadapanku dengan senyum usilnya.
"Kau bilang akan mentraktirku? Kenapa juga harus aku yang bayar?" kesalku.
"Heee... Ku bilang jika kau habiskan itu dengan waktu 10 menit. Aku akan mentraktirmu. Ternyata tidak bisa kan? Hahaaa.." tawanya.
"Haisshhh.. Seharusnya aku menyadarinya dari awal." keluhku.
"Sudahlah, kajja!" ajaknya.
"Mau kemana?"
"Hee.. Apa kau lupa hari ini kan album idolmu rilis. Jika tidak cepat kau akan kehabisan lagi."
"Ah ya.. Bagaimana aku bisa lupa! Kajja." aku menarik pergelangan tangannya.

Author Pov,
Beberapa jam kemudian, Taehyung terlihat jengah. Berkali - kali ia menghela nafasnya kasar, sesekali ia melihat kedalam toko disela - sela jendela memastikan apakah Eunha sudah mendapatkan CD album baru idol favoritnya itu di kerumunan orang - orang yang mengantri sejak lama.
"Haaiissshh lama sekali!" serunya.
"Taehyung Hyung?" seseorang memanggilnya dari belakang.
Taehyung menoleh, "Ah. Eunwoo."
"Sedang apa disini Hyung?" tanya Eunwoo dengan dua kantung belanjaan disebelah tangannya.
Taehyung melirik sekilas, "Ah.. Kau sendiri?"
Eunwoo menaikkan kedua alisnya dan tertawa kecil, "Aku?"
Taehyung mengangguk - angguk dan melirik kearah tangan Eunwoo.
Eunwoo mengikuti arah mata Taehyung, "Ah.. Ini belanjaan..."
"Eunwoo..." panggil seorang gadis yang baru saja keluar toko pakaian yang tidak lain adalah yeojachingunya, Yerin.
Taehyung menoleh kesumber suara begitu juga dengan Eunwoo. Ia tersenyum tipis.
Taehyung tertegun, ia menyadari situasi ini jika Eunha melihat Eunwoo dengan Yerin bagaimana jadinya?
"Ini belanjaan Yerin, Hyung." lanjut Eunwoo.
"Ah.. Ada Taehyung Oppa. Apa kabar?" sapa Yerin.
"Hem. Aku baik - baik saja." jawab Taehyung.
Tak lama Eunha keluar dengan membawa CD album ditangannya dengan mengembangkan senyum manisnya. "Yeah akhirnya... Dimana V Oppa?" Eunha menoleh kekanan dan kekiri. "Eh.. Itu kan.." dia berjalan perlahan menghampiri mereka.
Taehyung menyadari kehadiran Eunha, "Ah.. Kau sudah selesai?"
Eunwoo dan Yerin menoleh ke belakang.
Eunwoo terkejut, "Eunha?"
Yerin tersenyum arti, "Hee.. Jadi kau pergi bersama Taehyung Oppa ya. Apa kalian berkencan?" godanya.
Sontak mereka bertiga terkejut.
"Yerin.." ucap Eunwoo.
"Hn? Apa?" tanyanya tak mengerti dengan ekspresi wajah Eunwoo.
Eunha berjalan mendekati Taehyung dan berdiri disampingnya. "Ya. Kami sedang berkencan." ucapnya dengan lantang seraya merangkulkan tangannya dilengan Taehyung.
Eunwoo dan Taehyung sama - sama terkejut dengan ucapan Eunha.

***

Eunwoo Pov,
Sejak mendengar pernyataan Eunha, entah rasanya sangat sesak. Apakah aku tak bisa menerimanya? Menerima keputusannya? Dasar bodoh! Seharusnya kau kan tau kalau memang perasaanmu padanya hanya sebelah pihak. Kau lihat? Eunha memilih Taehyung daripada kau?
"Eunwoo.. Ada apa? Sejak tadi kau diam saja." tanya Yerin. Saat ini mereka berdua tengah berada disebuah cafe kecil.
Eunwoo tersadar, "Hn? Tidak.. Tidak ada apa - apa."
Yerin tersenyum dan sesaat kemudian ia meraih tangan Eunwoo yang berada dimeja, "Gomawo..."
"Untuk apa?"
"Semuanya."
"Hn?"
Yerin mengambil nafasnya panjang, "Aku belum pernah merasa sebahagia ini."
Eunwoo memperhatikan Yerin bicara.
"Kau tau? Sebelum kau, aku pernah menjalin hubungan dengan seorang laki - laki. Namun tak cukup lama, memang aku yang putuskan dan itu terlihat aku main - main saja dengannya. Bahkan Eunha juga menganggapku begitu. Tapi apa yang sebenarnya terjadi, tidak perlu aku jelaskan padanya dan padamu. Aku mengambil keputusan itu karena aku tidak mau menjadi seseorang yang menghancurkan seseorang lainnya. Aku memiliki trauma dengan percintaan, dua kali aku merasakan cintaku bertepuk sebelah tangan. Ahh.. Tidak tiga kali tepatnya, tapi sekarang aku lega karena kau membalas perasaanku dan itu membuatku bahagia."
'Bertepuk sebelah tangan?' ucapku dalam hati. Aku menundukkan kepalaku, 'Apa yang aku lakukan? Jika aku memutuskan untuk meraih hati Eunha bagaimana dengan Yerin?'
"Eunwoo.." panggilnya lembut.
Aku menoleh kearahnya, "Ne."
"Bagaimana denganmu? Apa kau benar mencintaiku?"
Aku terdiam sebentar, "Ne. Aku mencintaimu."
"Gomawo..." ucapnya tersenyum.


Taehyung Pov,
Haaa... Gadis ini. Kenapa mengatakan hal yang sebenarnya tidak ingin dia katakan. Lihat betapa menyedihkannya dia, raut wajah kecewanya jelas sekali.
Apa dia sebegitu mencintai Eunwoo? Dan kenapa Eunwoo tidak sadar sih? Haaiisss mengapa aku berada disituasi seperti ini.
Aku meliriknya, tanpa sadar aku menyentuh ujung kepalanya.
Dia menoleh kearahku, "Hn?" tatapan mata sendunya seakan memaksaku untuk menjadi sandarannya.
Aku memeluknya segera. Sesaat kemudian tangisannya pecah, aku mempererat pelukanku. Memberinya tempat untuk mengeluarkan semua amarah dalam hatinya.
'Hey gadis kecilku... Kau tak tau betapa aku menyayangimu...'

Beberapa saat kemudian,
Sesekali ia mengusap kedua matanya yang masih berair. Aku meliriknya, "Apa kau sudah lega sekarang?"
Dia mengangguk - angguk.
Saat ini kami berada disebuah taman dekat dengan rumah kami.
"Jika kau mencintainya kenapa kau tidak mengatakannya dari awal."
Eunha terkejut, mungkin ia berpikir mengapa aku mengetahuinya.
Aku melihat kearahnya, "Aku berasumsi seperti itu karena belakangan ini kau aneh dan berubah sejak Eunwoo menjalin hubungan dengan temanmu itu."
Eunha menatapku lama, "Eunwoo tidak mungkin memiliki perasaan yang sama terhadapku Oppa." lirihnya.
"Kau tau darimana?"
"Buktinya dia memilih Yerin eouni dibanding denganku." 
Aku memutar bola mataku, "Kalian berdua kan sudah besar. Kenapa tidak saling jujur saja sih. Dan kenapa pula jadi aku yang repot begini." kesalku.
"Kenapa jadi kau yang kesal?" 
"Haahh... Paboya!" seruku.
"Hn?" Eunha terkejut melihatku.
"Jika kau tau kalau kau mencintainya, kenapa kau memberi jalan pada Yerin untuk menjadi kekasih Eunwoo. Jika kau tau kalau kau mencintainya, kenapa kau tidak jujur pada Eunwoo sebelum ia memberikan jawaban atas pernyataan cinta temanmu itu." jelasku.
Eunha terdiam menundukkan kepalanya.
Aku menghela nafasku, "Dari dulu kau hanya melihat kearah Eunwoo. Tanpa peduli padaku, padahal aku berusaha untuk menarik perhatianmu dengan selalu mengejek dan menggodamu. Kau tau? Aku melakukan semua ini karena aku menyayangi dan mencintaimu. Aku.. Aku ingin kau selalu terlihat bahagia." suaraku tertahan.
Eunha menarik wajahnya, menatapku dengan mata lebarnya.
Aku berdiri, "Tapi tenang saja, aku tidak akan memaksamu untuk membalas perasaanku hanya karena kau kasihan padaku." ucapku.
"Oppa.." lirihnya.

***

Eunha Pov,
Sebulan berlalu semenjak kejadian itu. Aku tak lagi bertemu dengan Eunwoo maupun Taehyung.
Bukan karena aku menghindari mereka, hanya saja kesibukan mereka yang menjadi jawaban atas kesendirianku saat ini.
Eunwoo sedang ditugaskan ke Jepang oleh perusahaannya, sedangkan Taehyung juga sedang melakukan trial proyek barunya dipulau Jeju.
"Eunha.. " panggil Yerin saat aku berada dikantin.
"Ah.. Eouni."
Yerin tersenyum padaku, "Boleh aku duduk disini?"
"Ya tentu saja."
Yerin mendudukkan dirinya dihadapanku, "Sudah lama ya kita tidak berbincang."
Aku menyunggingkan senyum tipisku.
"Eunha.. Aku kesini untuk meminta maaf padamu."
"Hn? Minta maaf?"
"Hem.. Perihal Eunwoo. Aku sangat jahat padamu bukan? Aku merebutnya darimu. Aku tidak dulu meminta pendapatmu sebelum aku menyatakan cinta padanya. Aku seperti mengambil kesempatan itu."
"Aku tidak mengerti maksudmu Eouni."
Yerin menyunggingkan senyum getir, "Aku seperti wanita serakah.. Hanya karena tidak ingin merasakan cinta sebelah pihak, aku seakan memaksa Eunwoo untuk mencintaiku."
"Eouni, aku benar - benar..."
Yerin menggenggam tanganku, "Eunha.. Aku tau sebenarnya Eunwoo memendam rasa padamu. Raganya memang bersamaku tapi hatinya tidak."
Aku mengernyitkan dahiku, "Eouni apa yang kau bicarakan?"
"Aku mau kau mengatakan padanya akan perasaanmu yang sesungguhnya. Aku tau kau menyukainya juga kan?"
Deg, Yerin eouni tau?. "Ah..ahniyo.."
"Sudahlah jangan berbohong seperti kala itu."
"Kala itu?"
"Ya, kau berbohong kalau kau berkencan dengan Taehyung oppa."
Aku terdiam, "Darimana kau tau?"
"Taehyung yang mengatakannya padaku."
Ah, aku tau bahwa dibalik permintaan Yerin eouni hari ini adalah kepedulian Taehyung padaku.

Author Pov,
Taehyung baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya di pulau Jeju. Mobil terparkir dihalaman depan rumahnya, ia turun dari mobil dan merenggangkan tubuhnya.
Ketika ia berdiri didepan pintu rumahnya, ada sebuah note kecil tertempel disana.
"Dari Eunha?" lirihnya.

Taehyung berjalan segera ke tempat taman yang ditulis oleh Eunha. Ia mengatur nafasnya yang tak beraturan itu.
Dilihatnya dari jauh, gadis kecilnya itu tengah mengusap - ngusap kedua belah tangan karena udara dingin malam ini.
"Hey, ada apa?" tanyanya.
Eunha melihatnya, "Ah.. Oppa duduklah."
Taehyung duduk disebelahnya, "Apa ada masalah?"
"Aku minta kau mendengarkan perkataanku baik - baik hari ini." pintanya.
Taehyung mengiyakan.
"Aku... Ingin minta maaf padamu atas segala sikap kekanakanku selama ini." jeda Eunha, "Aku.. Juga ingin berterima kasih atas segala waktu yang kau berikan untukku, baik senang maupun sulit."
Taehyung mulai menatap Eunha dari samping.
"Kau benar Oppa! Aku adalah manusia bodoh yang tidak bisa jujur akan perasaan yang aku punya. Aku juga bodoh terlalu larut dalam masalah yang seharusnya aku mencari solusi bukan terdiam dan pasrah." Eunha menegakkan wajahnya menatap langit hitam penuh bintang saat itu, "Aku... Juga bodoh karena tidak sadar bahwa banyak hal yang sebenarnya membuatku bahagia.."
"Lalu?" tanya Taehyung.
Eunha menoleh kearahnya, "Aku akan mengungkapkan perasaanku pada laki - laki yang aku cintai saat ini." jawabnya.
"Baguslah kalau begitu. Apapun keputusanmu jika itu adalah yang terbaik bagimu, aku akan selalu mendukungmu." ucap Taehyung dewasa.
Eunha bangkit dari duduknya dan menghampiri Taehyung, mengambil kedua tangan Taehyung dari saku mantelnya.
"Kau tau Oppa siapa laki - laki itu?"
"Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Eunwoo?" terka Taehyung yang sebenarnya ia sendiri bingung dengan sikap Eunha malam ini.
Eunha cemberut, "Pabo!"
"Eh?"
"Laki - laki itu adalah kau Oppa!" serunya.
"Hah? Kau bercanda?"
"Ahni!" 
"Eh..  Kau sedang mengerjaiku ya.. Ulang tahunku sudah lewat!" serunya menutupi rasa bahagia yang menyelimuti hatinya.
"Tidak. Aku serius, aku mencintaimu Taehyung Oppa!"
"Hee.... Bagaimana bisa?" ucapnya tak percaya.
"Karena aku baru sadar akan hal itu, lagipula aku tidak pernah bilang kalau aku mencintai Eunwoo kan?"
"Ta..tapi?"
"Oppa.. Sudahlah.. Jadi kau tidak mencintaiku seperti yang kau ucapkan waktu itu hm?" godanya.
"Eh tentu saja. Aku masih...." tiba - tiba wajah Taehyung memerah.
Senyum jahil Eunha menghiasi wajahnya, "Heee... Ayo katakan.. Kenapa? Tak usah malu - malu begitu." godanya lagi.
"Siapa yang malu.. Hanya saja ini begitu tiba - tiba." sangkalnya.
"Ya sudah kalau begitu, aku pulang saja dan anggap hari ini aku tidak mengatakan apa - apa..." rajuknya sembari melangkah pergi.
Sedetik kemudian Taehyung menarik Eunha kepelukannya, "Saranghaeyo..." bisiknya.
Eunha tersenyum, "Nado saranghae..."

Flash back on,
Tiga hari sebelumnya, Eunha pergi menemui Eunwoo dirumahnya.
"Tunggu sebentar, eh Eunha.. Ayo masuk." tawar Eunwoo.
Eunha memasuki ruang tamu, "Apa kau sedang sendirian dirumah?"
"Ya.. Eommaku sedang ke supermarket. Untung saja aku sudah pulang dari Jepang."
"Ya.. Aku tau itu."
"Kau tau dari mana? Ini minumnya." tanya Eunwoo dengan menyuguhkan secangkir teh untuk Eunha.
"Yeojachingumu." Eunha mengambil minumannya dan meneguknya sekali.
"Ahhh.. Iya ya dia kan sekantor denganmu."
"Ada yang perlu ku katakan padamu." 
Eunwoo menatap Eunha serius, "Apa?"
"Maaf jika ini menjadi sangat terlambat. Tapi... Sebenarnya aku..."
"Jangan diteruskan.."
"Eh?"
"Aku sudah tau apa yang akan kau katakan."
"Aku kan belum bilang apa - apa?"
"Eunha... Sebenarnya aku menyukaimu sejak lama. Bahkan rasa itu berubah setiap waktunya, aku bersyukur bisa didekatmu selama ini. Aku sadar bahwa sebenarnya orang yang benar - benar kau butuhkan bukanlah aku, melainkan Taehyung."
"Hn?"
Eunwoo tersenyum, "Aku memang mencintaimu. Tidak apa bagiku jika kau tidak memiliki perasaan yang sama padaku. Eunha.. Kau tau? Tanpa sadar sebenarnya kau mencintai Taehyung bukan aku."
"Apa maksudmu?"
"Mungkin jika aku tidak ada didekatmu, kau hanya mengkhawatirkan keberadaanku. Tapi berbeda dengan tidak adanya Taehyung didekatmu. Taehyung bagaikan udara bagimu bukan?" Jelas Eunwoo, "Seperti kau membutuhkannya tanpa sadar jika kau tak menghirupnya, hidupmu akan mati. Berbeda denganku, mungkin aku adalah seberkas cahaya bagimu, jika cahaya itu hilang kau bisa mengambil lilin, senter atau semacamnya yang bisa menggantikan cahaya itu kembali."
"Ta..tapi.. Aku..."
"Aku harap kau cepat menyadarinya." sela Eunwoo sambil tersenyum.
Eunha tertegun dengan penjelasan Eunwoo padanya. Memang benar sejak kecil Taehyung selalu berada dimanapun situasi dan kondisi Eunha. Taehyung bagaikan udara bagi Eunha, dia seperti begitu bergantung pada Taehyung, bahkan tanpa ia pahami bagaimana ia memperlakukan Taehyung dengan sikapnya selama ini.
Flash back off.

***

"Hey... Kenapa cemberut?" tanya Taehyung, sejak selesai menonton konser idol favoritnya Eunha terus menekuk wajahnya.
Eunha menatap sebal kearah Taehyung, "Kau menyebalkan Oppa!"
"Kenapa?"
"Bagaimana bisa, kau merubah moodku yang bagus tadi menjadi hancur ketika kau mengatakan bahwa mereka (idol) memiliki tubuh bagus dibandingkan aku.. Huaaa...." rajuknya.
"Eehh.. Aku kan hanya berkata jujur.."
"Tapi itu menyakitkan.. Huaaa.."
"Hey.. Sudahlah jangan berteriak seperti itu. Haduuhhh.." paniknya.
"Tidak mau, kau menyebalkan Oppa.. Huaaa..." rengek Eunha membanting kedua kakinya.
"Haahhh.. Haissshh anak ini..." Taehyung segera membungkam tangisan Eunha dengan mengatup kedua pipi Eunha dan 'Chu~' tepat ciuman itu mendarat mulus dibibirnya. "Nah kan.. Diam.. Hehe.."
Wajah Eunha merona, ia mengatup wajahnya dengan tangannya sendiri, "Kau menciumku Oppa..." lirihnya.
"Eh?" Taehyung baru tersadar apa yang ia lakukan baru saja. "Benarkah?"
"Huaaa... Lagi - lagi kau menyebalkan Oppa!" serunya berlari menjauh.
"Eh. Hey.. Tunggu!" seru Taehyung menyusul gadis yang dicintainya itu.

***

End


Gomawo..
Dan mianhaeyo.. Ceritanya gaje banget ya. Maksa biar cepet selesai 😥.
Tapi inilah hasil imajinasi absurd yang author punya. No plagiat, really ini hasil sendiri 😰😰😰.
So.. Happy reading 😘

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...