Senin, 30 November 2015

FF Seokyu : Between Love Chapter 7


BETWEEN LOVE
Chapter VII


Tittle : Seokyu
Genre : Romance
Cast : Seo joo hyun, Cho Kyuhyun, Im Yoona, Lee Donghae, etc

Mian for typo..
Dont plagiat!!


Happy reading ^^

Previous Chap 1-2-3-4-5-6

*********************************************************************************

Donghae tengah memeriksa berkas – berkas yang diberikan oleh Manager Keuangannya tadi pagi. Ia sedikit memijat dahinya, terlihat raut kekhawatiran diwajahnya.
Tok tok, suara ketukan pintu membuyarkan pikirannya. “Ah, masuk.”
Kyuhyun membuka kenop pintu ruangan Donghae perlahan, “Ada apa presdir memanggil saya?”
“Ah Kyuhyun. Duduklah.” Donghae bangkit dari kursi kebesarannya itu dan menghampiri Kyuhyun disofa didepan meja kerjanya.
Kyuhyun mengernyitkan dahinya, “Ada apa? Apakah ada masalah?” tanyanya setelah melihat ada yang aneh pada diri Donghae.
“Ya. Setelah aku melihat dan memeriksa laporan keuangan pada proyek dipulau Jeju sepertinya ada kejanggalan. Bukankah kau pernah bilang, bahwa kau telah mendapatkan investasi dari perusahaan choi corporation itu?”
Kyuhyun mengangguk, “Ya, benar. Aku mendapatkan masukan dana yang cukup besar dalam penggarapan proyek dipulau Jeju dan semuanya tertulis pada penjanjian bisnis perusahaan kita dengan mereka.”
“Hah, sudah kuduga. Pasti ada seseorang yang melakukan penggelapan dana.” Donghae menghela nafasnya.
“Apa maksudmu hyung? Ahni, maksud saya tuan presdir?”
“Sudahlah panggil saja aku Hyung saja.” Donghae mengoreksi perkataan Kyuhyun.
Kyuhyun mengangguk, “Ne.”
“Dalam laporan keuangan bulan kemarin dan bulan sebelumnya terlihat ada pengeluaran yang tidak jelas. Penjumlahan dan pengurangannya tidak menghasilkan data yang balance. Aku bingung pekerjaan manager keuangan, apakah dia tidak mengoreksi semua data pemasukan dan pengeluaran perusahaan ini.” Ucap Donghae menahan kekesalannya.
“Kalau kau berpendapatan seperti itu Hyung. Aku akan membantumu mencari tau siapa yang menggelapkan dana diperusahaan ini.”
Donghae menganggukkan kepalanya, “Lalu bagaimana perkembangan proyek kita disana Kyu?”
“Kemarin aku sudah mendapatkan laporan dari sekertaris Park. Dia memberikan informasi bahwa proyek berjalan sesuai rencana. Tidak ada masalah dan semuanya lancar.”
“Begitu.” Donghae nampak berpikir. “Aku curiga, apakah ada seseorang yang berusaha menghancurkan perusahaan kita disini?”
“Kemungkinan itu pasti ada Hyung mengingat penjualan market kita dalam beberapa bulan terakhir terus meningkat.”
Donghae terdiam, “Baiklah Kyu, tugasmu akan ku tambah. Cari dan selidiki siapa dalang dari masalah penggelapan dana perusahaan ini.”
“Baik Hyung. Kalau begitu aku permisi dulu.” Kyuhyun bergegas keluar ruangan Donghae.

***

            Kim Taeyeon tak sengaja melihat raut wajah Yoona yang tidak bersemangat itu, “Apa yang terjadi padanya? Apakah ada masalah? Aku harus bicara padanya.” Taeyeon menghampiri Yoona dimeja kerjanya.
            “Yoona-ah.. bisa kita bicara sebentar?” pinta Taeyeon yang sudah berdiri di hadapan Yoona.
            Yoona menyambutnya dengan lemas, “Ah, baiklah.”
Taeyeon mengajak Yoona kedalam ruangan meeting yang saat itu tidak terpakai. Dia duduk berhadapan dengan Yoona.
            “Apa ada masalah denganmu?” Tanya Taeyeon.
            Yoona yang memang tidak bersemangat itu hanya mengangguk lemas.
            “Apa ini masalah keluargamu?” terkanya.
            “Ne.”
            “Hah..” Taeyeon menghela nafasnya pelan. “Ada apa? Ceritakan padaku. Aku tidak mau melihat karyawanku tidak bersemangat ditempat kerja.”
            “Mianhae-yo.”
            “Yoona-ah, ada apa dengan keluargamu? Ceritalah.” Paksa Taeyeon.
            “Aku tidak tau apa yang kulakukan padanya. Aku rasa sikapku sudah sangat keterlaluan padanya. Padahal dia sudah meminta maaf, tapi kenapa aku masih merasa kesal dan bersikap dingin kepadanya.” jelas Yoona terlihat sangat sedih, ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
            Taeyeon mengernyitkan dahinya, ia turut merasa sedih melihat sahabatnya itu. “Tenanglah Yoona-ah.” Ucapnya sambil membelai lembut bahunya.
            “Aku bukankah kakak yang baik untukknya. Aku tidak bisa menjaganya dan membuatnya menjadi anak yang baik.”
            “Kau sudah berusaha bukan?”
            Yoona mengangguk, “Tae-ah.. apakah aku salah jika aku kesal dengan adikku ketika ia mengatakan bahwa ia sekarang sudah dewasa dan tidak mau bergantung padaku lagi, serta ia memintaku untuk menghargai keputusan dan tindakannya?”
            Taeyeon terkejut dengan perkataan Yoona, tak lama ia tersenyum. “Pabo!”
            “Hah?”
            “Kau ini bodoh.”
            “Aku?”
            Taeyeon mengangguk, “Kau ini bodoh. Seohyun adik kesayanganmu itu telah tumbuh menjadi gadis dewasa. Bukankah itu bagus, jika ia sudah bisa memutuskan jalan yang terbaik bagi hidupnya dan dia tidak mau bergantung lagi padamu?”
            “Tapi aku khawatir dengannya Tae-ah.”
            “Justru itu, kau ini bodoh. Dan sangat egois! Kau pikir semua yang kau lakukan tidak membuat beban dalam hidupnya. Kau bekerja siang malam untuknya sejak kau lulus sekolah hingga saat ini dan ia tidak melakukan apapun yang bisa meringankan hidupmu. Jika dia menjadi dirimu dan kau menjadi dirinya, apa yang kau lakukan?”
            Yoona terdiam mendengar perkataan Taeyeon.
            “Mempunyai kakak yang sangat egois sepertimu itu, membuat Seohyun mengambil jalan diam – diam untuk mengurangi beban yang ada dipundakmu tanpa harus kau mengkhawatirkannya secara berlebihan.” Teayeon menambahkan kembali, “Apa kau tidak bahagia jika memang Seohyun menjadi gadis dewasa? Apa kau masih menganggapnya anak kecil? Kau bodoh dan sangat egois.”
            “Begitukah?” Yoona tercengang dan dia mulai membuka matanya akan kondisi Seohyun saat ini. “Apa aku benar – benar egois.”
            “Bahkan kau seperti anak – anak. Meminta bantuan tunanganmu untuk menyelidiki kegiatan adikmu.”
            “Tapi..” ucapan Yoona terpotong saat Taeyeon memeluknya.
            “Sudahlah Yoona-ah, kau harus menghilangkan sifat egoismu itu dan mencoba memberikan kepercayaan kepada Seohyun. Dia pasti tau mana yang benar dan mana yang salah.” Taeyeon melepas pelukannya dan menatap kedua mata sahabatnya yang penuh dengan genangan air mata itu.
            Yoona mengangguk, “Ne, aku akan memaafkan Seohyun, menghargai usahanya dan mencoba untuk percaya dengan jalan yang diambilnya.” Ucapnya sambil menghapus air matanya.
            “Hem.. dan yang harus kau lakukan adalah memberikan support padanya.”
            Yoona tersenyum dan kembali memeluk sahabatnya itu, “Terima kasih Tae-ah, terima kasih kau sudah membuka hatiku.
            “Ne.”
***

Siang telah berganti malam,
            Seohyun tengah membersikan dan merapikan meja kasirnya ditempat ia bekerja. Bergegas ia mengambil coat berwarna cream itu dan segera ia kenakan mengingat cuaca malam ini begitu dingin.
            Ia menggenggam kedua tangannya dan mencoba menghangatkan diri, ia berjalan perlahan menuju halte bis yang terletak tidak jauh dari tempat kerjanya. “Aku rasa bus terakhir akan datang beberapa menit lagi.” Ucapnya ketika melihat jam ditangan kanannya. Sesekali ia menoleh kearah lain, sepertinya ia merindukan sesuatu.
            “Biasanya ia selalu datang setiap malam dan katanya ia akan terus mengawasiku. Tapi mala mini sepertinya ia tidak datang.” gumam Seohyun menggembungkan kedua pipinya.
            “Kau menungguku?” Kyuhyun sudah berada disana, tepat berada disamping Seohyun.
            Seohyun terkejut atas kehadiran Kyuhyun yang datang tiba – tiba. “Mwo? Kapan kau ada disini?”
            “Aku hanya pergi ke minimarket disana, ketika aku ke tempat kerjamu. Ternyata kau sudah pulang.” Ucap Kyuhyun sembari meminum soft drinknya.
            “Eh, bukankah itu minuman dingin. Kau tidak merasa kedinginan?” Seohyun tercengang melihat Kyuhyun yang meminum softdrink dingin diudara yang sedingin ini.
            “Hmm.. memangnya kenapa? Ada yang aneh?” Kyuhyun memajukan wajahnya ke wajah Seohyun.
            “Yak! Jangan dekat – dekat.” Ucap Seohyun mendorong tubuh Kyuhyun untuk menjauh darinya.
            “Ckck.. padahal tadi kau bergumam merindukan aku.” Goda Kyuhyun yang saat itu mengambil posisi duduk dihalte bus.
            “Heh? Siapa yang mengatakan hal itu.” Seohyun berteriak dihadapan Kyuhyun, tapi Kyuhyun tidak menanggapinya. “Rggghhh.. huh!” Seohyun memalingkan wajahnya.
            “Bagaimana dengan keadaanmu? Apakah kau baik – baik saja?” Kyuhyun mengalihkan pertanyaan.
            “Aniyo. Eouni belum memaafkanku.” Jawab Seohyun berubah posisinya menjadi duduk disamping Kyuhyun.
            “Hemm.. begitu? Ternyata eounimu itu sangat keras kepala juga yah.”
            “Begitulah. Baginya mungkin aku masih anak kecil. Makanya dia tidak percaya padaku.”
            “Jangan sedih begitu, pipimu sudah seperti bakpau kalau ditambah dengan raut kesedihanmu itu aku jadi ingin mamelukmu.” Kata Kyuhyun datar.
            Seohyun sedikit terkejut dengan ucapan Kyuhyun dan wajahnya merona, “Apa yang kau katakana barusan.”
            “Tidak ada.”
            “Tadi jelas – jelas mengatakan ingin memelukku!” tegas Seohyun. Seohyun terlihat sedikit geram dengan wajahnya yang kini tengah memerah melihat wajah Kyuhyun yang acuh seperti itu.
            Kyuhyun menoleh dan menatap kembali mata Seohyun, “Ne. aku ingin memelukmu.”
            Seohyun terdiam dan menelan salivanya, ‘Apa – apaan namja ini?’ keluhnya.
            Kyuhyun terus menatap Seohyun dengan tatapan datarnya, akhirnya Seohyun mengalah dan mengalihkan pandangannya kedepan jalan raya.
            “Tuan Cho Kyuhyun, sepertinya anda suka bercanda yang tidak lucu ya.” Ketus Seohyun. ‘Bagaimana bisa ia menatapku dengan mata yang tidak ada ekspresinya itu. Menyebalkan.’
            “Ck.. aku tidak bercanda nona Seohyun.” Kyuhyun memunculkan smirknya dan meneguk softdrinknya kembali.
            Seohyun mengerucutkan bibirnya, “Kenapa busnya belum datang – datang juga sih?” Seohyun terlihat panik karena ini sudah lewat dari kedatangan bus terakhir.
            “Busnya tidak akan datang. Ini sudah hampir jam sebelas malam nona Seohyun.”
            “Biasanya ada kok.” Seohyun mencari alasan, ia merasa terganggu dengan kehadiran Kyuhyun disampingnya, ia takut kejadian yang lalu terulang lagi. ‘Namja ini lama – lama menakutkanku.’
            Kyuhyun menarik lengan Seohyun tiba – tiba dan memasukkannya kedalam mobil hitam miliknya. Seohyun terkejut atas tindakan Kyuhyun yang tiba – tiba itu.
            Setelah berada didalam mobil, “Kau ini selalu saja seenakmu Kyuhyun-ssi.” Protesnya.
            “Aku hanya menjalankan perintah Donghae Hyung untuk menjagamu Seohyun-ssi.” Jawabnya datar.
            Seohyun cemberut dan menggerutu sendiri, kedua tangannya dilipat didepan dadanya menandakan ia kesal atas sikap Kyuhyun. Kyuhyun yang saat itu memulai kemudinya mendiamkan Seohyun namun sesekali ia mencuri pandang kearah Seohyun.
            ‘Yeoja aneh.’ Gumamnya dalam hati. Dan ia fokus mengendarai mobilnya menuju rumah Seohyun.


Seohyun turun dari mobil Kyuhyun dan berdiri didepan gerbang rumahnya, begitu pula dengan Kyuhyun ia turun dari mobil dan menghampiri Seohyun.
“Kamsahamida Kyuhyun-ssi.” Seohyun menunduk mengucapkan terima kasih pada Kyuhyun dengan terpaksa.
“Hmm..” gumamnya. Kyuhyun melihat sekilas kearah rumah Seohyun, “Apakah eounimu sudah pulang?”
“Kurasa belum, ia memang pulang larut malam akhir – akhir ini.” Jawabnya dengan nada yang biasa.
“Hem.. kalau begitu aku pamit pulang dulu.” Kyuhyun berpamitan dengan Seohyun.
Seohyun terkekah kecil saat Kyuhyun membalikkan tubuhnya.
“Hah? Kenapa kau tertawa seperti itu? Ada yang lucu?” Kyuhyun membalikkan tubuhnya menghadap Seohyun ketika mendengar suara Seohyun tertawa kecil.
“Ahni. Sudahlah kau pulang, hari sudah larut sekali.” Jawab Seohyun yang menahan tawanya.
Kyuhyun menghampiri Seohyun, “Katakan padaku apa ada yang lucu?” paksa Kyuhyun dengan tatapan dinginnya.
Seohyun memundurkan wajahnya, “Tidak, aku tertawa karena kau begitu formal padaku tadi saat kau berpamitan akan pulang.”
“Hn? Apa itu salah?”
“Tidak, hanya bagiku itu lucu. Mian.” Jawab Seohyun tersenyum manis.
Kyuhyun terpesona dengan senyuman Seohyun, ia terdiam sesaat menatap wajah Seohyun.
Seohyun melihat tingkah Kyuhyun aneh, lalu ia menggerakkan kedua tangannya untuk melambai – lambai dihadapan Kyuhyun, “Hei, Kyuhyun-ssi kau tidak apa – apa? Kau seper……” ucapan Seohyun terhenti seketika saat Kyuhyun menarik sebelah tangan Seohyun, yang membuat wajah dan tubuh Seohyun dekat dengan Kyuhyun.

Seohyun sangat terkejut dengan tindakan Kyuhyun barusan. Ia menapakkan kakinya ditangga rumah menuju kamar tidurnya dengan lemas. Ia masih memegang bibir tipisnya itu. Seohyun membuka kenop pintu kamar dan mendudukan dirinya disofa. Menempatkan tas dan buku – buku kampus disampingnya. Ia memegang bibir tipisnya lagi dengan kesepuluh jarinya. Kedua matanya berbinar, jantungnya berdetak kencang sekali dan ia merutuki dirinya sendiri yang tidak dapat menolak tindakan Kyuhyun terhadapnya.
Flash Back On
      Kyuhyun melepas genggaman tangannya dipergelangan tangan Seohyun, tangan satunya menghampiri tengkuk Seohyun dan ia memperdalam ciumannya pada Seohyun. Seohyun yang awalnya membelakak dan terkejut dengan sikap Kyuhyun menjadi pasrah dan tidak melakukan penolakan. Matanya terpejam dan tanpa sadar membalasnya.
            Seohyun masih terdiam setelah Kyuhyun melepas ciumannya.
            “Mian, aku tidak dapat menahannya.” Ucap Kyuhyun sambil membelai pipi Seohyun kala itu, tatapan matanya berbeda dari biasanya dan begitu hangat bagi Seohyun. “Mungkin aku namja kurang ajar yang pernah kau kenal, dan aku sangat menjengkelkan bagimu. Tapi ketika melihat senyummu, ada perasaan yang menggejolak disini.” Jelasnya lagi sambil menunjukkan letak hatinya.
            “Kyuhyun-ssi..” panggil Seohyun pelan. Ia masih shock dengan apa yang terjadi.
            “Aku mencintaimu Seohyun-ssi.” Bisik Kyuhyun tepat ditelinga Seohyun.
            Seohyun menelan salivanya, “Aakuu….” Ucapannya terbata dan tenggorokannya seakan tercekat dan tak bisa berkata apa – apa.
            Kyuhyun tersenyum kecil dan membelai pipi Seohyun lagi, “Aku pamit pulang. Sampai jumpa besok Seo-ah.” Kemudian Kyuhyun melangkahkan kakinya menuju mobil dan meninggalkan Seohyun yang masih shock dengan perlakuannya barusan.
Flash Back Off

“Namja itu mencintaiku? Dan apa tadi aku membalasnya?” Seohyun menangkup wajahnya, “Kenapa aku membalas ciumannya! Argggghhhh…. Aku malu sekali…” teriaknya malam itu.
Dan malam itu adalah malam kedua yang tidak akan pernah dilupakan oleh Seohyun.


***

To Be Continue

Minggu, 29 November 2015

CERBUNG : IDOL SCHOOL Chapter 8


IDOL SCHOOL

Chapter 8

Genre              : Romance, Komedi

Happy Reading ^^

Previous Chapter 1-2-3-4-5-6-7

**********************______________________________***********************


Suasana pagi yang begitu hangat namun tidak sehangat kondisi hati Yuko, gadis blasteran jepang yang saat itu tengah duduk sendirian. Sejak kedatangannya dikelas pagi tadi, ia sudah menekuk wajahnya. Menampung separuh pipi ditangan kanannya. Pandangannya hanya terarah ke meja dimana Renal duduk.
“Hei, Yuko.” Mina duduk berhadapan dengan Yuko. “Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu?”
“Hah.. entahlah.” Helanya dan memposisikan wajahnya menghadap Mina. “Hei Mina, aku ingin menanyakan sesuatu padamu.” Wajah Yuko terlihat begitu serius.
“Hem.. apa itu?”
“Perhatikan wajahku, apa aku ini tidak menarik?” Yuko memajukan wajahnya terlalu dekat dengan wajah Mina.
Mina terkejut tiba – tiba dengan tindakan Yuko , “EH… hehehee..” cengirnya.
“Yak! Kenapa reaksimu seperti itu.” Yuko memundurkan wajahnya dan memalingkan wajahnya dengan menggembungkan kedua pipinya.
“Ah.. haha.. tidak kok Yuko.” Jawab Mina canggung, ia menggaruk belakang kepalanya dan tertawa garing (?).
“Hem? Maksudmu tidak? Apa aku tidak menarik?” Yuko mendelik tajam.
Mina sontak menjadi takut dengan tatapan tajam yang seakan menusuknya itu, “Ehhh.. bukan itu maksudku. Wajahmu menarik kok, buktinya banyak juga fans-mu disekolah ini kan.. ahahahahha..”
Yuko menghela nafasnya kasar, “Apa benar? Tapi kenapa Renal tidak melihat itu.” Ucapnya kemudian ia menunduk sedih.
‘Ah, Yuko kamu ini terkadang manja dan sangat egois, tapi saat ini kamu terlihat sangat sedih hanya karena cintamu tidak terbalas. Aku jadi tidak tega.’ Gumam Mina dalam hatinya ketika melihat temannya itu terlihat sedih.

***

Banyak murid – murid yang meluangkan waktu setelah pulang sekolah pergi ke perpustakaan untuk belajar disana. Termasuk juga dengan Rissa yang saat itu sedang berusaha mencatat semua rumus Matematika untuk ujiannya nanti, baginya sekarang waktunya untuk belajar agar tidak mengecewakan kedua orang tuanya. Walaupun Ibunya telah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu dan saat ini ia harus jauh dari keberadaan Ayahnya, namun semangat yang ada dalam dirinya tidak akan pernah pudar. Dia memang gadis yang mandiri dan sedikit pemalu, namun dia adalah anak terbaik yang dimiliki oleh Ayahnya.
“Ehhh.. kamu ada disini juga ya Rissa?” Tanya Renal yang saat itu tidak sengaja melihat Rissa setelah ia mengambil buku terjemahan bahasa inggris.
Rissa sontak terkejut dengan suara yang ia kenal itu dan ketika berbalik Renal tengah berdiri dibelakangnya, “Eh.. Iya.” Jawabnya kaku.
Renal sekilas melihat buku yang telah terbuka setengah halaman dimeja, “Ohh.. kamu masih berusaha untuk belajar rumus Matematika ya.”
Rissa terlihat sangat malu dan wajahnya menjadi merona, “Ahh.. iya.. aku sedang berusaha untuk menghafal rumusnya. Hehe..” cengirnya.
“Hem.. baiklah kalau begitu semangat.” Renal tersenyum kecil kepadanya dan melangkah pergi dari sana.
Rissa masih tercengang dengan yang dikatakan Renal padanya, “Apa tadi dia menyemangatiku?” wajahnya saat ini sangat jelas seperti buah tomat. “Apa ini? Kenapa pipiku menjadi hangat.” Ia memenggang kedua pipinya malu.


“Haaa.. jadi Rissa ada diperpustakaan?” Tanya Inka memakan snacknya didepan kelas.
Sam mengangguk, “Sepertinya ia berusaha keras dalam ujian akhir ini.”
“Huf… Matematikanya sangat lemah yah.. kasian..” hela Inka menggelengkan kepalanya seolah – olah ia lebih pintar dari Rissa.
“Bodoh! Kelemahan Rissa hanya Matematika saja, kalau kita hampir semuanya tahu!” kepalan tangan Sam mendarat mulus dikepala Inka. Inka cemberut sambil mengelus – elus kepalanya itu.
“Kamu ini kasar sekali!!” teriaknya tanpa sadar menyemburkan sisa snack yang berkumpul didalam mulutnya.
“Yaaa… kamu ini jorok sekali Inka!!” Sam tak kalah berteriak didepan Inka dan alhasil dua sekawan ini malah bertengkar didepan kelas dan mereka menjadi tontonan murid – murid disana.

***

Beberapa hari telah berlalu,
Sinar mentari masuk kedalam sela – sela jendela kamar Rissa. Rissa masih tertidur pulas ditempat tidur, wajahnya terlihat lelah akibat dari semalam ia tidur terlalu larut. Ia harus direpotkan oleh ulah kakak sepupunya itu. Arya memintanya membantu menyalin proposal kedalam laptop karena harus dibawa seminar minggu pagi ini dengan imbalan Rissa tidak akan dapat gangguan darinya hingga akhir minggu depan.

Rissa terbangun dengan sentuhan cahaya didekat matanya, ia terduduk dan kemudian merenggangkan kedua tangan. Matanya masih setengah terpejam dan sesekali tertutup. Ia menggampai jam weker dimeja kecil itu, dilihatnya dengan sekesama. Kedua matanya membelakak lebar, “Apa? Sudah hampir jam Sembilan? Aku kan hari ini ada janji ketemu dengan seseorang! Gawat.. Argghhhh…” Rissa melompat dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi.

“Kenapa kamu terburu – buru sekali Rissa?” Tanya Ibu dari kakak sepupunya itu saat Rissa turun dari tangga dengan tergesa – gesa.
“Ah, anu Bi.. aku ada janji dan aku bangun kesiangan.” Jawab Rissa yang masih merapikan rambutnya yang terurai itu.
“Hemm?? Kamu yakin akan pergi dengan berpakaian seperti itu?” Bibinya menunjukkan sesuatu yang dipakai Rissa.
Rissa masih memakai baju tidurnya selepas ia mandi dan memakai bedak tipis serta lipglossnya.
“Hah? Aku salah kostum gawat!!!!” Rissa berlari menaiki tangga dan masuk kekamarnya lagi.
Ia membuka lemari dan dengan singkat ia mengambil celana jeans panjang berwarna gelap dan kaos panjang polos berwarna peach itu. Ia mengganti pakaiannya dengan cepat dan sekilas ia melihat cermin, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan tadi. Ketika ia memegang kenop pintu ia kembali lagi kedepan cermin besarnya dan ia mengikat rambutnya keatas. “Aku rasa seperti ini saja. Hah! Sangat simple sekali. Ini kan kencan butaku yang pertama. Haisss.. sudahlah tidak ada waktu.” Rissa bergegas keluar kamar dan berpamitan dengan Bibinya itu.
Ia berlari menuju halte bus dan menunggu kedatangan bus berikutnya datang.

Sementara itu ditaman kota Inka dan Sam sudah berada disana, mereka memastikan bahwa rencana mereka akan berjalan.
“Bagaimana apakah mereka akan datang?” Tanya Inka celingukkan mencari keberadaan Rissa dan Renal.
“Tunggu saja, aku yakin mereka akan datang kok. Bukankah Renal sudah janji akan membantu kita?” jawab Sam mengunyah permen karet dan berdiri disudut pertokoan disana.
“Haaisss… Rissa itu kenapa merepotkan seperti ini sih. Kalau saja ia mau mengakui perasaannya?” eluh Inka.
“Yang repot itu kamu tahu! Terlalu ingin tahu perasaan orang lain.”
Inka terkejut akan ucapan Sam barusan, “Eh, apa aku ini terlalu ingin tahu kehidupan orang lainkah?” polosnya.
Sam mengangguk – angguk dengan mata terpenjam dan masih mengunyah permen karetnya.
“Heee.. bukankah kamu juga begitu Sam.” Delik Inka dengan mendekatkan diri kesamping Sam dan berbisik ditelinganya. Sam tersentak, ‘Kenapa dia tahu!’ umpatnya dalam hati dan tak sengaja ia menelan permen karetnya.
Sam terbatuk – batuk, “Tolong Aku.. Uhuk uhuk uhuk.. permennya menyangkut ditenggorokanku! Uhuk uhuk..”
Inka kebingungan dengan kondisi Sam, “Ah, Sam kamu tidak apa – apa?” ia menepuk – nepuk punggung Sam namun bukannya membantu malah menambah parah kondisi Sam yang saat itu tengah berusaha menelan permennya atau mengeluarkan permennya dari dalam mulutnya. Inka berlari mencari toko untuk membeli sebotol air, namun karena panik Inka malah membeli soft drink dan segera diminum oleh Sam yang kala itu tidak tau minuman yang diminumnya.
“Eh, kok dingin?” Sam merasa aneh. “Yaaa.. ini soft drink!! Aku butuh air.. Inka bodoh!!!” Sam berteriak ketika sadar Inka memberikannya soft drink berperisa jeruk itu bukan air. Inka hanya menunduk – nunduk meminta maaf pada Sam dan mereka pun menjadi tontonan orang – orang lagi saat itu.
***

Rissa tengah berlari dari halte pemberhentian bus di taman kota dan mencari – cari cafe yang disebutkan oleh Sam dan Inka kemarin. “Hosh hosh… dimana ya cafe itu?” Ia menoleh kesegala arah dan tepat diujung jalan sana, nama cafe itu terpampang jelas. “Ah, itu tempatnya.” Tunjuknya. Rissa mengatur nafas yang tersengal – sengal tadi dan merapikan baju agar penampilannya tidak terlalu buruk hari ini.

Sesampainya di cafe itu, Rissa masuk dan mencari siapa pasangan kencan butanya hari ini. “Hmm? Cafe ini masih sepi?”
“Ada yang bisa kami bantu nona?” Tanya seorang pramuniaga yang melihat Rissa hanya berdiri didepan pintu cafe mereka.
“Ah.. maaf apa sudah ada laki – laki yang datang ke cafe ini sebelum saya?” tanyanya dengan halus kepada pramuniaga itu.
“Kebetulan nona adalah tamu yang pertama datang.” Jawabnya dengan senyum.
“Ah..” Rissa mengangguk – angguk. “Apa mungkin dia belum datang ya. Hem.. kalau begitu aku tunggu saja dipojok meja sana.” Gumamku.
“Anda mengatakan sesuatu nona?”
“Ah… tidak – tidak.. kalau begitu saya duduk disana saja.” Tunjuknya malu.
“Baiklah silahkan.” Ajak pramuniaga itu mengantar Rissa kemeja pilihannya.
Rissa duduk dan segera memesan minum kemudian pramuniaga itu pergi setelah mencatat pesanan Rissa. “Huft… aku kira, aku datang terlambat.” Helanya sambil melihat jam ditangannya, “Hmm.. masih jam sepuluh kurang ternyata. Baiklah aku tunggu saja disini kalau begitu.”

Sam sudah membututi Rissa sejak dia datang dan masuk ke cafe yang telah ditentukannya itu, dibelakangnya Inka dan Renal tengah memperhatikan petunjuk atau arahan dari Sam.
“Rissa sudah duduk dimeja paling pojok menghadap kolam ikan di cafe itu.” Ucap Sam.
“Benarkah?” Tanya Inka dan dijawab anggukan dari Sam.
“Apa aku sudah boleh menemuinya sekarang?” Tanya Renal dengan gaya dinginnya itu.
“Hem.. kamu sudah boleh aku ijinkan menemuinya di cafe itu.” Sam memberikan jalan kepada Renal.
Renal hanya menghela nafasnya pelan, “Baiklah” dan dia berjalan menghampiri Rissa di cafe itu.
“Apa rencana kita akan berhasil?” Inka mendekatkan diri kesamping Sam.
“Pasti, walaupun kita harus merelakan dia berjalan bersama idola kita. Hiks hiks.” Kedua mata Sam mulai berair.
Inka memperhatikan wajah Sam yang terlihat sangat menyedihkan, “Hooii.. kamu ini berlebihan sekali! Ternyata lebih parah dariku ya. Percuma saja, kita ini bukan tipe Renal tahu!”
Sam mendelik tajam, “Kau ini jahat sekali Inka.”
“Ya memang itu kenyataannya.” Inka mengangkat kedua bahunya dan pergi meninggalkan Sam yang terlihat menyedihkan itu.
“Hoi kamu mau kemana Inka, jangan tinggalkan aku.” Sam kemudian mengejar Inka.
“Aku mau menguntit kegiatan mereka berdua.” Ucapnya.


Renal membuka kenop pintu cafe tersebut dan menemukan Rissa dipojok meja sana, ia menghampirinya tanpa Rissa tahu karena ia sedang asyik memperhatikan kolam ikan disampingnya yang hanya dibatasi jendela kaca saja.
“Hei, selamat pagi Rissa.” Sapa Renal yang sudah duduk berhadapan satu meja dengan Rissa.
Rissa menoleh kesumber suara dan ia membelakak dengan kedua bola mata yang membulat sempurna, wajahnya merona. “Renal? Kenapa kamu ada disini?” Tanya Rissa yang kala itu tengah bingung dengan kehadiran Renal.
Renal hanya menyungging senyumnya, “Apa ini sambutan untuk pasangan kencanmu?” godanya.
“Ah, apa?” Rissa tercengang dengan ucapan Renal yang menyatakan bahwa pasangan kencannya hari ini adalah idolanya. “Apa kamu bercanda?”
Renal menggelangkan kepala dan ia memajukan tubuhnya, menopang dagu ditangan kanannya. “Kamu pesan apa?”
Rissa menunduk malu dengan sikap Renal, ia memalingkan wajahnya kearah kolam. “Aku baru pesan minum saja.”
“Ah, kalau begitu aku juga akan memesan minum yang sama denganmu.” Renal memanggil pramuniaga disana dan memesan minuman yang sama dengan Rissa.
‘Bagaimana ini? Apakah ini kebetulan atau sudah direncanakan oleh Sam dan Inka? Tapi mana mungkin mereka bisa merencanakan kalau pasangan kencan butaku hari ini adalah Renal?’ hati Rissa bertanya – Tanya.
“Ada apa Rissa? Kamu terlihat aneh.”
“Ahh… tidak – tidak kok.. aku hanya kaget saja.” Rissa menenggakkan wajahnya kembali dan kemudian ia melihat ikan yang ada dikolam untuk menyembunyikan wajahnya yang seperti kepiting rebus itu.
“Apa kamu tidak senang bertemu denganku? Apa kamu tidak senang kalau aku pasangan kencanmu?’
Rissa menoleh, dia terdiam dan menatap kedua mata Renal yang kala itu terlihat hangat dari biasanya. “Maaf yah kalau sikapku menyinggungmu. Aku tidak ada maksud seperti itu.” Rissa menundukkan wajahnya lagi, “Aku.. aku.. hanya.. aku hanya tidak menyangka bisa berkencan denganmu dan sejujurnya aku sangat senang sekali.”
‘Perasaan apa ini? Kenapa dengan ucapannya aku merasa berbeda. Kenapa terasa berdebar – debar.’ Renal terdiam setelah ia sedikit terkejut dengan ucapan Rissa barusan. Renal tersenyum, “Hah.. syukurlah kalau begitu. Kalau kamu bisa menerimaku sebagai pasangan kencan buta kita pada hari ini.”
Rissa terdiam merasakan jantungnya yang berdetak sangat cepat itu, “Bagaimana denganmu? Apa kamu tidak kecewa setelah melihat siapa pasangan kencanmu hari ini.”
“Tentu saja tidak. Jika itu dirimu aku akan terima.” Jawabnya disertai senyum kecilnya.
‘Jadi dia menerimaku menjadi pasangan kencannya hari ini? Apakah aku bermimpi?’ Rissa berkata dalam hatinya, rasanya ia ingin berteriak dengan kegembiraannya saat ini. “Terima kasih ya.” Ucapnya tersenyum manis.
“Hem..” jawabnya sambil menyeruput minuman dihadapannya.
Rissa mengalihkan pandangannya keluar jendela kaca itu, melihat berbagai macam ikan hias disana dan tersenyum, ‘Apakah hari ini akan menyenangkan? Selanjutnya kami akan melakukan apa ya? Ikan – ikan, apa kalian tau kalau hari ini aku merasa bahagia?’ ungkapnya dalam hati.

***

To be continue

FF V - EUNHA (BTS X GFRIEND SHIPPER) - THE HANDSOME FREAK CHAPTER 6

The Handsome freak Chapter 6 Previous  1 ,  2 ,  3 ,  4 ,  5 Title : Fanfiction Chapter Genre : Romance, Comedy Ca...